Tindakan Ibu Dalam Melihat Keadaan Bayi Yang Tidak Boleh Dipijat Tindakan Ibu Ketika Bayi Sudah Selesai Diberikan Pijat Bayi

5.7.2. Tindakan Ibu Dalam Melihat Keadaan Bayi Yang Tidak Boleh Dipijat

Hasil penelitan pada tabel 4.20 dapat dilihat sebanyak 42 orang responden 52,5 menyatakan bayi yang tidak boleh diijat ketika bayi dalam keadaan tenang dan senang, sebanyak 33 orang responden 41,25 menyatakan bayi dalam keadaan rewel, dan sebanyak 5 orang responden 6,25 menyatakan bayi yang tidak boleh diijat ketika bayi baru selesai makan. Menurut Roesli 2008 yang menyatakan terdapat keadaan bayi yang tidak dianjurkan selama pemijatan berlangsung yaitu, memijat bayi langsung setelah makan;membangunkan bayi khusus untuk pemijatan; memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat; memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat; memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi. Tindakan ibu dalam melihat keadaan bayi yang akan dipijat ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2003 bahwa perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar, sehingga dapat dikelompokan kedalam tindakan adopsi yaitu mengadaptasikan tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut, dalam hal ini tindakan yang dimaksud adalah tindakan ibu dalam melihat dan membedakan keadaan bayi yang diperbolehkan untuk dipijat dan keadaan bayi yang tidak diperbolehkan untuk dipijat Peneliti berasumsi bahwa responden yang tidak memiliki pengetahuan yang buruk mempengaruhi tindakan responden dalam melakukan pijat bayi sehingga responden cenderung tidak melakukan tindakan yang benar dalam melakukan pijat bayi yaitu melihat keadaan bayi sebelum melakukan pijat bayi. Universitas Sumatera Utara

5.7.3. Tindakan Ibu Ketika Bayi Sudah Selesai Diberikan Pijat Bayi

Hasil penelitan pada tabel 4.21 dapat dilihat sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 orang responden 62,5 menyatakan memberikan ASI sesudah selesai diberikan pemijatan, sebanyak 27 orang responden 33,75 menyatakan memandikan dan membersihkan tubuh bayi, dan 3 orang responden 3,75 menyatakan bayi ditidurkan setelah diberikan pemijatan. Menurut Roesli 2008 , setelah pemijatan bayi berlangsung dianjurkan untuk memberikan ASI, memandikan dan membersihkan tubuh bayi karena bayi telah merasa lelah setelah dilakukan pemijatan.Hal ini juga sejalan dengan pandangan Sari 2010 yang menyatakan bahwa setelah bayi diberikan pijat bayi maka sebaiknya diberikan ASI dan ditidurkan yang dapat memberikan manfaat meningkatkan berat badan bayi. Peneliti berasumsi tindakan responden ini termasuk kedalam tingkatan tindakan buruk dalam hal respon terpimpin guided response yaitu tidak dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Bloom dalam Notoadmodjo 2007 bahwa perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar . Dalam hal ini rangsangan yang datang diluar dimaknai dalambentuk tindakan yang tidak sesuai dengan pedoman pijat bayi menurut kesehatann dengan hanya memberikan memandikan dan membersihkan tubuh bayi saja padahal bayi telah diberikan pemijatan yang telah membuatnya lelah yang seharusnya diberikan ASI lalu memandikan dan menidurkannya. Universitas Sumatera Utara

4.7.4 Kategori Tingkat Tindakan Responden