Wewenang Wilayatul Hisbah WILAYATUL HISBAH 1. Pengertian Wilayatul Hisbah

Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. 3. Tugas yang berhubungan dengan pembinaan meliputi : a. Menegur memperingatkan dan menasehati individu yang patut di duga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Syariat Islam b. Berupaya untuk menghentikan kegiatanperbuatan yang patut diduga telah melanggar peraturan perundangan di bidang Syariat Islam c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalahgunaan izin penggunaan suatu tempat atau sarana

3. Wewenang Wilayatul Hisbah

Abubakar 2008 menyatakan bahwa sesuai dengan keputusan Gubernur Nomor 01 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata kerja Wilayatul Hisbah, Wilayatul Hisbah berwenang dalam penanganan setiap pelanggaran dan pembinaan Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, wewenang tersebut adalah: a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang- undangan di bidang Syariat Islam b. Menegur, menasehati, mencegah dan melarang setiap orang yang patut diduga telah sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang- undangan di bidang Syariat Islam Setiap aparatur Wilayatul Hisbut mempunyai wewenang yaitu : a. Menerima laporan pengaduan dari masyarakat b. Menyuruh berhenti individu yang patut diduga sebagai pelaku pelanggaran Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. c. Meminta keterangan identitas setiap orang yang patut diduga telah dan sedang melakukan pelanggaran d. Menghentikan kegiatan yang patut diduga melanggar peraturan perundang- undangan WH juga mempunyai wewenang menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang terbukti melanggar syari’at. Tentu hukuman itu berbentuk ta’zir, yaitu hukuman yang diputuskan berdasarkan kearifan sang hakim diluar bentuk hukuman yang ditetapkan syara’. Hukuman yang dijatuhkan WH juga tidak seberat hukuman yang dijatuhkan melalui lembaga peradilan. WH boleh membakar VCD porno, menyita barang yang ditimbun oleh pedagang sehingga menyengsarakan masyarakat lalu membagi-bagikannya kepada orang miskin, mengancam pencemaran nama baik, memasukkan ke penjara, sampai kepada mengarak si pelanggar keliling kota dan menggantungi tulisan “saya telah melanggar syariat dan tidak akan mengulanginya lagi”. Ketika menjatuhi hukuman, WH harus sudah mempunyai cukup bukti dan memang tampak jelas terbukti bahwa individu betul-betul melanggar syari’at dzahara fi’luhu, atau tampak jelas individu meninggalkan perkara syari’at dzahara tarkuhu. Karena itu WH tidak boleh sewenang-wenang, apalagi kalau hanya berdasarkan prasangka-prasangka yang belum tentu benar. Hal ini penting karena masyarakat tentu sangat sensitif terhadap segala macam bentuk hukuman, apalagi kalau ternyata ia tidak melanggar syari’at atau hanya berdasarkan prasangka WH saja. Kesalahan menjatuhi hukuman akan membuat masyarakat Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. apatis terhadap syariat dan menganggap syari’at mengganggu kebebasan privasi mereka Furqani, 2007. Namun demikian, wewenang WH hanya mengawasi hal-hal yang tampak zahir dan sudah ma’ruf di kalangan masyarakat. Yaitu perkara-perkara umum yang tidak ada perselisihan ulama tentang kewajiban melaksanakannya ataupun meninggalkannya, atau sering juga disebut perkara-perkara yang sudah menjadi ‘uruf adat dalam keseharian masyarakat. Adapun perkara-perkara detail yang masih berupa was-was, dugaan, syak wasangka, dan memerlukan investigasi secara mendalam, pembuktian, kesaksian dan sumpah bukan termasuk wewenang WH Furqani, 2007.

D. GAMBARAN COPING STRES PADA WILAYATUL HISBAH YANG DITEMPATKAN DI DESA