56
Untuk kelas kontrol, yaitu kelas yang diajar dengan cara konvensional, diperoleh nilai L
hitung
sebesar 0,121 sedangkan nilai L
tabel
= 0,886. Karena L
hitung
L
tabel
, maka Ho diterima. Dengan demikian data hasil penelitian berdistribusi normal, baik untuk
kelas eksperimen maupun kelas konvensional.
2. Uji Homogenitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel siswa berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji
fisher dengan taraf signifikan α= 5. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada
Tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas
Kelas
α = 0,05
SD
2
F
tabel
F
hitung
Keputusan
Eksperimen 5
64,00 1,84
0,292 Data homogen
Konvensional 219,00
Berdasarkan Tabel 4.8 didapat F
hitung
= 0,292 sedangkan F
tabel
= 1,84 pada taraf signifikan
α= 0,05 untuk dk penyebut 33 dan dk pembilang 33. Karena F
hitung
F
tabel
maka dapat disimpulkan bahwa data yang didapat bersifat homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan, diperoleh data dua kelompok kelas yang berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian selanjutnya dilakukan dengan
uji-t. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis
Kelas Taraf
Signifikan t
tabel
t
hitung
Keputusan
Eksperimen 5
1,70 3,24
Ho Ditolak Konvensional
Dari hasil pengujian diperoleh nilai t
hitung
sebesar -3,24 untuk negatif dan 3,24 untuk positif. Nilai t
tabel
untuk dk = 66 pada taraf signifikan 5 adalah 1,70. sedangkan kriteria pengujiannya adalah Ho ditolak jika nilai t
hitung
t
tabel
untuk harga positif atau Ho ditolak jika nilai t
hitung
t
tabel
untuk harga negatif. Karena hasil data di atas menunjukan bahwa nilai t
hitung
t
tabel
untuk harga positif, maka
57
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA Fisika materi Tekanan dengan pendekatan konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil belajar Fisika siswa pada pokok materi Tekanan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme menunjukan peningkatan yang
signifikan. Hal ini terbukti dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada skor postest yang naik 9,27 poin dari rata-rata awal pada skor pretest. Berdasarkan skor
pretest pada kelas eksperimen didapat skor rata-rata sebesar 64,41. Rata-rata tersebut masih sedikit di atas KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 60,00. Dari
nilai rata-rata tersebut, sebanyak 13 siswa memiliki nilai dibawah KKM yang masuk kategori nilai kurang, 6 siswa bernilai cukup, 7 siswa bernilai baik, dan 8
siswa bernilai sangat baik. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 45,00 sedangkan nilai tertingginya adalah 90,00.
Nilai yang rendah pada saat pretest dianggap wajar, karena siswa belum mendapatkan pembelajaran berbasis konstruktivisme pada konsep Tekanan. Pada
skor postest rata-rata nilai siswa berada di angka 73,68. Hal ini menujukan telah terjadi peningkatan kemampuan siswa setelah diberi pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivisme. Siswa 100 melampaui target KKM yang telah ditetapkan pihak sekolah. Dari nilai rata-rata tersebut, 11 siswa bernilai cukup, 10
siswa bernilai baik, dan 13 siswa bernilai sangat baik. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60,00 sedangkan nilai tertingginya adalah 95,00.
Kemampuan kognitif siswa jika dilihat dari kemampuan siswa menjawab soal C1 sampai dengan C4 juga mengalami kenaikan signifikan. Kemampuan
kognitif tingkat C1 naik 25, C2, naik 43, C3 naik 55, dan C4 naik 50. Jika dibuat rata-rata keberhasilan kenaikan C1 sampai dengan C4 adalah diperoleh
sebesar 33,07. Keberhasilan siswa dalam mencapai nilai yang diharapkan, membuat
bangga semua pihak. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran, guru menyajikan materi pembelajaran melalui media alat-alat praktikum secara riil
yang dapat dilihat, dipegang dan dipraktekkan oleh siswa. Selain itu, guru juga