Sumber-sumber Stres STRES 1. Pengertian Stres

Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. 3. lingkungan. Jumlah, intensitas, dan durasi dari kejadian yang menimbulkan stres, dapat diprediksitidak, dapat dikontroltidak, tingkat keparahan dari situasi, ketersediaan dukungan sosial, faktor budaya juga mempengaruhi cara individu berespon terhadap sumber stres.

3. Sumber-sumber Stres

Sumber-sumber stres dapat berubah sesuai dengan perkembangan individu, tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap waktu sepanjang kehidupan Sarafino, 2006. Sumber-sumber stres disebut dengan stresor. Stresor adalah bentuk yang spresifik dari stimulus, apakah itu fisik atau psikologis, menjadi tuntutan yang membahayakan well being individu dan mengharuskan individu untuk beradaptasi dengannya. Semakin besar perbedaan antara tuntutan situasi dengan sumber daya yang dimiliki, maka situasi tersebut akan dipandang semakin kuat menimbulkan stres Passer Smith, 2007. Stress dapat muncul dari pekerjaan individu. Menurut Cary Cooper dalam Greenberg, 2004 di dalam pekerjaan terdapat 6 hal yang dapat menjadi sumber stress, yaitu: 1. Job Conditions. Kondisi pekerjaan yang dapat menimbulkan stress seperti: a. job complexity, merupakan kesulitan yang tidak bisa dipisahkan dari pekerjaan yang harus dilaksanakan. Biasanya berhubungan dengan hal-hal seperti jumlah dan kesempurnaan informasi yang diperlukan agar individu dapat berfungsi di pekerjaannya, perluasan atau penambahan metoda untuk melakukanmenyelenggarakan pekerjaan, atau pengenalan tentang Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. perencanaan mengenai segala kemungkinan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. b. work overload, dapat dibedakan menjadi overload qualitative dan overload quantitative. Overload qualitative terjadi jika terlalu kompleks dan terlalu banyak yang harus dilakukan. Sedangkan overload quantitative terjadi jika tuntutan fisik dari pekerjaan melebihi kapasitas individu. c. assembly line hysteria, meliputi rasa muak, kelelahan otot, sakit kepala yang parah, dan penglihatan yang kabur. Walaupun terdapat symptom fisik, namun tidak terdapat basis fisik dari simpton tersebut. Simptom muncul sebagai bagian dari respon psikologis terhadap pekerjaan yang terlihat membosankan, terlalu sedikit interaksi sosial, dan rendahnya tingkat kepuasan terhadap pekerjaan. d. decision making, responsibility, and stres. Jika keputusan atasan semakin menuntut tanggungjawab dari individu, maka pekerjaan tersebut semakin meningkatkan kemungkinan timbulnya stress. e. physical danger, merupakan sumber yang sangat potensial untuk menimbulkan stress, ketika individu berhadapan dengan bahaya fisik saat menjalankan kewajiban pekerjaanya. f. shift work. Shift work menuntut individu untuk merubah jadwal mereka dari perencanaan awal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan pada waktu tidur normal individu, neurophysiological rhythm, metabolisme, dan mental efficiency. 2. role ambiguity Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. Terjadi ketika individu tidak mengetahi apa yang diharapkan darinya dan apa yang dianggap benar dari pekerjaannya. Efek dari role ambiguity ini adalah dapat menimbulkan penurunan performace dan kepuasan kerja, kecemasan, dan keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. 3. interpersonal stres adanya dukungan sosial dari pekerja lain, pihak manajemen, keluarga dan teman dapat mengurangi ketegangan dalam pekerjaan. 4. career development individu memiliki beberapa harapan terhadap pekerjaannya, seperti mengharapkan kenaikan yang cepat atau setidaknya kemajuan yang terus menerus, mengharapkan beberapa kebebasan dalam pekerjaan, mengharapkan pendapatan yang meningkat, keinginan untuk belajar berbagai hal baru dan melakukan pekerjaan baru, dan keinginan untuk menemukan solusi dari permasalahan tertentu. Ketika harapan tersebut tidak didapatkan, individu sering kehilangan motivasi berprestasi dan self esteem yang penting untuk mendapatkan kepuasan kerja. Ketika kenaikan jabatan tidak didapatkan atau ketika pekerjaan yang dilihat menjamin keamanan justru terancam dengan pemberhentian, maka karyawan cenderung mengalami stress. 5. organizational structure and development cara pengaturan pekerjaan juga dapat mengakibatkan timbulnya stress. Tidak setuju dengan struktur pekerjaan yang kaku, percekcokan dengan rekan kerja, sedikitnya kesempatan untuk membuat keputusan dan sedikitnya dukungan terhadap inisiatif individu dapat menimbulkan stress. Rena Kinnara Arlotas : Gambaran Coping Stres Pada Wilayatul Hisbah Yang Ditempatkan Di Desa, 2010. 6. home-work connection. Kondisi rumah dan tempat kerja saling mempengaruhi. Jika di rumah terdapat tekanan, maka hal ini dapat mempengaruhi performa individu di pekerjaan. Banyak individu yang menempatkan rumah sebagai tempat perlindungan, tetapi jika tempat perlindungan ini terganggu, apakah itu karena gangguan di pekerjaan atau konflik di rumah, maka efek dari stress di pekerjaan semakin dirasakan.

4. Penilaian Terhadap Stress