9. Analisis Hubungan antara Luas Ventilasi dengan Gejala ISPA
pada Balita
Pada penelitian ini, variabel luas ventilasi merupakan ukuran luas perbandingan antara kamar dengan ventilasi. Adapaun hasil yang
diperoleh yaitu luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat sebanyak 64,7 sedangkan luas ventilasi kamar yang memenuhi syarat sebanyak
35,3. Berdasarkan tabel 5.23. diketahui balita yang luas ventilasi
kamar tidak memenuhi syarat dan mengalami ISPA adalah 59,1 serta luas ventilasi kamar tidak memenuhi syarat dan tidak mengalami ISPA
sebanyak 40,9 sedangkan luas ventilasi kamar yang memenuhi syarat dan mengalami ISPA sebanyak 54,2 serta luas ventiasi kamar yang
memenuhi syarat dan tidak mengalami ISPA sebanyak 45,8. Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai pvalue 0,799 pvalue
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara luas ventilasi dengan gejala ISPA pada balita di desa
tamansari tahun 2013. Menurut Tulus 2008 pengaruh buruknya ventilasi adalah
kurangnya kadar O
2
dan bertambahnya kadar CO
2
, adanya pengap, suhu udara ruangan naik dan kelembapan udara ruangan bertambah. Efek
dari pencemaran udara ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk virus, bakteri dan
mikroorganisme lainya tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan. Hal inilah yang akan memudahkan terjadinya penularan penyakit ISPA.
Luas ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena tipe rumah yang keci karena kepemilikan tanah yang sempit.
Ditambah lagi ada sebagian rumah yang tidak memiliki ventilasi dikarenakan rumah responden berdekatan dengan pembakaran batu
kapur, sehingga masyarakat tidak membuat ventilasi karena debu akan mudah masuk kedalam kamar. Ventilasi rumah lebih banyak hanya di
rumah bagian depan. Sementara pada bagian kamar tidak dibuatkan ventilasi.
Hasil perhitungan analisis bivariat diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas ventilasi dengan gejala
ISPA pada balita. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nuryanto 2012 yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara
luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita. Walaupun pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara
luas ventilasi dengan gejala ISPA pada balita, namun dirasa penting agar responden membuat ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu 10 luas lantai kamar. Luas ventilasi rumah yang berfungsi untuk mengatur udara, karena kondisi dinding rumah dapat memberikan
kontribusi terciptanya kelembaban dan temperatur yang memungkinkan suatu bibit penyakit akan mati atau berkembangbiak. Luas ventilasi
rumah selain bermanfaat untuk sirkulasi udara tempat masuknya cahaya
juga mengurangi kelembaban dalam ruangan. Kelembaban tinggi dapat disebabkan karena uap air dari keringat manusia maupun pernapasan.
Kelembaban dalam ruang tertutup dimana banyak terdapat manusia di dalamnya lebih tinggi kelembaban dibanding diluar ruang. Hal ini
semakin membahayakan kesehatan manusia.
10. Analisis Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan Gejala ISPA