77
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan peneliti yaitu :
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Desain ini tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat, hanya menjelaskan
hubungan keterkaitan. Meskipun demikian, desain ini dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu.
2. Pemeriksaan gejala ISPA langsung ditanyakan ke ibu balita, tanpa mengunakan pemeriksaan dokter untuk memperkuat hasil. Sehingga
mempengaruhi proporsi gejala ISPA.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Gejala ISPA pada Balita di Desa Tamansari
Pada penelitian ini untuk gejala ISPA yaitu dengan menanyakan pada ibu balita yang pernah dialami balita selama kurun
waktu dua minggu baik itu batuk, pilek, demam dan panas. Pengertian ISPA sendiri merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan
Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory Infections ARI. Penyakit Infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
saluran atas hingga alveoli saluran bawah termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura WHO,
2003. Dari hasil wawancara, pada tabel 5.1 bahwa balita yang
mengalami gejala ISPA sebanyak 57,4 dan yang tidak mengalami gejala ISPA sebanyak 42,6. Dari hasil laporan puskesmas tahun
2012 bahwa Kejadian ISPA diwilayah puskesmas pangkalan merupakan penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh
masyarakat khususnya kelompok bayi dan anak-anak. Kejadian ISPA menempati urutan pertama dalam daftar sepuluh penyakit tertinggi
pada kelompok umur 1-4 tahun di wilayah kerja puskesmas pangkalan dengan presentase 54,50 Laporan Puskesmas, 2012.
Diperkuat dengan data yang didapat dari dinas kesehatan kabupaten karawang bahwa kejadian ISPA di Provinsi Jawa Barat
diurutan petama dibandingkan dengan penyakit lain yakni sebesar 33,44 Dinkes Karawang, 2009.
Gejala ISPA yang terjadi pada balita di 5 posyandu Desa Tamansari dan hanya ditanyakan kepada ibu balita dalam kategori
mengalami ISPA dan tidak mengalami ISPA hanya sebatas gejala subjektif yang diperhatikan oleh seorang ibu, harus diperhatikan
secara serius. Walaupun hanya gejala ISPA yang terjadi pada balita namun ini menjadi indikasi bahwa telah terjadi kejadian ISPA
sebenarnya.
Gejala ISPA tak lepas dari faktor-faktor yang dapat memicunya. Kadar debu dalam rumah merupakan faktor penting
sebagai pencetus terjadinya gejala ISPA. Kadar debu dalam penelitian ini dipengaruhi oleh faktor lainya. Berdasarkan hasil pengukuran
PM10 didalam kamar balita, didapatkan kadar PM10 yang melebihi nilai ambang batas menurut standar WHO yaitu sebesar 70µgm
3
. Hal ini lah yang menjadi asumsi peneliti bahwa balita yang tinggal
disekitar industri batu kapur mengalami ISPA, dimana PM10 sebagai pemicu terjadinya ISPA pada balita tetapi juga dipengaruhi dengan
faktor risiko lainnya.
C. Analisis Bivariat