Coping stres. Responden III

keamanan yang mempengaruhi kinerja responden menyebabkan responden merasa takut sehingga tidak mampu menjalankan tugasnya dengan maksimal. Apalagi responden merasa kesulitan melaksanakan tugasnya dengan jumlah personil WH yang hanya 3 tiga orang di kecamatannya. Responden merasa mengalami beban mental menghadapi kondisi ini. Greenberg 2006 menyatakan bahwa keyakinan bahwa pekerjaan telah dilakukan dengan benar merupakan salah satu bentuk motivasional factor yang berpengaruh terhadap kenyamanan dalam bekerja. Jika seseorang tidak memiliki keyakinan bahwa pekerjaannya telah dilakukan dengan benar, maka hal ini akan berpengaruh terhadap motivasi kerjanya yang dapat menimbulkan job dissatisfaction yang merupakan salah satu sumber stres dalam pekerjaan.

b. Coping stres.

Permasalahan-permasalahan yang responden alami dihadapi dengan berbagai macam bentuk coping. Sebagian besar dihadapi dengan kedua bentuk coping, namun terdapat juga beberapa permasalahan yang dihadapi responden hanya dengan problem focus coping atau hanya dengan emotional focus coping. Permasalahan yang dihadapi hanya dengan problem focused coping adalah permasalahan ketakutan mendapatkan perilaku kekerasan dari tentara atau polisi atau pelaku khamar yang ingin balas dendam terhadap responden. Untuk menghadapi permasalahan ini, responden mengunakan problem focused coping berupa planful problem solving, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis. Hal ini dilakukan responden dengan tidak menindak tentara atau polisi yang melakukan pelanggaran jika sedang melakukan razia sendirian. Atau responden akan memanggil POM Polisi Militer untuk membantu menindak polisi atau tentara yang melakukan pelanggaran. Untuk pelaku khamar, responden akan menyerahkan pelaku khamar tersebut kepada pihak kepolisian, karena responden menilai pihak keepolisian memiliki kekuatan hukum yang lebih untuk menindak pelaku khamar. Permasalahan lain yang dihadapi responden hanya dengan problem focused coping adalah permasalahan ketidak jelasan tugas dan hak WH. Untuk menghadapi permasalahan ini, responden menggunakan problem focused coping berupa planful problem solving, yaitu dengan melaksanakan tugas penuh hati-hati, sebelum menindak responden akan memikirkan dengan baik-baik apakah yang akan dilakukannya benar-benar tugas WH atau tidak, agar terhindar dari tanggapan negatif masyarakat. Selain kedua permasalahan di atas, permasalahan lain yang dihadapi responden hanya dengan problem focused coping adalah permasalahan ketiadaan jenjang tingkatan karir di WH. Menghadapi permasalahan ini, responden menggunakan problem focused coping berupa planful problem solving dengan mendaftarkan diri pada program data base yang disediakan pemerintah. Responden berharap denagn mengikuti program data base ini, responden akan memperoleh SK dari WH sehingga responden dapat mencari pekerjaan lain. Permasalahan yang responden alami dengan atasannya dihadapi responden dengan menggabungkan emotion focused coping dan problem focused coping. Responden mencoba untuk memberi penjelasan pada atasan mengenai tupoksi WH yang sebenarnya. Dengan memberi penjelasan ini, responden berharap atasannya akan memahami tupoksi WH sehingga tidak akan memberi instruksi yang berlawanan dengan tupoksi WH. Tetap melaksanakan instruksi atasan walaupun dengan setengah hati. Setelah responden member penjelsan kepada atasannya, ternyata atasannya tidak memahami apa yang responden sampaikan. Hal ini membuat responden merasa kesal dan kecewa, namun responden berusaha untuk mengatur dirinya Self-control dengan mengatur perasaannya untuk bersabar menghadapi kondisi ini. Beban pekerjaan yang dirasa sangat berat dihadapi responden dengan menggabungkan emotion focused coping dan problem focused coping. Responden berusaha untuk tetap melaksanakan tugas semaksimal mungkin. Namun responden juga berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dengan mencari kegiatan lain seperti mengembangkan usaha kerambah dan bekerja sebagai dosen untuk menghilangkan kejenuhannya dan menyegarkan kembali ingatan pada ilmu teknik yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Menghadapi permasalahan kurang maksimalnya hak dan kewajiban WH, responden mencoba untuk mengajukan tuntutannya untuk menambah hak dan kewajiban WH kepada pemerintah. Selain itu responden juga mencoba untuk menyampaikannya kepada paman responden yang memiliki jabatan lebih tinggi dengan harapan akan disampaikan kepada pemerintah. Namun setelah menunggu beberapa waktu dan responden belum mendapatkan perkembangan yang berarti dari pemerintah, responden mencoba untuk menunggu saja kebijakan pemerintah dan mengontrol emosinya dengan bersabar menghadapi kondisi ini. Menghadapi permasalahan dari masyarakat, responden mencoba untuk tetap melaksanakan tugasnya dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat dengan cara yang lemah lembut, responden berharap dengan diperlakukan seperti ini, masyarakat tidak akan memberikan protes pada responden. Jika masyarakat masih memberikan protes, maka responden mencoba untuk bersabar saja. Responden juga menghadapi permasalahan yang dihadapinya dengan hanya menggunakan emotional focus coping. Hal ini terlihat dari cara responden menghadapi permasalahan minimnya gaji yang diberikan pemerintah untuk WH dengan rasionalisasi, yaitu mencari alas an logis dari situasi yang terjadi. Dimana responden berfikir bahwa dengan posisi WH sebagai tenaga kontrak, maka adalah suatu hal yang wajar jika WH memiliki jumlah gaji yang minim. Rangkuman Analisa Antar Responden Berdasarkan analisa masing-masing responden yang telah dilakukan, maka pada tabel berikut ini akan dijelaskan dengan lebih ringkas rangkuman analisa antara ketiga responden. Tabel 6. Rangkuman Analisa Antar Responden N o Responden I Responden II Responden III Sumber Stres Emotional Focus Coping Problem Focus Coping Sumber Stres Emotional Focus Coping Problem Focus Coping Sumber Stres Emotional Focus Coping Problem Focus Coping 1. physical danger Ketakutan terhadap tindakan brutal yang akan dilakukan masyarakat - a. Tidak terjun ke lapangan jika kondisi dinilai membahay akan b. Memberika n teguran dengan cara yang lembut, dengan intonasi suara yang lembut. c. Merazia - - - Merasa takut mendapatkan perilaku kekerasan dari tentara atau polisi atau pelaku khamar yang ingin balas dendam terhadap responden. - a. Tidak menindak tentara atau polisi yang melakukan pelanggara n jika sedang melakuakn razia sendirian. b. Memanggil POM untuk membantu menindak secara fardiyah pendekata n personal saja. polisi atau tentara yang melakukan pelanggara n. c. Menyerahka n pelaku khamar kepada pihak kepolisian. 2. decision making, responsibility , and stress a. Merasa kurang sinkron dengan atasan. Atasan dinilai memiliki cara memimpin yang keras, Merasa tidak mampu melakukan apa-apa Membiarkan pimpinan melakukan apa yang dilakukannya dan tetap melakukan hal yang dianggap benar, a. Merasa kurang sinkron dengan atasan. Atasan dinilai memiliki cara memimpin yang keras, arogan, dan mendidik Bersabar, terkadang melampiaskan ke keluarga. Membiarkan pimpinan melakukan apa yang dilakukannya dan tetap melakukan hal yang dianggap benar, a. Merasa bertolak belakang dengan atasan. Atasan tidak memahami agama dan Qanun. b. Merasa tidak bisa bekerja sama dengan atasan.

c. Merasa kesal

karena atasan memberi instruksi tugas Bersabar, mendiamka nnya saja a. Mencoba memberi penjelasan pada atasan mengenai tupoksi WH yang sebenarnya. b. Tetap melaksanak an instruksi atasan walaupun dengan setengah sementara WH bekerja dengan cara yang lembut. b. Atasan kurang mendukung kinerja WH c. Atasan tidak memahami Qanun. d. Atasan tidak menindakla njuti pelanggar yang telah ditangkap WH e. Atasan juga banyak terlibat kasus pelanggaran Qanun dengan cara militer, sementara WH bekerja dengan perkataan dan cara yang lembut. b. Atasan kurang mendukun g kinerja WH c. Atasan tidak menindakl anjuti pelanggar yang telah ditangkap WH d. tingkat pendidika n WH lebih yang tidak sesuai dengan tupoksi WH

d. Atasan kurang

mendukung kinerja WH

e. Atasan tidak

menindaklanjut i pelanggar yang telah ditangkap WH f. Tingkat pendidikan WH lebih tinggi dari pada atasan. hati. tinggi dari pada atasan. 3. work overload Merasa beban pekerjaannya sangat berat a.Mencari sisi positif, dengan mengangg ap bahwa walaupun tugas WH berat, namun memiliki banyak pahala. b. Sharing dengan rekan- rekan sesama WH kecamata n. Menyiapkan rencana untuk melakukan pendekatan personal terhadap masyarakat khususnya kaum ibu. a. Merasa beban pekerjaan nya sangat berat b. Merasa sulit bekerja maksimal karena hanya sendirian di kecamata n X Ingin melupakan segala permasalahan dan menghindari situasi ini dengan berhenti dari WH a. Mengisi pengajia n di daerah yang dapat dijangka u saja b. Melakuk an razia secara fardiyah saja. Merasa memiliki tugas yang sulit. Merasa WH bukan merupakan inti pekerjaannya. Mengalihka n pikirannya ke kegiatan lain. a. Berusaha melaksanak an tugas semaksimal mungkin. b. Bekerja sebagai dosen c. Mengemban gkan usaha kerambah. 4. organizational structure and - a. Jika dilaksanaka a. Merasa hak dan Merasa tidak mampu a. Melalui rekan- a. Merasa sulit bekerja Bersabar a. Mengajukan tuntutanny development a. Merasa hak dan kewajibann ya kurang. WH tidak berhak menagkap pelanggar yang kedapatan melakukan pelanggaran Qanun. b. Merasa ribet dengan administras i yang memerluka n SPJ jika akan turun ke lapangan n rapat dengan atasan, responden mengajukan tuntutannya untuk menambah hak dan kewajiban WH. b. Jika tidak ada SPJ, responden melakukan tugas secara fardiyah pendekatan personal saja. kewajiban nya kurang. WH tidak berhak menagkap pelanggar yang kedapatan melakuka n pelanggar an Qanun. b. Merasa tidak mampu melakuka n apa-apa jika pelanggar yang ditangkap ternyata kemudian dilepaska n oleh atasan c. Mengala melakukan apa-apa. Menghindari situasi berkumpul dengan rekan- rekannya. rekan sesama WH, responde n mengaju kan tuntutan nya untuk menamb ah hak dan kewajiba n WH. b. Menung gu kebijaka n pemerint ah terhadap WH c. Mengura ngi jam ke kantor, sehingga maksimal karena jumlah personil WH hanya 3 orang di kecamatan X b. Merasa hak dan kewajibannya kurang. WH tidak berhak menagkap pelanggar yang kedapatan melakukan pelanggaran Qanun. a untuk menambah hak dan kewajiban WH kepada pemerintah . b.Menyampai kannya kepada paman yang memiliki jabatan lebih tinggi dengan harapan akan disampaik an kepada pemerintah c. Menunggu kebijakan pemerintah terhadap WH mi konflik dengan rekan di kantor lebih banyak ke lapangan agar tidak banyak mengha biskan waktu dengan rekan- rekan di kantor 5. Role ambiguity - - - - - a. Merasa Qanun dan hukum yang mengatur tugas-tugas WH belum jelas, di tengah-tengah, masih setengah- setengah b. Merasa tugas- tugas WH belum jelas, - Melaksanakan tugas dengan hati-hati, sebelum menindak, memikirkan dengan baik- baik apakah yang akan dilakukannya benar-benar tugas WH atau tidak, agar terhindar dari antara iya dan tidak. tanggapan negatif masyarakat. 6. Interpersonal stress a. Masyarakat kurang mendukung kinerja WH. b. Masyarakat kurang menghargai WH c. Masyarakat protes terhadap teguran WH d. Masyaraka t selalu menyalahkan WH Sharing dengan rekan-rekan sesama WH kecamatan, bersabar, ikhlas, a. Menunjukka n ayat Al- Quran untuk meyakinkan masyarakat b. Menegur masyarakat dengan lembut c. Melakukan razia secara fardiyah saja. a. Masyarakat kurang mendukun g kinerja WH. b. Masyarakat kurang mengharg ai WH c. Masyarakat protes terhadap teguran WH d. Masyarakat selalu menyalah kan WH e. Tidak mampu terlalu memaksa masyarak at desa yang a. Sharing dengan rekan- rekan di kantor dan dengan suami. b. Mengung kapkan kemaraha nnya pada masyarak at Memberikan pengarahan kepada masyarakat melalui pengajian dan melakukan pendekatan terhadap para orang tua, terutama pada para Ibu. a. Masyarakat kurang mendukung kinerja WH. b. Masyarakat kurang menghargai WH c. Masyarakat protes terhadap teguran WH d. Masyarakat menganggap WH tidak bekerja Bersabar Tetap melaksanakan tugasnya dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat dengan cara yang lemah lembut, berkelubu ng untuk mengguna kan jilbab 7. Career development Merasa karir di WH tidak bisa meningkat - Mengikuti tes CPNS agar bisa mendapatkan pekerjaan lain yang memiliki jenjang kenaikan karir. Merasa karir di WH tidak bisa meningkat Merasa tidak mampu melakukan apa-apa - Merasa karir di WH tidak bisa meningkat - Mengikuti data base. 8. Dana a. Merasa gaji yang diberikan tidak sesuai dengan beban kerjanya. Gaji yang diterima masih di bawah UMR Menganggap pekerjaannya untuk amal. a. Mengajuka n tuntutan penambaha n gaji kepada atasan b. Melaksana kan tugas ke daerah- daerah yang dapat dijangkau saja. Merasa gaji yang diberikan tidak sesuai dengan beban kerjanya. Gaji yang diterima masih minim Menyukuri apa yang ada Mengajukan tuntutan penambahan gaji kepada atasan Merasa gaji yang diberikan tidak sesuai dengan beban kerjanya. Gaji yang diterima masih minim Mencari rasionalisasi bahwa WH menang tenaga kontrak, jadi sudah sewajarnya memperoleh gaji seperti itu. - Upah Minimum Rata-rata b. Tidak diberikan dana transportas i oleh pemerintah untuk melakukan pengawasa n ke daerah- daerah .

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada BAB ini, peneliti akan menyimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Selanjutnya, kesimpulan didiskusikan berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Pada akhir BAB ini juga dikemukakan saran- saran praktis dan metodologi yang berguna bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tema coping stres pada Wilayatul Hisbah yang ditempatkan di desa.

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan interpretasi, maka diambil kesimpulan

bahwa: 1. Sumber stres pada Wilayatul Hisbah yang ditempatkan di desa pada penelitian ini adalah sumber stres yang berasal dari pekerjaan. Adapun dimensi dari pekerjaan yang menimbulkan stres adalah physical danger, decision making, responsibility and stress, work overload, role ambiguity, interpersonal stress, career development, organizational structure and development. Pada responden I, responden tidak menganggap dimensi role ambiguity sebagai sumber stres, namun responden menanggap keenam dimensi pekerjaan lainnya sebagai sumber stres. Pada responden II, responden tidak menganggap physical danger dan role ambiguity sebagai sumber stres, namun responden menganggap dimensi pekerjaan lainnya sebagai sumber stres. Pada