bersama rekan-rekan kantornya yang dinilai lebih banyak mudharat-nya dari pada hal positifnya.
3. Responden III
a. Sumber stres
Ketika aspek dari pekerjaan dirasakan tidak jelas, maka frustasi dan stres dapat timbul pada diri individu Greenberg, 2006. Hal ini sesuai dengan apa yang
dialami oleh responden. Responden merasa tugas WH tidak memiliki kekuatan hukum yang kuat dan tupoksi yang jelas, sehingga responden seringkali merasa
ragu-ragu dalam menjalankan tugasnya, responden takut jika ternyata responden melakukan tugas orang lain yang dapat memunculkan penilaian negatif dari
masyarakat, walaupun responden yakin apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang benar. Permasalahan yang responden alami ini dinilai sebagai beban terberat
dari pekerjaannya. Beban yang dirasakan responden semakin kuat ketika responden mendapatkan
tugas yang berbeda dengan tupoksi tugas pokok dan fungsi WH dari atasannya, Satpol PP. Responden menilai Satpol PP tidak memahami tupoksi WH yang
menyebabkan Satpol PP seringkali memberi tugas yang tidak sesuai dengan tupoksi WH. Hal ini membuat responden merasa tidak nyaman sehingga
melaksanakan tugasnya dengan setengah hati. Selain menilai Satpol PP tidak memahami tupoksi WH, responden juga menilai bahwa Satpol PP tidak
memahami agama dan Qanun. Hal ini ditambah dengan tingkat pendidikan Satpol PP yang lebih rendah dari pada WH. Penilaian responden terhadap atasannya ini
sangat mempengaruhi kinerja responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stenmetz 1979 bahwa persepsi seseorang terhadap orang lain dalam suatu
hubungan pekerjaan sangat mempengaruhi kualitas kerja yang dihasilkan. Penilaian negatif yang responden miliki terhadap atasannya menyebabkan
responden tidak dapat melakukan kerja sama yang baik denagn atasannya, dan hal ini ternyata menimbulkan stres tersendiri bagi responden.
Dalam melaksanakan tugasnya, responden mengalami ketakutan ketika responden menindak pelaku pelanggar syariat Islam yang berasal dari tentara atau
polisi. Responden menilai bahwa tentara dan polisi bisa saja balas dendam dan melakukan tindakan berbahaya terhadap responden yang bisa mengamcam
keselamatan jiwa responden. Responden merasa siap untuk melaksanakan tugasnya namun belum siap mati. Rasa ketakutan juga dialami responden ketika
responden menindak pelaku khamar, dimana responden merasa bahwa pelaku khamar adalah orang-orang yang arogan yang bisa saja melakukan tindakan
kekerasa terhadap responden sebagai bentuk balas dendam atas penangkapan yang responden lakukan. Dan kondisi ini menimbulkan stres bagi responden. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lazarus dan Folkman 1984 bahwa sesuatu dinilai sebagai sumber stres jika dianggap mengancam atau berbahaya bagi individu.
Greenberg 2006 juga meletakkan physical danger sebagai salah satu sumber stres dalam pekerjaan.
Kondisi masyarakat yang belum sesuai dengan syariat Islam membuat responden merasa malu karena responden merasa belum mampu menjalankan
tugasnya dengan maksimal. Responden merasa ketidakjelasan tugas dan faktor
keamanan yang mempengaruhi kinerja responden menyebabkan responden merasa takut sehingga tidak mampu menjalankan tugasnya dengan maksimal.
Apalagi responden merasa kesulitan melaksanakan tugasnya dengan jumlah personil WH yang hanya 3 tiga orang di kecamatannya. Responden merasa
mengalami beban mental menghadapi kondisi ini. Greenberg 2006 menyatakan bahwa keyakinan bahwa pekerjaan telah dilakukan dengan benar merupakan salah
satu bentuk motivasional factor yang berpengaruh terhadap kenyamanan dalam bekerja. Jika seseorang tidak memiliki keyakinan bahwa pekerjaannya telah
dilakukan dengan benar, maka hal ini akan berpengaruh terhadap motivasi kerjanya yang dapat menimbulkan job dissatisfaction yang merupakan salah satu
sumber stres dalam pekerjaan.
b. Coping stres.