PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

(1)

commit to user

PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH

DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

ROHMATUL AZIIZAH K7404025

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

commit to user

SURAKARTA 2010

PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH

DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

Oleh :

ROHMATUL AZIIZAH NIM K7404025

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


(3)

commit to user

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 27 Januari 2011

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sukirman, M.M Laili Faiza Ulfa, SE.M.M


(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 27 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd

Sekretaris : Jaryanto, S.Pd., M.Si.

Anggota I : Drs. Sukirman, M.M

Anggota II : Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret


(5)

commit to user

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Sekretaris : Jaryanto, S.Pd., M.Si ...


(6)

commit to user

Anggota II : Laili Faiza Ulfa, SE, M.M ...

ABSTRAK

Rohmatul Aziizah, K7404025. PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN

MUDHARABAH UNTUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI

KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2010.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui latar belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan pembiayaan mudharabah, (2) Untuk mengetahui

prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina

Insan Mandiri, (3) Untuk mengetahui peranan pemberian pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar tahun 2009, (4) Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses

penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di Kecamatan

Gondangrejo serta solusi menangani tersebut.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan) dan snowball sampling, yaitu sampel yang diambil tidak ditentukan oleh besarnya sampel melainkan lebih ditekankan terhadap


(7)

commit to user

pemahaman sampel pada permasalahan yang diteliti dan peneliti dapat mengumpulkan data tanpa rencana, semakin lama semakin menemukan informan yang paling mengetahui informasi pada akhirnya akan menggali informasi secara lengkap dan mendalam. Sampel penelitian adalah sejumlah data tertentu sampai dapat

memberikan keterangan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah trianggulasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (1) latar belakang

BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam mengadakan pembiayaan mudharabah

kepada pengusaha kecil menengah adalah sesuai dengan misi BMT Bina Insan Mandiri (BIM) sebagai lembaga keuangan mikro syari‟ah yang membantu dan mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai prinsip-prinsip syariah yang bebas dari riba. (2) prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM) meliputi: Solitisasi, analisis, penyerahan jaminan, persetujuan pembiayaan, perjanjian dan akad, pencairan pembiayaan, perhitungan bagi hasil, pembayaran angsuran, dan monitoring. (3) Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dapat meningkatkan perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo dilihat dari semakin bertambahnya nasabah pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri (BIM) selain itu juga dapat dilihat dari semakin meningkatnya

pendapatan usaha kecil menengah yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri (BIM). (4) Hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri (BIM) dalam penyaluran pembiayaan mudharabah kepada usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo yaitu: minimnya pengetahuan masyarakat tentang system bagi hasil yang sesuai syariah. Untuk mengatasi hambatan tersebut pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai perbankan syariah. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT Bina Insan Mandiri. Untuk mengatasi hambatan tersebut pihak BMT berusaha


(8)

commit to user

mendatangi nasabah pembiayaan secara terjadwal untuk mengetahui keadaan usaha yang sesungguhnya. Tidak adanya laporan keuangan dari nasabah yang tersusun rapi dan jelas. Untuk mengatasi hal ini maka pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) meminta para nasabah untuk menyusun laporan keuangannya setiap periode. Penyimpangan dana oleh nasabah. Untuk mengatasi hal ini dengan meminimalisir pengeluaran dana pembiayaan untuk konsumsi rumah tangga. Beberapa nasabah merantau ke luar Jawa. Untuk mengatasi hal tersebut BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membuat perjanjian yang sah dan kuat secara hukum dengan nasabah pembiayaan. Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut pihak BMT Bina Insan Mandiri (BIM) memberlakukan sanksi berupa denda keterlambatan bagi nasabah yaitu sebesar 3% apabila nasabah terlambat membayar angsuran minimal 5 hari setelah jatuh tempo.

MOTTO

... Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh- sungguh. Dan hanya pada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.

(Qs. Al-Insyirah, 5-8)

Keimanan yang paling utama adalah kesabaran dan sikap lapang dada. ( Al-Hadits)


(9)

commit to user

Hidup adalah proses belajar. Belajar untuk selalu menjadi lebih baik bukan menjadi sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah.


(10)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih dan terima kasih penulis kepada :

 Suamiku tercinta Abu Umar Saifullah dan permata hatiku

Muhammad Umar Saifullah yang selalu memberikan do‟a, cinta dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

 Umi, umi, umi dan Abi yang telah memberikan do‟a restu dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

 Bapak Jiman dan Ibu Surati yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.  Adik-adik ku yang manis Anis, Hanif, Sofi, gapailah cita-cita mu

setinggi langit.

 Keluarga besar di Kragan, Matesih, dan Batang.


(11)

(12)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,hidayah, dan kemudahan dari-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dapat diatasi dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

4. Muhtar, Spd. Msi., selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan

dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Sukirman, M.M., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, semangat, dengan bijaksana sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar..

6. Laili Faiza Ulfa, SE.,M.M., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan baik selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak & ibu dosen pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran dalam urusan administrasi.


(13)

commit to user

9. Mulyoto, Amd., selaku Manajer Umum BMT Bina Insan Mandiri (BIM)

Gondangrejo Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian di BMT Bina Insan Mandiri dan telah membantu kelancaran penelitian penulis.

10.Seluruh staf karyawan BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo Karanganyar yang

telah membantu kelancaran penulis selama mengadakan penelitian di BMT Bina Insan Mandiri Gondangrejo Karanganyar.

11.Para pengusaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo yang telah bersedia memberikan informasi kepada penulis.

12.Suamiku tercinta dan permata hatiku, kalian adalah anugerah terindah dari Allah untukku. Senyuman dan cinta dari kalian yang memberi kekuatan bagiku.

13.Umi & Abi atas doa yang tak henti mengalir dan semangat yang tak pernah padam, karya kecil ini sebagian dari wujud baktiku kepada kalian berdua.

14.Bapak & ibu atas dukungan dan bantuannya mengasuh si kecil selama penulis menyelesaikan kuliah.

15.Keluarga besar di Batang, Matesih, dan Kauman yang selalu mendoakan penulis, “kupenuhi janjiku pada kalian”.

16.Teman-teman yang selalu memberikan dorongan, „My Best Prend‟ Ukh Ipuk &

Dek Atong, teman-teman kos Inabah, terutama kamar 11 Dek Asih (terimakasih sudah jadi basecamp ku).

17.Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.


(14)

commit to user

Surakarta, 05 Desember 2010


(15)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... vi

HALAMAN MOTTO... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Bank Islam... 9

a. Sejarah Perbankan Syariah... 9

b. Pengertian Bank Islam... 12

c. Peranan Bank Islam... 12

d. Alasan Adanya Bank Syariah... 14

e. Dasar Falsafah Bank Syariah... 16

f. Ciri-ciri Bank Syariah... 19


(16)

commit to user

2. Koperasi Jasa Keuangan Syariah... 26

a. Sejarah Koperasi Jasa Keuangan Syariah di Indonesia... 26

b. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah... 26

c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT... 29

d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT... 32

e. Produk-produk BMT... 34

f. Peranan dan Prinsip BMT... 37

3. Perjanjian dan Akad...`... 41

a. Perjanjian... 41

b. Akad... 42

4. Pembiayaan Al-Mudharabah... 43

a. Pengertian Al-Mudharabah... 43

b. Rukun Al-Mudharabah... 44

c. Landasan Syariah... 45

d. Jenis-jenis Al-Mudharabah... 48

e. Manfaat dan Resiko Al-Mudharabah... 48

5. Kredit... 49

a. Pengertian Kredit... 49

b. Tujuan dan Fungsi Kredit... 50

c. Jenis-jenis Kredit... 52

6. Usaha Kecil Menengah... 55

a. Pengertian Usaha Kecil Menengah... 55

b. Karakteristik Usaha Kecil Menengah... 56

c. Modal Usaha Kecil Menengah... 58

d. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah... 58

e. Hambatan Perkembangan Usaha Kecil Menengah... 59

B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 60

C. Kerangka Pemikiran... 62


(17)

commit to user

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 65

1. Tempat Penelitian... 65

2. Waktu Penelitian... 65

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 66

1. Bentuk Penelitian... 66

2. Strategi Penelitian... 68

C. Sumber Data... 68

1. Informan... 69

2. Arsip dan Dokumen... 70

3. Observasi... 70

4. Foto... 70

5. Kepustakaan... 71

D. Teknik Sampling... 71

E. Teknik Pengumpulan Data... 73

1. Wawancara... 73

2. Observasi... 75

3. Dokumentasi... 76

4. Foto... 77

F. Validitas Data... 77

G. Teknik Analisis Data... 78

H. Prosedur Penelitian... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN... 83

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 83

1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Bina Insan Mandiri. 83 a. Identitas Kelembagaan... 83

b. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insan Mandiri... 84

c. Visi dan Misi BMT Bina Insan Mandiri... 85

d. Ciri-ciri BMT Bina Insan Mandiri... 85


(18)

commit to user

f. Struktur BMT Bina Insan Mandiri... 86

g. Tugas Masing-masing Bagian... 88

2. Keanggotaan BMT Bina Insan Mandiri... 92

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian... 93

1. Latar Belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam Memberikan Produk Pembiayaan Mudharabah... 93

2. Prosedur Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah kepada Nasabah BMT Bina Insan Mandiri... 96

a. Produk-produk Usaha BMT Bina Insan Mandiri... 96

b. Prosedur Pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri... 100

3. Peranan BMT Bina Insan Mandiri (BIM) Terhadap Tingkat Perkembangan Usaha Kecil Menengah di Kecamatan Gondangrejo... 111

4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah serta Solusinya... 116

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori... 120

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 129

A. Kesimpulan... 129

B. Implikasi... 134

1. Implikasi Teoritis... 134

2. Implikasi Praktis... 135

C. Saran... 135

DAFTAR PUSTAKA... 137


(19)

(20)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil 25

Tabel 2. Produk-produk Perbankan Syariah 37

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 66

Tabel 4. Jenis-jenis Simpanan BMT Bina Insan Mandiri 98

Tabel 5. Peningkatan Modal Usaha Kecil Menengah 113


(21)

(22)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Evaluasi Kegiatan Perbankan Dalam Masyarakat Islam 11

Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK 31

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran 64

Gambar 4. Skema Model Analisis Data Interaktif 80

Gambar 5. Prosedur Penelitian 82

Gambar 6. Struktur Organisasi BMT Bina Insan Mandiri 87

Gambar 7. Prosedur Pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri 104

Gambar 8. Grafik Perkembangan Usaha Kecil Menengah yang Mendapat


(23)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang sangat menarik bagi kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir. IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek perbankan Islam sebagai salah satu alternatif sistem keuangan Internasional yang memberikan peluang sebagai upaya penyempurnaan sistem keuangan Internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia.

Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syari'ah atau lebih dikenal dengan nama bank syari'ah di Indonesia bukan merupakan hal yang asing lagi. Mulai awal tahun 1990 telah terealisasi ide tentang adanya bank Islam di Indonesia, yang merupakan bentuk penolakan terhadap sistem bunga bank atau dalam Islam dikenal dengan sistem riba. Apalagi dengan dikeluarkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai haramnya bunga bank, maka banyak masyarakat yang mengalihkan perhatiannya untuk menabung maupun meminjam di bank syari‟ah, dan meninggalkan bank konvensional. Keputusan masyarakat ini didasarkan karena adanya sistem yang tidak sesuai syariat Islam yaitu sistem riba yang diterapkan oleh bank–bank konvensional yang pada dasarnya merugikan para nasabah, terutama para peminjam dengan adanya pembebanan suku bunga bank yang tinggi saat pengembalian pinjaman yang sebenarnya memberatkan nasabah peminjam.


(24)

commit to user

Dalam perkembangannya, nasabah bank–bank syari‟ah tidak hanya berasal dari kalangan umat Islam saja, tetapi umat agama selain Islam pun mulai ikut

menginvestasikan dananya ke bank–bank syariah. Elyn menyatakan sebagaimana

telah dikutip oleh Edy Wibowo dan Untung Hendy (89: 2005) “Nasabah bank syari‟ah tidak hanya eksklusif masyarakat beragama Islam saja. Namun, juga

mereka yang beragama lain”. Achmad Baraba (2009: 8) dalam jurnal

penelitiannya menyatakan bahwa “Sampai saat ini jumlah lembaga-lembaga keuangan Islam diseluruh dunia telah mendekati jumlah 200 lembaga keuangan syariah (LKS), tersebar baik dinegara berpenduduk muslim maupun dinegara barat seperti di Inggris, Swiss, Denmark, Perancis dan lain-lain, juga di Amerika dan Australia dalam bentuk koperasi-koperasi”.

Antusiasme masyarakat terhadap lembaga-lembaga jasa keuangan syari‟ah semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini dikarenakan bank syari'ah dalam kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga seperti yang diterapkan di bank-bank konvensional, tetapi dalam kegiatan operasionalnya bank syari‟ah menerapkan sistem anti riba, yaitu tidak menggunakan adanya bunga melainkan sistem profit sharing and loss sharing atau bagi hasil. Sistem bagi hasil yang dilaksanakan oleh bank syari‟ah dirasakan lebih adil dan jujur dibandingkan dengan sistem bunga di bank konvensional.

Minat masyarakat terhadap lembaga–lembaga keuangan syari‟ah ini,

disambut baik oleh berbagai pihak dengan mendirikan berbagai lembaga keuangan syari‟ah baik yang berskala makro seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia Syariah maupun BNI Syariah, juga yang berskala mikro seperti Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Pemerintah juga menyambut baik, hal ini dibuktikan dengan keluarnya undang – undang khusus yang mengatur perbankan syari‟ah di Indonesia yaitu UU RI No 10 tahun 1998 tentang undang –undang perbankan syari‟ah sebagai perubahan dari UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan keluarnya undang –undang ini semakin mendorong berdirinya bank–bank syariah dan juga koperasi jasa keuangan syari'ah di Indonesia.


(25)

commit to user

Salah satu lembaga keuangan syari‟ah yang diminati oleh masyarakat adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT berdiri dengan latar belakang adanya kenyataan bahwa lembaga keuangan syari‟ah Indonesia yang ada saat ini belum dapat diakses masyarakat secara luas. BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah berbentuk koperasi. Saat ini perkembangan BMT selalu meningkat dari tahun ketahun. Menurut Asosiasi BMT se Indonesia (Absindo, 2008) pada tahun 2002-2004 jumlah BMT ada 879. Tahun 2005-2006 meningkat menjadi 4200 BMT, tahun 2007-2009 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi sekitar 8800 BMT.

Peningkatan jumlah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ini tidak terlepas dari adanya kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembiayaan yang dijalankan oleh BMT dan juga produk – produk jasa yang ditawarkan oleh BMT. Selain itu, BMT lebih fleksibel dalam menjangkau masyarakat kalangan bawah menengah, yaitu lembaga ekonomi rakyat kecil. Produk yang dimiliki oleh Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan sarana dalam menjalankan tujuannya, yaitu tujuan di bidang bisnis dan juga tujuan di bidang sosial. Produk yang ditawarkan di bidang bisnis tersebut misalkan simpanan dan pembiayaan, selain kedua produk tersebut BMT juga memiliki produk yang berfungsi dalam bidang sosial, yaitu zakat, infak, sodaqoh dan wakaf.

