Rukun Al-Mudharabah Landasan Syariah

commit to user ini dibagi sesuai dengan akad perjanjian dan apabila terjadi kerugian atas usaha yang dijalankan, maka kerugian tersebut menjadi tanggungjawab bersama.

b. Rukun Al-Mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada rukun dalam akad mudharabah menurut Adiwarman Karim 2004: 193 adalah : 1. Pelaku pemilik modal maupun pelaksana usaha, 2. Objek mudharabah modal dan kerja, 3. Persetujuan kedua belah pihak ijab-qabul, 4. Nisbah keuntungan Rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama, dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku yaitu pemilik modal sebagai obyek mudharabah yang menyerahkan modalnya, dan pelaksana usaha yang menyerahkan keahlian atau keterampilannya sebagai obyek mudharabah. Persetujuan kedua pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum sama-sama rela. Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah, bila kedua belah pihak telah menyetujui perjanjian-perjanjian dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing, maka langkah selanjutnya adalah membicarakan nisbah keuntungan. Nisbah keuntungan merupakan rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak.

c. Landasan Syariah

Landasan syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan pada tujuan melakukan usaha. Hal ini tampak pada ayat-ayat al- qur‟an dan al-hadist berikut: 1 Al- Qur‟an commit to user Dalam menjalankan pembiayaan mudharabah perlu adanya aturan yang melandasi dari kegiatan tersebut, diantaranya a QS. Al-Muzammil :20 Artinya : ”Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang- orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah dari Al-Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .” Yang menjadi argumen dari QS. Al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan. commit to user QS. Al- Jumu‟ah : 10 Artinya ; ”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. ” Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menghalalkan umat manusia untuk mencari rizki yang sudah diberikan kepadanya dan memanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. b QS. Al-Baqarah : 198 Artinya ; “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masyarilharam. Dan berdzikirlah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. ” Ketiga ayat diatas QS. Muzammil: 20, QS. Al- Jumu‟ah: 10 dan QS. Al- Baqarah: 198 sama-sama mendorong manusia untuk melakukan upaya perjalanan usaha. 2 Al-Hadist commit to user Selain dalam Al- Qur‟an juga ditegaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani berikut : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dan kepada mitra usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikannya syarat-syarat tersebut kepada Rosulullah SAW dan Rosulullah SAW memperbolehkannya. Dari hadist tersebut menegaskan bahwa dalam pemberian dana pembiayaan mudharabah harus digunakan syarat-syarat yang disepakati bersama dan kedua belah pihak yaitu pihak yang memberi dana shahibul maal dan pihak penerima dana mudharib harus mentaati syarat-syarat tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam tidak mengenal adanya bunga, karena hal tersebut dianggap sebagai riba dan dihukumi haram. Dasar hukum larangan menggunakan riba atau bunga telah tercantum dalam Al- Qur‟an, menurut Muhammad 2005: 107 yaitu : a Doktrin kerjasama dalam ekonomi Islam dapat menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat. QS. 2 : 190 b Meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan sosial. QS. 3: 105; QS. 5: 3; QS.9: 71,105 c Mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata QS.69: 25-37; QS.89:17-20; QS.107:1-7 d Melindungi kepentingan ekonomi lemah QS.4: 5-10; 74-76;QS.89:17-26 e Membangun organisasi yang berprinsip syarikat, sehingga terjadi proses yang kuat membantu yang lemah QS. 43: 32 f Pembagian kerja atau spesialisasi berdasarkan saling ketergantungan serta pertukaran barang dan jasa karena tidak mungkin berdiri sendiri QS. 92: 8- 10; QS. 96: 6

d. Jenis-jenis Al Mudharabah