commit to user bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada
penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti e Dewan Pengawas Syariah DPS bertugas untuk mengawasi operasional bank
dari sudut syariah f Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari mata
uang yang sama g Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai
hasil transaksi dengan bank konvensional h Produk-produk bank Islam selalu menngunakan istilah bahasa arab, misalnya
al-murabahah, al-mudharabah dan sebagainya i Adanya produk khusus yang tidak terdapat di bank konvensionl yaitu kredit
tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya
j Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal kreditor dengan pihak yang membutuhkan modal debitor, juga
mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggungjawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-
waktu apabila dana diambil pemiliknya.
g. Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Secara leksikal bunga adalah terjemahan dari kata interest. Secara istilah, bunga diartikan bahwa : ”interest is a change for a financial loan, usually a
percentage of the amount loaned”. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang,
yang biasanya dinyatakan dalam prosentase dari uang yang dipinjamkan. Unsur utama yang diharamkan dalam Islam ialah bunga atau riba. Kata riba
berasal dari kata ziyadah yang berarti tumbuh, menambah, atau berlebih. Menurut Imam Sarakhzi, memperjelas bahwa riba adalah tanbahan yang disyaratkan dalam
transaksi bisnis tanpa adanya padanan iwad yang dibenarkan atas penambahan tersebut. Adapun pengertian riba menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah yang
dimaksud riba adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang
commit to user tidak dibenarkan syari‟at, baik tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah
banyak baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam. Larangan riba telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-
qur‟an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam hadist-hadistnya. Keharaman riba
dijelaskan dalam Al- Qur‟an Qs. Al-Baqarah 2 : 275-279, Qs. Ali Imran 3 :
103, Qs. An- Nisa‟ 4 : 161 dan Qs. Ar-Ruum 30 : 39 dan beberapa hadits ysng
diriwayatkan secara shohih. Qs. Al-Baqarah 2 : 275-279 :
commit to user Arti Qs. Al-Baqarah : 275
“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu ; dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
” Arti Qs. Al-Baqarah : 276
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah . Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa
. ”
Arti Qs. Al-Baqarah :277 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka
bersedih hati. ”
Arti Qs. Al-Baqarah : 278 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. ”
commit to user Arti Qs. Al-Baqarah :279
“Maka jika kamu tidak mengerjakan , maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya. ”
Qs. Ar-Rum 30 : 39
Artinya : “Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak akan bertambah disisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka yang berbuat demikian itulah orang-orang yang
melipatgandakanpahala.”
Qs. An- Nisaa‟ 4 : 161
Artinya : “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang
commit to user dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. ”
Sedangkan hadist yang menerangkan tentang hukum riba sebagaimana yang ditulis oleh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, yaitu :
a. Diriwayatkan oleh semua penulis. Sunan At-Tirmidzi mensahihkannya, yaitu : “Allah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dua
orang saksinya, dan penulisnya sekretarisnya.”
b. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih : “Satu dirham riba yang dimakan seseorang dengan sepengetahuannya, itu lebih
berat dosanya daripada tiga puluh enam berbuat zina.”
Sedangkan jenis-jenis riba menurut Ibnu Hajar Al-Haitsami dibedakan menjadi Az-
Zawajir ’ala Iqtiraaf Al-Kabaair :205 1. Riba Qardh
Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang mudharib
2. Riba Jahiliyah Riba Jahiliyah yaitu hutang dibayar lebih dahulu dari pokoknya karena si
peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Fadhl Riba Fadhl adalah pertukaran barang antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
4. Riba Nasi’ah
commit to user Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan
antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. Mengacu pada banyaknya ayat-ayat Al-
Qur‟an dan hadist tentang larangan riba, maka dalam operasionalnya bank syari‟ah maupun BMT tidak menerapkan
bunga atas pinjaman, karena bunga pinjaman tersebut disamakan dengan riba yaitu tambahan atas pokok pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank. Dalam
operasionalnya bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa Tamwil BMT untuk memperoleh keuntungan menggunakan sistem bagi hasil dengan nasabah yang
mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank. Bagi hasil ini disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh nasabah selama menjalankan usahanya, yaitu
pihak bank selaku pemilik modal shohibul maal dan nasabah sebagai pelaku atau pengelola usaha mudharib. Menurut Jannes Situmorang 2009: 3 dalam jurnal
penelitiannya yang berjudul Kaji Tindak Peran Koperasi dan UKM Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif menyatakan bahwa, ”Sistem bagi hasil adalah
pola pembiayaan keuntungan maupun kerugian BMT dengan anggota penyimpan berdasarkan perhitungan yang disepakati bersama
.” Hal yang membedakan antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga
keuangan non-syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang
diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah, hal tersebut memunculkan adanya bunga dan bagi hasil. Dalam sistem operasional lembaga keuangan non-
syari‟ah, ketika nasabah membayar angsuran kepada bank, nasabah harus membayar bunga bank sebesar yang telah ditentukan oleh bank sebelumnya,
sedangkan pihak bank tidak memperhatikan apakah usaha yang dijalankan nasabahnya mengalami keuntungan atau kerugian, yang terpenting nasabah
membayar angsuran secara rutin sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil yang
commit to user diterapkan dalam perbankan Islam, secara mendasar persoalan tersebut dapat
dikaji dari berbagai sisi, sebagaimana tertera dalam tabel.
Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
Penentuan besarnya hasil
Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah ada
untungnya Yang ditentukan
sebelumnya Bunga, yaitu sebesar nilai
rupiah Menyepakati proporsi
pembagian untung untuk masing-masing pihak
Apabila terjadi kerugian
Ditanggung nasabah saja Ditanggung kedua pihak,
nasabah dan lembaga Dihitung dari mana?
Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap
Dari untung yang diperoleh, belum tentu besarnya
Titik perhatian proyek atau usaha
Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah atau pasti
diterima bank Keberhasilan proyek atau
usaha, menjadi perhatian bersama: nasabah dan lembaga
Berapa besarnya? Pasti kali jumlah
pinjaman yang telah pasti diketahui
Proporsi kali jumlah untung yang belum diketahui =
belum diketahui Status hukum
Berlawanan dengan QS.Luqman : 34
Melaksanakan QS. Luqman : 34
Sumber Adiwarman Karim, 2004: 35
2. Koperasi Jasa Keuangan Syari ’ah