Pembiayaan yang diterapkan dalam suatu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berdasarkan pada dua prinsip utama yang pertama prinsip syariah yaitu dengan sistem bagi hasil (profit sharing) dan juga berbasis pada prinsip kebebasan. Zainul Arifin (2000: 29) menyatakan bahwa “Meskipun mekanisme bagi hasil saat ini telah menjadi metode unggulan bagi perbankan syariah, namun perlu ditegaskan bahwa posisi syariah juga berbasis pada prinsip kebebasan berkontrak adalah fleksibel”. Hal utama yang membedakan antara BMT dengan bank konvensional adalah cara menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, yaitu harus sesuai dengan prinsip- prinsip syariah. Skema produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah merujuk pada dua kategori kegiatan ekonomi yaitu produksi


(26)

commit to user

dan distribusi. Kegiatan pertama dilaksanakan dengan sistem profit sharing (mudharabah), sedangkan kegiatan distribusi pemanfaatan hasil–hasil produk dilakukan melalui sistem jual beli (murabahah) dan juga sewa menyewa (ijarah).

Produk Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang dapat digunakan oleh pengusaha kecil adalah mudharabah, yaitu BMT memberikan dana 100% untuk kepentingan pengusaha kecil dalam menjalankan usaha atau proyek. Sedangkan pengusaha memberikan modalnya yaitu berupa tenaga serta keahliannya dalam menjalankan usaha, laba usaha yang diperoleh akan dibagi berdasarkan rasio atau nisbah sesuai dengan perjanjian. Sedangkan apabila usaha mengalami kerugian yang timbul akibat dari hal-hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan pengusaha, akan ditanggung oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah, tetapi apabila kerugian disebabkan oleh kelalaian pengusaha, akan ditanggung oleh pengusaha sendiri. Dengan pinjaman mudharabah ini, pengusaha kecil tidak disusahkan dengan bunga dari pinjaman tersebut, karena dalam sistem pembiayaan ini, diterapkan sistem bagi hasil yaitu pengusaha kecil berkonsentrasi menjalankan usahanya, supaya tetap berjalan lancar dan laba terus meningkat, sedangkan BMT akan menerima bagian dari hasil usaha yang dijalankan oleh pengusaha sesuai dengan perjanjian.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan peneliti diatas, dan dengan melihat berbagai anggapan masyarakat yang timbul terhadap pemahaman perbankan syari'ah, dimana dalam hal ini lebih khususnya pada perihal pembiayaan mudharabah, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang peranan pembiayaan mudharabah terhadap perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di kecamatan Gondangrejo. BMT Bina Insan Mandiri (BIM) merupakan salah satu lembaga keuangan syari'ah yang menawarkan pembiayaan mudharabah tersebut. Untuk lebih mendalami pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri di Gondangrejo tahun 2009, maka peneliti ingin melakukan penelitian ini dengan judul:


(27)

commit to user

PERANAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) BINA INSAN MANDIRI (BIM) DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK

USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI KECAMATAN

GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah yang menjadi latar belakang bagi BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan pembiayaan mudharabah?

2. Bagaimana tata cara/prosedur permohonan pembiayaan mudharabah yang

dilaksanakan di BMT Bina Insan Mandiri ?

3. Bagaimana peranan pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri

terhadap perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di kecamatan Gondangrejo tahun 2008?

4. Hambatan –hambatan apa saja yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada pengusaha kecil di Kecamatan Gondangrejo serta solusi apa saja untuk mengatasi hal tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Lexy J.Moleong ( 2002:62 ) “Tujuan penelitian adalah

memecahkan masalah”. Maka secara umum tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang BMT Bina Insan Mandiri dalam mengadakan

pembiayaan mudharabah.

2. Untuk mengetahui tata cara/prosedur permohonan pembiayaan mudharabah


(28)

commit to user

3. Untuk mengetahui peranan pemberian pembiayaan mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah (UKM) di Kecamatan Gondangrejo.

4. Untuk mengetahui hambatan –hambatan apa saja yang dihadapi oleh BMT Bina

Insan Mandiri dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah kepada

pengusaha kecil di Kecamatan Gondangrejo serta untuk mengetahui solusi menangani hal tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berhubungan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan secara konsep maupun teori. Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang akuntansi perbankan syariah.

b. Untuk lebih mendukung teori –teori yang sudah ada sehubungan dengan masalah pembiayaan mudharabah.

2. Manfaat Praktis

Selain manfaat secara teoritis, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat secara praktis, yaitu manfaat yang berkaitan dengan pihak –pihak yang terkait. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bina Insan Mandiri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai peranan pembiayaan mudharabah.


(29)

commit to user

Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk praktisi lain yang berkeinginan memperdalam pengetahuan di bidang akuntansi syariah.

c. Bagi peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan

mengenai pembiayaan mudharabah yang dilaksanakan oleh Koperasi Jasa


(30)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk memberikan gambaran dasar teoritis yang digunakan dalam pembentukan kerangka pemikiran, maka peneliti mengajukan beberapa teori yang relevan dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Marx dan Goodson dalam Lexy J. Moleong (2000: 35) menyatakan bahwa :

Teori ialah aturan yang menjelaskan proporsi atau seperangkat proporsi yang berkaitan dengan fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian (yang diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari

hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang

disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung. Sedangkan Snelbecker (1974) dalam Lexy J. Moleong (2000: 34) menjelaskan bahwa “Teori sebagai seperangkat proporsi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar yang dapat diamati”.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teori adalah seperangkat aturan untuk menerangkan proporsi yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi yaitu kejadian yang ada dapat dihubungkan secara logis dengan data dasar yang diamati.


(31)

commit to user

8

1. Bank Islam a. Sejarah Perbankan Syariah

Asal mula terjadinya praktek syariah adalah dimulai semenjak Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rosul ke dunia, dengan membawa syariat bagi ummat Islam. Berikut ini akan diterangkan uraian mengenai berdirinya perbankan syariah.

1) Praktek Perbankan di Zaman Nabi SAW dan Sahabat

Pada zaman Rosulullah Muhammad SAW, praktek-praktek seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis dan konsumsi, serta melakukan pengiriman uang telah lazim digunakan.

Dengan demikian, fungsi –fungsi utama perbankan modern yaitu menerima

deposito, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak zaman Rosulullah SAW. Adiwarman Karim (2004: 19) menyatakan, “Fungsi-fungsi bank sudah dipraktikan oleh para sahabat di zaman Nabi SAW : Menerima simpanan uang, memberikan pembiayaan, dan jasa transfer uang. Fungsi ini biasanya hanya dilakukan satu orang”.

2) Praktek Perbankan di Zaman Bani Ummayah dan Abbasiyah

Pada zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu individu. Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan satu mata uang dengan mata uang yang lain. Hal ini diperlukan karena setiap jenis mata uang mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai yang berbeda pula. Orang yang mempunyai keahlian khusus tersebut disebut naqid, sarraf, dan Jihbiz. Ini merupakan cikal bakal pertukaran uang (money changer). Menurut


(32)

commit to user

Adiwarman Karim (2004: 20) “Persamaan antara jihbiz dan bank adalah sama-sama melakukan fungsi-fungsi berikut ini : to accept deposits, to channel financing, to transfer money. Perbedaan : Jihbiz dilakukan oleh individu, sedangkan bank di kelola individu”. Kemajuan praktek perbankan di zaman ini ditandai dengan adanya saq (cek) yang beredar luas sebagai media pembayaran. Dalam hal ini uang dapat di transfer dari satu negara ke negara lainnya tanpa memindahkan secara fisik uang tersebut. Dalam sejarah perbankan Islam, Sayf Al-Dawlan Al-Hamdani yang tercatat sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring antar Baghdad (Irak) dan Aleppo (Spanyol sekarang).

3) Praktek Perbankan di Eropa

Perkembangan selanjutnya, kegiatan Jihbiz yang dilakukan secara individu kemudian dilakukan oleh suatu institusi yaitu bank. Ketika bangsa Eropa mulai menjalankan praktek perbankan, persoalan yang timbul adalah transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen bunga yang dalam pandangan fiqih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi ini mulai merebak pada masa kepemimpinan Raja Henry VIII. Tahun 1545 Raja Henry VIII memperbolehkan bunga meskipun tetap mengharamkan riba dengan syarat bunga tidak boleh berlipat ganda.

4) Perbankan Syariah Modern

Mengingat bahwa dalam Islam bunga bank adalah riba dan hukumnya haram, maka mulai timbul gagasan dari negara-negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan alternatif yang sesuai dengan syariat Islam. Malaysia merupakan negara pertama yang berupaya mendirikan bank tanpa sistem bunga. Tetapi pada pertengahan tahun 40-an usaha ini mengalami kegagalan. Pada tahun 50-an, Pakistan juga mendirikan suatu lembaga perkreditan tanpa bunga, di suatu wilayah pedesaan di negara


(33)

commit to user

Pendirian bank yang paling sukses dan inovatif adalah yang dilakukan oleh Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mid Ghamr Local Saving Bank. Pada tahun 1967 Mesir mengalami kekacauan politik sehingga tidak

menguntungkan perekonomian pada saat itu dan pada akhirnya Mid Ghamr

mengalani kemunduran, dan operasionalnya diambil alih oleh National of Egypt dan Bank Sentral Mesir. Akibatnya bank ini melakukan operasionalnya berdasarkan bunga juga. Pada tahun 1971, masa rezim Sadat, konsep nirbunga dibangkitkan kembali dengan mendirikan Nasser Social Bank yang bertujuan untuk menjalankan kembali bisnis perbankan tanpa bunga, berdasarkan konsep yang telah dilakukan Mid Ghamr.

Perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan negara-negara barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Saat ini, bank-bank besar dari Negara-negara Barat seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syariat Islam.

