ketetapan sebagai wajib pajak gugur dengan sendirinya dan berhak mendapatkan keputusan pencabutan penetapan sebagai wajib pajak.
2.3.4 Objek Pajak
Menurut Mardiasmo 2011:333 yang menjadi objek pajak adalah bumi atau bangunan. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan menurut
nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang.
Dalam menentukan klasifikasi bumi atau tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Letak b. Peruntukan
c. Pemanfaatan d. Kondisi lingkungan dan lain-lain
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Bahan yang digunakan b. Rekayasa
c. Letak d. Kondisi lingkungan dan lain-lain
Menurut Mardiasmo 2011:333-334, objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Banguan adalah objek pajak yang:
a. Digunakan semata-semata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan, antara lain:
1. Di bidang Ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara 2. Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit
3. Dibidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren 4. Di bidang sosial, contoh: panti asuhan
5. Di bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan atau tanah negara yang
belum dibebani suatu hak. d. Digunakan perwakilan diplomatik, konsulat berdasaarkan asas perlakuan
timbal balik. e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
2.3.5 Dasar Pengenaan Pajak
Menurut Mardiasmo 2011:337, dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak
NJOP ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat
GubernurBupatiWalikota Pemerintah Daerah setempat serta memperhatikan asas self assement. Yang dimaksud assessment value adalah nilai jual yang
dipergunakan sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya. Dasar penghitungan pajak adalah yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20 dan setingi-tingginya 100 dari Nilai Jual Objak Pajak NJOP.
Nilai Jual Objek Pajak NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi
jual beli. Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui: a. Perbandingan
harga dengan
objek lain
yang sejenis,
adalah pendekatanmetode penentuan jual suatu objek pajak dengan cara
membandingkannya dengan objek lain yang sejenis, yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.
b. Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatanmetode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut.
c. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatanmetode penetuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.
Untuk perekonomian sekarang ini, terutama untuk tidak terlalu membebani wajib pajak di daerah pedesaan, tetapi dengan tetap memperhatikan penerimaan,
khususnya bagi Pemerintah Daerah, maka telah ditetapkan besarnya persentase untuk menentukan besarnya NJKP, yaitu:
1. Sebesar 40 dari NJOP untuk: a. Objek Pajak perkebunan
b. Objek Pajak Kehutanan c. Objek Pajak lainnya, yang Wajib Pajaknya perorangan dengan NJOP atas
bumi dan bangunan sama atau lebih besar dari 1 Miliar rupiah. 2. Sebesar 20 dari NJOP untuk:
b. Objek Pajak Pertambangan c. Objek Pajak lainnya yang NJOP-nya kurang dari Rp 1.000.000.000,00
2.3.6 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak