Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 mengorganisir siswa dengan baik, maka pendekatan pembelajaran konstruktivisme ini akan berjalan dengan sempurna. Di sisi lain, mengajar merupakan proses negosiasi makna. Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran, pada saat munculnya salah persepsi, guru menyajikan materi yang merangsang pola pikir siswa. Rangsangan pembelajaran yang disajikan guru tersebut, diharapkan dapat menyadarkan siswa akan kekeliruan pengetahuannya, dan pada akhirnya mereka merekonstruksi pengetahuannya menuju konsep yang ilmiah. Setiap pengajar harus menyadari dulu seperti apa pengetahuan awal dan pengalaman yang sudah ada di dalam kepala siswa, dan kemudian dia harus menyesuaikan pelajaran dan cara mengajarnya dengan pengetahuan awal tersebut. Hal ini perlu diberikan penekanan karena pembelajaran fisika adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsepprinsip-prinsip dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsepprinsip itu terbangun kembali; transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsepprinsip baru. Dengan kondisi tersebut, penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat menimbulkan suasana belajar yang lebih bermakna. Pendekatan konstruktivisme akan diterapkan pada konsep tekanan. Konsep ini merupakan salah satu bagian penting karena bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan nyata dan sering ditemui dalam kegiatan seharai-hari, baik yang disadari maupun yang tidak disadari siswa. Sementara itu, tingkat kesulitan untuk memahmi konsep ini cukup tinggi. Tidak mengherankan jika hasil belajar siswa pada konsep ini masih rendah. Melalui pembelajaran konstruktivisme dengan berbagai macam percobaan sederhana, siswa dapat menemukan sendiri aplikasi tekanan pada benda padat, cair, dan gas dalam kehidupan sehari-hari. Pada konsep tekanan ini terkandung indikator dan pengalaman belajar yang sama yaitu mengedepankan kerja ilmiah, yang kemudian dari bekerja ilmiah ini terjadi proses pembentukan konsep yang kuat pada ingatan siswa dan hasil belajarnya pun diharapkan dapat lebih baik. Pembentukan konsep ini di mulai dengan terlibatnya siswa dalam seluruh proses kegiatan belajar, berarti siswa jadi 4 lebih menguasai materi pelajaran dan siswapun akan mendapat pengalaman berharga saat berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud melakukan studi penelitian lebih lanjut apakah terdapat Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Tekanan.

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah berikut: 1. Hasil belajar fisika siswa pada konsep tekanan masih rendah. 2. Siswa kurang diajak untuk membangun sendiri pengalamannya dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Pembelajaran berbasis konstruktivisme masih jarang digunakan sekolah- sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini menjadi jelas dan terarah, maka masalah dibatasi hanya pada pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa konsep Tekanan pada aspek kognitif saja. Ranah kognitif yang dilnilai berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi mulai dari tingkat mengingat C1, memahami C2, menerapkan C3, dan menganalisis C4 pada pokok materi tekanan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada konsep tekanan? ”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar siswa pada pokok materi tekanan. 5

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi siswa diharapkan dapat membangun konsep yang kuat pada diri siswa tentang materi Tekanan sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar mereka. 2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dan bukti otentik tentang efektifitas pembelajaran konstruktivisme, sehingga dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang diterapkan di kelas. 3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam bidang penelitian pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Konstruktivisme

a. Gagasan Dasar Konstruktivisme Salah satu penganut teori konstutivisme adalah Von Glaserveld, dia berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. 1 Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Dengan demikian, pengetahuan bukanlah tentang dunia yang lepas dari pengamatan tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya alatsarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya. Sesorang berinteraksi dengan objek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan meraskannya. Dari sentuhan indrawi itu seseorang membangun gambaran dunianya. Misalnya, dengan mengamati air, bermain dengan air, mencecap air, dan menimbang air, seseorang membangun gambaran pengetahuan tentang air. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan bukanlah hal tertentu dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu. Misalnya saja, pengetahuan kita akan “kucing” tidak sekali jadi, tetapi merupakan proses untuk semakin tahu 1 Paul Suparno, Filsafa Konstrukivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hal. 18 6