1. Individu

(Nabi/sahabat) melakukan satu fungsi

2. Jihbiz

Seorang sahabat melakukan ketiga fungsi 2. Jihbiz

Seorang sahabat melakukan ketiga fungsi

3. Bank

Sebuah institusi melakukan ketiga fungsi perbankan (diadopsi oleh masyarakat Eropa abad pertengahan, namun kegiatannya mulai dengan


(34)

commit to user

Gambar 1. Evaluasi Kegiatan Perbankan Dalam Masyarakat Islam (Sumber Adiwarman Karim, 2004: 22)

b. Pengertian Bank Islam

Bank Islam sering disebut juga Bank Syariah. Bank Syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip syariat Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Bank Islam adalah lembaga keuangan dimana operasional dan produk-produknya terbebas dari sistem bunga atau riba. Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan pembiayaan dan jasa-jasa perbankan lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang operasionalnya disesuaikan dengan syariat Islam. Pengertian Bank Syariah menurut M. Syafi‟i Antonio dan Kernaen Perwataatmadja (1997: 1) menyatakan bahwa ada dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariat Islam

Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan Al Hadist. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

c. Peranan Bank Syariah

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, semakin memperkokoh landasan bagi perkembangan Bank Syariah di Indonesia. Undang-Undang No 10 Tahun 1998 mengakui keberadaan dan berfungsinya Bank Syariah dimana prinsip bermuamalah berdasarkan syariah Islam.


(35)

commit to user

Dengan adanya Bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui produk-produk jasa yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Diharapkan melalui produk-produk jasa Bank Syariah, hubungan antara bank syariah dengan para nasabahnya tidak lagi sebagai kreditor dan debitor melainkan terbangun suatu hubungan kemitraan.

Berdasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad (2002: 16-17) secara khusus peranan Bank Syariah dapat terwujud melalui aspek-aspek sebagai berikut :

1) Menjadi perekat nasionalisme baru

2) Memberdayakan ekonomi ummat dan beroperasi secara transparan

3) Memberikan return yang lebih baik

4) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan

5) Mendorong pemerataan pendapatan

6) Peningkatan efisiensi mobilisasi dana

7) Uswatun hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.

Peranan –peranan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Menjadi perekat nasionalisme baru

Bank syari‟ah menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara golongan ekonomi bawah dan golongan ekonomi atas.

2) Memberdayakan ekonomi ummat dan beroperasi secara transparan

Pengelolaan bank syari‟ah didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.

3) Memberikan return yang lebih baik

Bank syari‟ah harus dapat memberikan return (keuntungan) yang lebih baik kepada investor, dibandingkan return yang diberikan oleh bank konvensional. Disamping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi hasil sesuai


(36)

commit to user

dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada bank syari'ah.

4) Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan

Bank syari'ah mendorong terjadinya transaksi-transaksi produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian, spekulasi dapat ditekan.

5) Mendorong pemerataan pendapatan

Dengan penyaluran dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) yang dikumpulkan oleh bank syari'ah melalui pembiayaan Qordhul Hasan, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga terjadi pemerataan pendapatan di masyarakat.

6) Peningkatan efisiensi mobilisasi dana

Dengan adanya produk-produk bank syari'ah seperti mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor. Maka, bank syari'ah sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.

7) Uswatun hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank. Karena prinsip beroperasinya berdasarkan prinsip syari'ah, maka bank-bank syari'ah hendaknya memposisikan diri sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik) dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.

d. Alasan Adanya Bank Syariah

Perbankan syariah didirikan berdasarkan pada alasan filosofi maupun praktik. Alasan filosofi berdirinya Bank Syariah adalah karena adanya larangan


(37)

commit to user

pengambilan riba dalam hukum Islam, baik dalam transaksi keuangan maupun non keuangan. Secara praktik, karena sistem perbankan berbasis bunga atau perbankan konvensional mengandung beberapa kelemahan. Menurut pendapat Muhammad (2002: 7), kelemahan-kelemahan tersebut sebagai berikut:

1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis

2) Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga, menyebabkan

kebangkrutan;

3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat kecemasan bagi bank untuk mengembalikan pokok dan bunga nasabah;

4) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha

kecil;

5) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka.

Dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis;

Dalam bisnis, hasil perusahaan tidak dapat dipastikan selalu untung. Terkadang perusahaan mengalami kerugian, padahal disisi lain perusahaan berkewajiban membayar bunga atas pinjaman kepada bank sesuai dengan kesepakatan awal. Meskipun perusahaan untung, bisa jadi bunga yang harus dibayarkan melebihi keuntungannya. Hal ini jelas bertentangan dengan norma keadilan dalam Islam.

2) Tidak fleksibelnya sistem berbasis bunga, menyebabkan kebangkrutan;

Hal ini menyebabkan hilangnya potensi produktif masyarakat secara keseluruhan, selain itu pengangguran juga semakin meningkat. Lebih dari itu, beban hutang yang harus ditanggung debitor menyulitkan upaya pemulihan ekonomi dan memperparah penderitaan seluruh masyarakat.


(38)

commit to user

3) Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya membuat kecemasan bagi bank untuk mengembalikan pokok dan bunga nasabah;

Demi menjamin keamanan , bank konvensional hanya mau memberikan pinjaman modal kepada pengusaha-pengusaha yang benar-benar sudah mapan atau mereka yang sanggup menjamin keamanan pinjamannya. Sisa uangnya disimpan dalam bentuk surat berharga pemerintah. Sementara bagi usaha-usaha kecil atau orang yang tidak dapat memberikan jaminan atas pinjamannya akan kesulitan mendapatkan pinjaman bagi modal usahanya. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan dan kesejahteraan, dan bertentangan dengan prinsip Islam.

4) Sistem transaksi berbasis bunga menghalangi munculnya inovasi oleh usaha

kecil;

Bagi usaha yang sudah mapan, dapat mengambil resiko untuk mencoba teknik dan produk baru karena mereka mempunyai cadangan dana sebagai sandaran apabila ternyata ide baru tersebut tidak berhasil. Sebaliknya, usaha kecil tidak berani mencoba berinovasi bagi usahanya, karena itu berarti mereka harus menambah modal usaha, sedangkan untuk meminjam modal ke bank mereka harus memberikan jaminan dan membayar bunga atas pinjaman tersebut. Apabila gagal, tidak ada jalan lain mereka harus tetap membayar pinjaman berikut bunganya, meskipun usaha mereka mengalami kerugian. Jadi, bunga merupakan rintangan bagi pertumbuhan ekonomi dan memperburuk keseimbangan pendapatan.

5) Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga mereka.


(39)

commit to user

Setiap rencana bisnis yang diajukan kepada bank konvensional selalu diukur dengan kriteria ini. Sehingga, bank tidak mempunyai insentif untuk membantu suatu usaha yang tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman modalnya.

e. Dasar Falsafah Bank Syariah

Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini, Allah tidak meninggalkan manusia sendirian tetapi diberikannya petunjuk melalui para rasul-Nya. Dalam petunjuk ini Allah memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik aqidah, akhlak, maupun syari'ah.

Syari'ah Islam sebagai suatu syari'ah yang dibawa Rosul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, Islam bukan hanya komprehensif (merangkum seluruh aspek kehidupan baik ibadah maupun muamalah) tetapi juga universal (dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai hari kiamat). Sifat-sifat istimewa ini mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syari'ah lain untuk menyempurnakannya (M. Syafi‟I Antonio, 2000: 5).

Setiap lembaga keuangan syari'ah memiliki falsafah berbuat kebajikan di dunia maupun di akhirat untuk memperoleh keridhoan Allah. Oleh karena itu, agar kegiatan lembaga keuangan syari'ah tidak menyimpang dari tuntunan agama ada beberapa aspek yang harus dihindari. Muhammad (2002: 75) mengemukakan aspek-aspek yang harus dihindari tersebut diantaranya:

a. Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya:

1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka secara pasti keberhasilan suatu usaha (QS.Luqman: 34)

2) Menghindari penggunaan sistem prosentase untuk pembebanan biaya

terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur-unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/ simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu (QS.Ali Imron: 130)


(40)

commit to user

3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/ penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas (HR. Muslim Bab Riba N0 1551 s/d 1567)

4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan

terhadap hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR.Muslim Bab Riba 1569 s/d 1572).

b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan, dengan mengacu pada Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, bahwa setiap transaksi kelembagaan syari'ah harus dilandasi dengan sistem bagi hasil dan perdagangan.

1) QS. Al-Baqarah 275 :

Artinya;

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”


(41)

commit to user

2) QS. An-Nisa‟ :29

Artinya ;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.”

Dari kedua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan muamalah harus berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus barang/jasa, sehingga dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan inflasi. f. Ciri-ciri Bank Syari'ah

Bank syari'ah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syari'ah antara lain(Warkum Sumitro, 2004:19) :

a) Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan

dalam bentuk jumlah nominal, bersifat fleksibel, dan hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dalam kesepakatan

b) Penggunaan prosentase dalam hal kewajiban untuk melakukan

pembayaran selalu dihindari, karena prosentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir

c) Didalam kontrak –kontrak pembiayaan proyek, bank syari'ah tidak

menerapkan perhitungan pinjaman berdasarkan keuntungan yang pasti ditetapkan dimuka

d) Pergerakan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai amanat dalam penyertaan dana terhadap proyek-proyek yang dibiayai oleh


(42)

commit to user

bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari'ah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti

e) Dewan Pengawas Syari'ah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasional bank

dari sudut syari'ah

f) Bank Islam tidak menerapkan jual beli atau sewa menyewa uang dari mata uang yang sama

g) Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai hasil transaksi dengan bank konvensional

h) Produk-produk bank Islam selalu menngunakan istilah bahasa arab, misalnya

al-murabahah, al-mudharabah dan sebagainya

i) Adanya produk khusus yang tidak terdapat di bank konvensionl yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya

j) Fungsi kelembagaan bank syari'ah selain menjembatani antara pihak pemilik modal (kreditor) dengan pihak yang membutuhkan modal (debitor), juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggungjawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.

g. Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil

Secara leksikal bunga adalah terjemahan dari kata interest. Secara istilah, bunga diartikan bahwa : ”interest is a change for a financial loan, usually a percentage of the amount loaned”. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dalam prosentase dari uang yang dipinjamkan.

Unsur utama yang diharamkan dalam Islam ialah bunga atau riba. Kata riba berasal dari kata ziyadah yang berarti tumbuh, menambah, atau berlebih. Menurut Imam Sarakhzi, memperjelas bahwa riba adalah tanbahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan atas penambahan tersebut. Adapun pengertian riba menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah yang dimaksud riba adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang


(43)

commit to user

tidak dibenarkan syari‟at, baik tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam.

