digunakan dalam mengevaluasi pegawai-pegawai. Di sini perlu adanya kesatuan persepsi dan pandangan terhadap makna butir-butir penilaian yang terdapat dalam
formulir penilaian. Disini dituntut untuk membuat standar yang jelas sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. 9 Recency Effect yaitu bias yang terjadi
karena penilai berdasarkan pada kesan yang sesaat, yakni kesan yang sekarang. Kesan sekarang akan digunakan sebagai standar penilaian yang sama untuk waktu
yang telah lalu maupun waktu yang akan datang.
2.1.12. Dampak Penilaian Kinerja
Sistem penilaian kinerja memiliki dampak bagi penilai, personel yang
dinilai dan organisasi. Hal ini terjadi karena tidak ada sistem penilaian kinerja yang dapat dilakukan dengan sempurna. Dampak penilaian kinerja perawat terdiri
atas dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari penilaian kinerja yaitu meningkatnya motivasi kerja
perawat. Hal ini disebabkan adanya komunikasi efektif, umpan balik positif, pengaturan tujuan, dan pelatihan memiliki efek yang signifikan atas motivasi
kerja perawat Vasset, Marnburg dan Furunes, 2011; Nikpeyma, Saeedi, Azargashb, dan Majd, 2013. Penilaian kinerja dapat meningkatkan kompetensi
perawat Kalb et al, 2006, meningkatkan disiplin, bertanggung jawab, kemampuan bekerja sama Goncalves, Lima, Crisitano, dan Hashimoto, 2007,
pengembangan organisasi Redshaw, 2008, dan meningkatkan rasa percaya diri Murie, Wilson, dan Cerinus, 2009.
Dampak negatif pada penilaian kinerja perawat dapat dilihat dari beberapa persoalan yang muncul disebabkan oleh ketidakadilan yang dirasakan
Universitas Sumatera Utara
oleh perawat. Pada umumnya ketidakadilan yang dialami oleh perawat kebanyakan berasal dari prosedur dalam pelaksanaan penilaian kinerja, penetapan
atas intensif, pelatihan dan pendidikan bagi perawat yang kinerjanya baik Clarck, Harcourt dan Flynn, 2013. Ada tiga komponen yang berhubungan dengan rasa
ketidakadilan dalam penilaian kerja yang dialami perawat, pertama ketidakadilan secara prosedur seperti pemberitahuan yang tidak adekuat, tidak mendengarkan
dengan jelas, frekuensi penilaian yang tidak teratur, personel yang merasa diadili. Kedua, ketidakadilan dalam berinteraksi meliputi adanya penghinaan, kecurangan,
pelanggaran privasi dan tidak ada rasa hormat. Ketiga adalah ketidakadilan dalam
pendistribusian hasil dari penilaian kinerja Vasset, Marnburg dan Furunes, 2011. 2.2.
Helping-Trust Realtionship Teori Caring Jean Watson
Membina helping-trust realtionship merupakan pengembangan dari salah satu faktor carative. Karena helping-trust realtionship dekat hubungannya kepada
pernyataan penerimaan atas perasaan positif dan negatif seseorang. Kualitas hubungan seseorang dengan orang lain merupakan suatu elemen yang sangat
berarti dalam menentukan keefektifan pertolongan. Keperawatan sebagai ilmu caring harus mempertimbangakan secara serius bukti-bukti empiris yang
berhubungan dengan pengembangan hubungan saling percaya dan membantu. Potensi untuk memajukan dan mengembangkan pertumbuhan psikososial dan
memfasilitasi prilaku sehat terletak pada hubungan percaya dan membantu helping-trust realtionship itu sendiri jika hal tersebut lebih dikenal,
dikembangkan dan digunakan untuk perawat.
Universitas Sumatera Utara
Elemen dasar dari pelayanan yang berkualitas tinggi adalah pengembangan dari kualitas hubungan yang saling percaya dan membantu. Untuk
mengembangkan suatu hubungan, pertama harus mengetahui orang lain, hal ini termasuk mengetahui diri mereka, cara pandang mereka terhadap dunia dan ruang
kehidupan mereka. Pengembangan atas hubungan saling percaya dan membantu bisa
tumbuh secara berangsur-asur apabila hubungan saling percaya tersebut merupakan suatu proses sikap yang pasti dimiliki oleh perawat. Untuk
mengembangkan helping-trust relationship pada diri perawat, maka beberapa hal yang harus dilakukan perawat adalah Congruence, Empathy, Non possessive
warmth, Effective Communication Watson,1979. a.
