Hambatan dalam Penilaian Kinerja

4. Masalah pada hasil penilaian Masalah yang muncul pada hasil dari penilaian kinerja adalah kurangnya pemberian insentif atas kinerja dan ketidakakuratan dalam melakukan umpan balik. Nikpeyma, N., et al, 2013

2.1.11. Hambatan dalam Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan kegiatan yang syarat dengan sosial emosional, yaitu evaluasi terhadap kontribusi seseorang terhadap perusahaan karena sinyal-sinyal yang diterima seseorang mengenai hasil penilaian kinerja ini dapat mempengaruhi harga diri self-esteem dan bentuk kinerja untuk masa yang akan datang. Dari hasil evaluasi kinerja, setiap orang memiliki keinginan memberikan dan memperoleh umpan balik. Dalam banyak hal hasil penilaian kinerja ini sangat tidak memuaskan. Hasil penilaian kinerja yang tidak baik ini disebabkan oleh banyak faktor dimana keseluruhan faktor tersebut dapat dikatakan sebagai hambatan. Hambatan dalam penilaian kinerja menurut Rivai dan Basri 2006 yaitu : a. Hambatan Hukum Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi tidak sah atau tidak legal. Adapun format penilaian kinerja yang digunakan oleh departemen SDM, format tersebut harus sah dan dapat dipercaya. Jika hal tersebut tidak dipenuhi keputusan penempatan mungkin ditentang karena melanggar hukum ketenagakerjaan atau hukum lainnya. Universitas Sumatera Utara b. Hambatan Norma Sosial Hasil evaluasi kinerja yang diperoleh dengan cara-cara yang baik adalah yang memenuhi syarat-syarat evaluasi, karena hal ini akan memberikan kekuatan yang sah bagi unsur-unsur SDM yang terlibat didalamnya sehingga hasil tersebut bisa menjadi ukuran untuk kelanjutan karir seseorang dalam hal memperoleh penghargaan, promosi, memperoleh jabatan baru atau bahkan sampai pemecatan. Namun untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik bukanlah hal yang mudah karena adanya norma sosial yaitu berupa anggapan yang menyatakan bahwa masih banyak orang yang lebih tua enggan dinilai oleh orang yang lebih muda, orang yang mempunyai jabatan yang lebih tinggi tidak suka kalau bawahannya memberikan evaluasi, dan lain-lain. Hambatan norma sosial dapat diubah sesuai dengan kebutuhan, misalnya melalui perubahan budaya. Dimana kita harus mampu meletakkan posisi SDM, dalam evaluasi kinerja. Menyesuaikan diri pada keadaan yang menuntut dan meminta adanya perubahan serta memposisikan perusahaan yang berorientasi kemasa depan. c. Hambatan Pribadi Penilaian kinerja merupakan serangkaian kegiatan yang sarat melibatkan masalah emosi. Akibatnya penilaian kinerja sering sekali banyak dilakukan dengan cara menitikberatkan kepada perasaan individu atau evaluator. Secara pribadi, antara penilai dan yang dinilai sering membuat kesepakatan jalan yang paling aman dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Universitas Sumatera Utara d. Bias Penilaian Setiap masalah yang didasarkan pada ukuran subjektif merupakan peluang terjadinya bias. Bentuk-bentuk bias yang umumnya terjadi adalah: 1 Hallo Effect Kesan Pertama yaitu bias yang terjadi karena penilai evaluator memberikan penilaian berdasarkan pada kesan pertama ketika penilai mengenal atau mengetahui objek Sumber Daya Manusia SDM yang akan dievaluasi. Patokan penilai lebih dikenakan pada kesan pertama yang bisa disebabkan karena secara psikologis setiap orang dalam penampilan pertamanya akan berusaha tampil mengungguli yang lain dalam segala hal. Oleh karena itu, bila penilaian kinerja ini dilakukan hanya atas kesan pertama pasti hasilnya bias. Padahal seharusnya evaluasi kinerja adalah hasil dari penilaian yang kumulatif berdasarkan waktu dan jangan sekali-sekali hanya didasari pada penampilan yang sesaat saja. 2 Error of Central Tendency Kesalahan Akibat Kecendrungan Menilai di Tengah yaitu penilaian yang dilakukan dengan asumsi berdasarkan pada rata-rata kinerja. Setiap pegawai dianggap memiliki nilai yang sama dalam kinerjanya. Untuk menghindari bias ini, penilai sebetulnya dapat melakukan proses penilaian dengan cara memperbanyak kriteria yang dimasukkan untuk penilaian. Kriteria ini bisa saja dimunculkan pada job description dengan penugasan pada job spesification yang jelas untuk individu yang berkesesuaian. 3 Leniency dan Strictness Bias Bias Terlalu Longgar dan Terlalu Ketat yaitu bias yang terjadi akibat dari adanya keinginan penilai untuk tidak mempersulit atau memberikan kemudahan kepada individu yang akan dievaluasi. Bias ini dapat dilihat dari kinerja standar penilaian relatif rendah, seolah-olah kriteria evaluasi Universitas Sumatera Utara dapat dengan mudah terpenuhi oleh semua individu untuk semua tingkatan manajemen suatu perusahaan. 4 Friendly Kedekatan Hubungan yaitu bias yang terjadi ketika pegawai dalam bekerja dihadapkan pada masalah sulit yang memerlukan pemecahan secara keilmuan, pegawai tersebut ada kecendrungan lebih mempercayai teman almamater yang sama untuk memecahkan masalah tersebut meskipun saja ada pegawai lain dalam perusahaan ini lebih kompeten. 5 Cross Cultural Bias Bias Penyimpangan antara Budaya yaitu bias yang terjadi ketika atasan memberikan penilaian atas dasar ukuran budayanya, sementara bawahan memberikan respon kinerjanya dengan budaya yang berbeda. Akibatnya umpan balik yang diterima juga boleh jadi sebagai bentuk yang bertolak belakang atau dianggap sebagai pembangkangan. 6 Personal Prejudice yaitu bias yang terjadi ketika penilai selalu menggunakan prasangka pribadi yang buruk terhadap orang lain dalam mengevaluasi kinerjanya. Disini penilai selalu ingin melihat orang lain bisa menjadi sosok dirinya. Dia tidak bisa melihat dengan sungguh- sungguh bahwa individu berbeda satu sama lain juga dengan dirinya. Untuk menghindari bias ini hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara ketaatan menilai kinerja berdasarkan pada job description dan job spesification yang terlebih dahulu ditentukan. 7 Pengaruh-pengaruh organisasi yaitu penilai cenderung memperhitungkan kegunaan akhir dari penilaian pada saat mereka menilai bawahan mereka, sehingga mengabaikan keunggulan ataupun kelemahan seseorang pada beberapa waktu yang lalu. Tentu disini yang dirugikan adalah pegawai yang baik. 8 Standar-standar Penilaian yaitu masalah yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan konseptual dalam makna kata-kata yang Universitas Sumatera Utara digunakan dalam mengevaluasi pegawai-pegawai. Di sini perlu adanya kesatuan persepsi dan pandangan terhadap makna butir-butir penilaian yang terdapat dalam formulir penilaian. Disini dituntut untuk membuat standar yang jelas sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. 9 Recency Effect yaitu bias yang terjadi karena penilai berdasarkan pada kesan yang sesaat, yakni kesan yang sekarang. Kesan sekarang akan digunakan sebagai standar penilaian yang sama untuk waktu yang telah lalu maupun waktu yang akan datang.

2.1.12. Dampak Penilaian Kinerja