14
Thordike menyatakan bahwa belajar adalah penguatan hubungan stimulus respon.
10
Untuk memperkuat hubungan ini dia mengemukakan beberapa hukum atau ketentuan; yaitu:
1 Law of effect Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan
perasaan senang atau puas. Karena itu membangkitkan rasa senang dengan memuji atau membesarkan hati anak lebih baik dalam mengajar daripada
menghukum atau mencelanya. 2 Law of exercise
Hubungan stimulus-respon akan bertambah kuat apabila sering diadakan latihan-latihan.
3 Law of multiple response Dalam menghadapi situasi yang problematis dimana belum jelas diketahui
respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”, yaitu
mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil yang baik.
4 Law of assimilation Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap
situasi yang baru dengan menyesuaikan atau menganalogikannya dengan apa yang sudah dialamidiketahui.
5 Law of readness Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung
oleh adanya kesiapan untuk bertindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya semakin mantap.
Pavlov dan Watson
11
berpendapat bahwa belajar itu merupakan proses terjadinya reflek-reflek atau reaksi-reaksi bersayarat yang terjadi melalui stimulus
pengganti yang dibiasakan menyertai stimulus yang sebenarnya. Menurut Watson, manusia sejak lahir memiliki beberapa reflek dan reaksi-reaksi emosional seperti
10
Ibid, hal. 64
11
M. Alisuf Sabri, op. cit, hal. 67Ibid, hal. 67
15
takut, marah, dan cinta. Semua tingkah laku manusia itu terbentuk oleh hubungan stimulus respon melalui pengkondisian.
Skinner
12
sedikit berbeda dengan Pavlov dan Watson, menurutnya bahwa penguatan stimulus-respon dapat dilakukan melalui penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif berkaitan dengan pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi dan penguatan negatif berkaitan dengan hukuman bagi
siswa yang bersalah. Karena dengan cara itulah siswa terangsang sikapnya untuk mau belajar dengan tekun.
Sementara Edward R. Guthrie
13
yang merupakan salah seorang tokoh yang mengembangkan teori Watson berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu secara
keseluruhan merupakan rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu
merupakan stimulus yang kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaianrentetan unit
tingkah laku yang terus menerus. Dari pendapat-pendapat dan teori yang telah dikemukakan di atas, terdapat
beberapa kesamaan mengenai definisi belajar, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hakekat belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan,
ketrampilan, pengalaman, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya sebagai hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya.
Dengan demikian dalam proses belajar mengajar sangatlah penting adanya interaksi pembelajar dengan lingkungannya. Dalam hal ini siswa diajak untuk
berfikir dan mengeksplorasi segala kemampuannya sesuai dengan tingkatan daya pikir mereka. Kemampuan yang berbeda antar satu siswa dengan siswa lainnya
justru dapat dimanfaatkan untuk saling melengkapi dengan cara berdiskusi, bekerja sama, bertukan pikiran dan informasi. Inilah yang dimaksud dengan
pengertian belajar di atas dalam konteks proses belajar mengajar di sekolah.
12
Ibid, hal. 68
13
Ibid, hal. 69
16
4. Jenis-Jenis Belajar
Menurut Slameto, jenis-jenis belajar dikategorikan dalam sepuluh macam, yakni:
14
a. Belajar bagian part learning Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan
pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajarai sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu
memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar
keseluruhan atau belajar global. b. Belajar dengan wawasan learning by insight
Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan insight ini
merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berpikir. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasi pola-pola
tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. c. Belajar diskriminatif discriminatif learning
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasistimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman
dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
d. Belajar globalkeseluruhan global whole learning Di sini bahan pelajaran dipelajarai secara keseluruhan berulang sampai
pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering disebut metode Gestalt.
e. Belajar insidental incidental learning Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah
tujuan intensional. Sebab dalam belajar insidental pada inidividu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian,
disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila
14
Slameto, Op.cit hal.5
17
tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.
f. Belajar instrumental instrumental learning Pada belajar instrumental,
reaksi-reaksi seseorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu, cepat atau
lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat reinforcement atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah
satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”.
Disini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki dan diberi hukuman jika tidak sesuai dengan tingkah laku yang
dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu. g. Belajar intensional intentional learning
Belajar dalah arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental. h. Belajar laten laten learning
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Selanjutnya eksperimen
yang dilakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khusunya mengenai
peranan faktor penguat reinforcment dalam belajar. Rupanya penguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan faktor atu kondisi yang harus ada dalam
belajar. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.
i. Belajar mental mental learning Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata
terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas
yang sifatnya motoris. Ada yang mengartika belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-
gerakan orang lain dan lain-lain.
18
j. Belajar produktif productive learning R. Bergius 1964 memberikan arti belajar produktif sebagai belajar
dengan transfer yang maksimum.
15
Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut
produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
k. Belajar verbal verbal learning Belajar verbal adalah mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan
ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan
dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesain persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.
5. Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dimyati dan
Mudjiono menyebutkan tujuh prinsipo belajar, yakni:
16
a. Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena
tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan maka akan dapat membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk mempelajarinya.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan
dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan
15
Slameto, op.cit hal. 8
16
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009 cet. Ke 4, hal. 41