Congruence Congruence merujuk kepada keberadaan perawat berdasarkan atas apa
yang mereka lihat seperti keiklasan, profesional, berkarakter kuat. Congruence berhubungan dengan bagaimana menanamkan sikap sensitif kepada diri sendiri
dan orang lain Watson,1979. Congurence melibatkan keterbukaan akan perasaan dan sikap yang memberikan kesan yang baik. Congruence bisa disamakan dengan
keiklasan yaitu suatu sikap yang apa adanya, jujur, iklas dan otentik. Jika perawat yang mencoba untuk menyembunyikan diri dan perasaannya sendiri, maka hal ini
bisa menghancurkan hubungan perawat dengan orang lain. Congruence dan keiklasan merupakan suatu hal yang dasar untuk membina helping-trust
relationship. Perawat yang memiliki sikap yang congruence akan memiliki
Universitas Sumatera Utara
produktivitas kerja yang baik karena mereka memiliki kemampuan untuk pindah dari harapan terhadap kekakuan peran Alligood Tomey, 2006.
b. Emphaty
Empati merujuk kepada bagaimana perawat merasakan pengalaman yang dirasakan oleh orang lain dan mengomunikasikan kepada orang lain bahwa hal itu
penting untuk dimengerti. Kemampuan perawat untuk merespon perasaaan orang lain merupakan pondasi dari sikap empati. Jika perawat mampu untuk merasakan
apa yang dirasakan orang lain maka hubungan emosi antara perawat dan pasien terbina dengan baik. Perawat yang mampu merasakan hal yang sama dengan
orang lain namun tidak berarti membuat mereka bisa mengadili dan merasa terintimidasi atas sikap mereka tersebut.
c. Nonpossessive Warmth
Nonpossessive Warmth adalah kondisi interpersonal dalam suatu helping- trust relationship yang sama dengan congruennce dan empathy, yang gunanya
untuk menumbuhkan diri orang lain. Perawat yang merawat secara efektif mampu membuat ketidakadaannya rasa terancam, aman, kepercayaan, suasana aman
melalui penerimaan, penghargaan yang positif, nilai kasih sayang atau nonpossessive warmth. Nonpossessive warmth merupakan suatu penghormatan
positif yang tidak dikondisikan dimana perawat menilai orang lain secara keseluruhan tidak dikondisikan dan tidak menghakimi, serta menilai perasaan
orang lain. Terciptanya perubahan dan pertumbuhan yang membangun seperti adanya kehangatan dan penerimaan yang tidak mengadili.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun suatu hubungan kehangatan tidak merupakan suatu yang efektif dalam helping relationship, kehangatan melihat suatu dorongan
pengembangan dari kondisi lainnya atas rasa empati dan keiklasan. Kehangatan dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara luas dan beragam seperti gesture,
postur tubuh, nada suara, sentuhan dan ekspresi wajah. Kehangatan merupakan pesan non verbal yang penting dan sikap yang memberikan dampak positif.
Beberapa atribut yang penting dari kehangatan non verbal adalah menjaga kontak mata selama berinteraksi, menggunakan volume yang sedang
ketika berbicara, santai, menghadap keorang yang berbicara, memiliki postur yang lebih terbuka daripada tertutup kepada orang lain Alligood Tomey, 2006.
d. Komunikasi yang efektif
Perawat yang ingin berkomunikasi dengan efektif dalam membangun helping-trust relationship harus bener-benar berespon ke semua model prilaku
orang lain sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif terdiri atas banyaknya respon kognitif verbal, juga termasuk prilaku non verbal
dan respon afektif. Orang menerima dan memberi pesan melalui 3 proses yaitu kognitif, affektif dan prilaku. Melalui tiga proses ini orang bisa berhubungan
dengan prilaku diri mereka sendiri. Ada tiga dasar komunikasi yang bisa memahami orang lain yaitu :
1. Level somatik yaitu meliputi nafas, tekanan nadi, dan keseluruhan fisik dan
mencakup biospsikologika. 2.
Level tindakan yaitu meliputi semua prilaku non verbal, seperti pergerakan badan, postur, dan posisi.
Universitas Sumatera Utara
3. Level bahasa yang merujuk pada kata-kata dan pengertian mereka. Ada 2
macam bahasa komunikasi yaitu : 1. Komunikasi denotatif yaitu berkata yang tegas yang sesuai dengan maksud. 2. Komunikasi konotatif yaitu berbicara
secara lengkap, mengasosiasikan ide, perasaan, mensimbolkan respon yang disampaikan
Komunikasi efektif dalam suatu hubungan, perawat harus mengenal dan menilai fakta bahwa komunikasi non verbal adalah ekspresi yang akurat untuk
mewakili perasaan dari komunikasi verbal. Hal tersebut merupakan suatu yang mungkin terjadi karena seseorang memiliki kontrol lebih pada pesan non
verbalnya yang dibagikan secara tak sadar dan sering dengan menggunakan gaya tubuh dan pergerakan tubuh lainnya. Prinsip komunikasi penting lainnya yaitu
perawat harus berusaha untuk memahami maksud orang lain atas prilaku dan perasaan orang lain. Pesan yang diberi dan diterima secara akurat menunjukan
komunikasi berjalan dengan baik. Seleksi instrumen untuk caring yang digunakan dalam penelitian
merupakan suatu tugas yang kompleks. Banyak faktor yang membutuhkan pertimbangan dalam proses pembuatan keputusan, seperti konsep instrumen dari
defenisi caring, reability dan validity, lama waktu administrasi, kemampuan membaca dan pondasi konsep Beck, 1999. Kebanyakan instrumen untuk menilai
caring dirancang menilai prilaku caring perawat dalam situasi klinik baik dari perawat ataupun dari pasien sendiri. Duffy 1993 dalam Watson, 2002,
mengembangkan alat penilaian caring yang bertujuan untuk mengukur aktivitas
Universitas Sumatera Utara
caring perawat. Alat ini dirancang untuk merefleksikan persepsi staf perawat atas manejer mereka dalam meneliti administrasi keperawatan.
2.3 . Action Research