commit to user perhatiaannya terhadap pengelolaan masalah zakat, infaq dan shadaqah.
Kebanyakan strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Wa Tamwil BMT untuk mempertahankan eksistensinya adalah peningkatan sumber daya manusia melalui
pendidikan formal maupun non formal, tidak menggunakan strategi pemasaran yang bersifat local oriented, melakukan berbagai inovasi pengembangan produk,
meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat pengguna jasa, pengembangan aspek paradikmatik, menganggap sesama BMT sebagai partner dalam rangka
mengentaskan ekonomi masyarakat serta mengadakan evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif.
c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT
Adapun bentuk badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil diakui sebagai koperasi jasa keuangan syariah melalui Keputusan Menteri Koperasi dan UKM
tahun 2004. Dalam prakteknya BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat atau Koperasi Heri Sudarsono, 2003: 93, yaitu:
1 KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat Keterangan Operasional dari PINBUK
2 Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Simpan pinjam Syariah KSP-S 3 Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat LPSM yang diberikan
wewengan oleh BI untuk membina KSM dan memberikan sertifikat kepada KSM
4 MUI, ICMI, BMI, telah menyiapkan LPSM yang bernama PINBUK yang dalam kepengurusannya mengikutsertakan DMI, IPHI, Pejabat Tinggi
Negara yang terkait, BUMN dan lain-lain.
BMT didirikan dengan modal awal sebesar Rp 20.000.000,00 atau lebih. Akan tetapi jika terdapat kekurangan modal, dapat dimulai dengan modal awal
sebesar Rp 10.000.000,00 bahkan bisa juga dengan menggunakan modal hanya sebesar Rp 5.000.000,00. Pendirian BMT harus terdiri dari antara 20 sampai 44
commit to user orang, hal ini diperlukan supaya masyarakat setempat merasa memiliki BMT
tersebut. Dalam rangka memperlancar tugas BMT, maka dalam sebuah BMT harus
mempunyai struktur organisasi yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh semua personil yang ada didalam BMT tersebut. Struktur
organisasi yang terdapat dalam BMT antara lain mencakup Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, Dewan Syariah, Pembina Manajemen, Manajer,
Pemasaran, Kasir, dan Pembukuan. Adapun tugas dari masing-masing struktur diatas adalah sebagai berikut: Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
memegang kekuasaan tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasional BMT.
Pembina Manajemen, bertugas membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT
dan memimpin BMT dalam merealisir program-programnya. Sedangkan pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT.
Kasir bertugas melayani nasabah dan pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas asset dan omset BMT.
Dalam struktur organisasi standar PINBUK, Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan
Pembina Manajemen dalam mengambil kebijakan-kebujakan yang akan dilaksanakan oleh manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil.
Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir dan pembukuan. Bentuk struktur organisasi BMT berdasarkan standar dari PINBUK dapat diilustrasikan dalam gambar berikut
Heri Sudarsono,2003: 87-88:
commit to user
------------------------------------------------------
------------------------------------------------------
Keterangan : ------------------------------------ Garis Koordinasi Garis Komando
Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
Dewan Syariah Dewan Syariah
Dewan Pengurus
Manajer
Maal Tamwil
Pemasaran Kasir
Pembukuan
Anggota dan Nasabah
commit to user Sumber : PINBUK Heri Sudarsono, 2003: 87-88
d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT