Pengertian Hasil Belajar Tinjauan Pustaka 1. Konstruktivisme
24
maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk diagnosis dan pengembangan, untuk seleksi, untuk kenaikan kelas dan untuk penempatan.
Sebagai salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka evaluasi
belajar memiliki tujuan yang berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah-ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar secara umum di
klasifikasikan menjadi tiga, yakni : a. Ranah Kognitif
Bloom
28
membagi tingkat pengetahuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu pengetahuan hafalan knowledge,
pemahaman atau komprehensi comprehension, penerapan aplikasi application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan evaluasi evaluation.
Tipe belajar pengatahuan hafalan ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta siswa untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, atau
istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat
mengunakannya. Dalam hal ini siswa biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali atau menghafal saja. Sedangkan pemahaman atau komprehensi menuntut
siswa untuk mampu memhami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.
Kemampuan kognitif yang ketiga adalah aplikasi atau penerapan. Dalam tinkat ini, siswa dituntut kemampuannya untuk menerapakan atau menggunakan
apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang baru baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstaksi pada situasi kongkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Sedangkan analisis sebagai kemampuan tingkat kognitif yang keempat menuntut
kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen
atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tingkat analisis, siswa diharapkan dapat memahami dan
sekaligus dapat memiliah-milahnya menjadi bagian-bagian. Hal ini dapat berupa
28
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet. Ke 13, h. 43
25
kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya.
Tipe hasil belajar yang kelima adalah tingkat kemampuan sintesis. Yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke
dalam suatu bentuk yang menyeluruh.
29
Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau
menemukan abstraksinya yang berupa integritas. Tanpa kemampuan sintesis yang tinggi, seseorang akan hanya melihat unit-unit atau bagian-bagian secara terpisah
tanpa arti. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dan berpikir kreatif ini merupakan salah satu hasil yang
dicapai dalam pendidikan. Tipe hasil belajar yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan ini,
siswa diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya berdasarkan pengetahuan siswa sendiri.
Dewasa ini untuk ranah kognitif biasanya digunakan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Revisi taksonomi Bloom pertama kali dikemukakan oleh
Lorin Anderson salah satu murid Bloom sekitar tahun 1990-an. Secara garis besar revisi tersebut menakup hal-hal sebagai berikut:
1 Nama keenam aspek kognitif diubah dari kata benda ke kata kerja dengan pertimbangan taksonomi kognitif merefleksikan bentuk lain dari berfikir, dan
berfikir adalah proses aktif, untuk itu kata kerja adalah yang paling akurat. 2 Nama sub kategori pengetahuan knowledge diganti dengan istilah sub
kategori mengingat remembering, mengingat pengetahuan merupakan produk berfikir, sehingga tidak tepat jika digunakan untuk memahami kategori
berfikir. 3 Sejalan dengan perubahan istilah di atas, istilah sintetis synthesis diubah
menjadi mengkreasi creating agar dapat merefleksikan sebaik-baiknya secara alamiah digambarkan dengan keenam-enamnya dari masing-masing kategori.
29
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet. Ke 13, h. 46
26
4 Beberapa sub kategori dilakukan pengorganisasian yang baru sebagaimana ditunjukkan diagram di bawah ini: aspek pertama, kedua, dan ketiga termasuk
kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima, dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi.
o Evaluation
o Synthesis
o Analysis
o Application
o Comprehension
o Konwledge
o Creating
o Evaluating
o Analysing
o Applying
o Understanding
o Remembering
Gambar 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi Penjelasan mengenai keenam aspek Taksonomi Bloom yang telah direvisi
adalah sebagai berikut, pertama adalah aspek mengingat. Aspek ini merupakan aspek yang paling rendah dalam urutan hirarki piramidal ranah kognitif. Dalam
jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti
atau dapat menggunakannya. Jadi, aspek mengingat recalling secara cepat informasi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan adalah: menyebutkan, menunjukan, mengenal, mengingat kembali, mendefinisi, memilih, dan mengatakan.
Kedua adalah aspek memahami yang meliputi juga aspek pengetahuan. Pada aspek ini, siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keahrusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Contoh kata kerja
operasional yang digunakan adalah mengklasifikasikan, mengutip, mengubah, menguraikan, membahas, memperkirakan, menjelaskan, menggeneralisasikan,
memberi contoh, menggambarkan, menyatakan kembali, merangkum, menelusuri, mengerti.
Ketiga adalah aspek menerapkan, yang meliputi aspek memahami dan mngingat. Dalam jenjang kemampuan ini, siswa dituntut kesanggupannya untuk
menerapkan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan
27
lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi menerapkan tapi ingatan semata-mata.
Keempat adalah aspek menganalisis, yang meliputi aspek menerapkan, memahami, dang mengingat. Pada aspek ini, siswa dituntut untuk dapat
menguraikan informasi ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya, memeriksa informasi tersebut untuk mengembangkan kesimpulan
dengan mengidentifikasi motif atau penyebabnya, dan menemukan bukti untuk mendukung suatu generalisasi.
Kelima adalah aspek menciptakan yang meliputi aspek menganalisis, menerapkan, memahami, dan mengingat. Pada jenjang ini, seseorang dituntut
untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Menciptakan mengacu pada kemampuan untuk
menempatkan bagian-bagian bersama untuk membentuk satu kesatuan yang baru. Ini mungkin melibatkan produksi komunikasi yang unik, rencana operasi, atau
satu set hubungan abstrak. Keenam adalah aspek mengevaluasi, yang meliputi aspek menciptakan,
menganalisis, menerapkan, memahami, dan mengingat. Dalam jenjang kemampuan ini, seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan,
pernyataan, atau konsepberdasarkan kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kriteria tertentu. Mengevaluasi berkaitan dengan
kemampuan untuk menilai-nilai bahan untuk tujuan tertentu. Penilaian harus didasarkan pada kriteria tertentu. Kata kerja operasional untuk merumuskan
indikatornya adalah menafsirkan, menduga, mempertimbangkan, mengevaluasi, menentukan, membandingkan, membakukan, membenarkan, mengkritik, dan
sebaginya. b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ada beberapa jenis
28
kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat yang kompleks.
30
1 Recivingattending, yakni semacam kepekaan dalam menerima ransangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-
lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2 Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup kecepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3 Valuing penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4 Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain-lain. 5 Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
c. Ranah Psikomotorik Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan skill dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni:
31
1 gerakan refleks ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar; 2 ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar;
3 kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;
4 kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;
30
Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belaja Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 cet. Ke 11, hal. 30
31
Ibid, hal. 30
29
5 gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks;
6 kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.