Larangan riba telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-qur‟an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam hadist-hadistnya. Keharaman riba dijelaskan dalam Al-Qur‟an Qs. Al-Baqarah (2) : 275-279, Qs. Ali Imran (3) : 103, Qs. An-Nisa‟ (4) : 161 dan Qs. Ar-Ruum (30) : 39 dan beberapa hadits ysng diriwayatkan secara shohih.


(44)

commit to user

Arti Qs. Al-Baqarah : 275

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu ; dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Arti Qs. Al-Baqarah : 276

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah . Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa .”

Arti Qs. Al-Baqarah :277

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,

mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati.”

Arti Qs. Al-Baqarah : 278

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman.”


(45)

commit to user

Arti Qs. Al-Baqarah :279

“Maka jika kamu tidak mengerjakan , maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya.”

Qs. Ar-Rum (30) : 39

Artinya :

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak akan bertambah disisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan(pahala).”

Qs. An-Nisaa‟ (4) : 161

Artinya :

“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah


(46)

commit to user

dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”

Sedangkan hadist yang menerangkan tentang hukum riba sebagaimana yang ditulis oleh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, yaitu :

a. Diriwayatkan oleh semua penulis. Sunan At-Tirmidzi mensahihkannya, yaitu : “Allah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, dua orang saksinya, dan penulisnya (sekretarisnya).”

b. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad shahih :

“Satu dirham riba yang dimakan seseorang dengan sepengetahuannya, itu lebih berat dosanya daripada tiga puluh enam berbuat zina.”

Sedangkan jenis-jenis riba menurut Ibnu Hajar Al-Haitsami dibedakan menjadi ( Az-Zawajir ’ala Iqtiraaf Al-Kabaair :205)

1. Riba Qardh

Riba Qardh yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (mudharib)

2. Riba Jahiliyah

Riba Jahiliyah yaitu hutang dibayar lebih dahulu dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.

3. Riba Fadhl

Riba Fadhl adalah pertukaran barang antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.


(47)

commit to user

Riba nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.

Mengacu pada banyaknya ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadist tentang larangan riba, maka dalam operasionalnya bank syari‟ah maupun BMT tidak menerapkan bunga atas pinjaman, karena bunga pinjaman tersebut disamakan dengan riba yaitu tambahan atas pokok pinjaman yang harus dibayarkan kepada bank. Dalam operasionalnya bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) untuk memperoleh keuntungan menggunakan sistem bagi hasil dengan nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank. Bagi hasil ini disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh nasabah selama menjalankan usahanya, yaitu pihak bank selaku pemilik modal (shohibul maal) dan nasabah sebagai pelaku atau pengelola usaha (mudharib). Menurut Jannes Situmorang (2009: 3) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Kaji Tindak Peran Koperasi dan UKM Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif menyatakan bahwa, ”Sistem bagi hasil adalah pola pembiayaan keuntungan maupun kerugian BMT dengan anggota penyimpan berdasarkan perhitungan yang disepakati bersama.”

Hal yang membedakan antara lembaga keuangan syari'ah dengan lembaga keuangan non-syari'ah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah, hal tersebut memunculkan adanya bunga dan bagi hasil. Dalam sistem operasional lembaga keuangan non-syari‟ah, ketika nasabah membayar angsuran kepada bank, nasabah harus membayar bunga bank sebesar yang telah ditentukan oleh bank sebelumnya, sedangkan pihak bank tidak memperhatikan apakah usaha yang dijalankan nasabahnya mengalami keuntungan atau kerugian, yang terpenting nasabah membayar angsuran secara rutin sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil yang


(48)

commit to user

diterapkan dalam perbankan Islam, secara mendasar persoalan tersebut dapat dikaji dari berbagai sisi, sebagaimana tertera dalam tabel.

Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Penentuan besarnya hasil

Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah ada

untungnya Yang ditentukan

sebelumnya

Bunga, yaitu sebesar nilai rupiah

Menyepakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak Apabila terjadi

kerugian

Ditanggung nasabah saja Ditanggung kedua pihak, nasabah dan lembaga Dihitung dari mana? Dari dana yang

dipinjamkan, fixed, tetap

Dari untung yang diperoleh, belum tentu besarnya Titik perhatian

proyek atau usaha

Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah atau pasti diterima bank

Keberhasilan proyek atau usaha, menjadi perhatian bersama: nasabah dan lembaga Berapa besarnya? Pasti (%) kali jumlah

pinjaman yang telah pasti diketahui

Proporsi (%) kali jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui

Status hukum Berlawanan dengan

QS.Luqman : 34

Melaksanakan QS. Luqman : 34

(Sumber Adiwarman Karim, 2004: 35)

2. Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah a. Sejarah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah di Indonesia


(49)

commit to user

Pendirian lembaga keuangan yang berbasis syari'ah tidak terlepas dari keprihatinan para ulama pada praktek riba yang dilakukan oleh perbankan konvensional dengan menerapkan sistem bunga, selain itu juga minimnya pengetahuan masyarakat terutama masyarakat muslim terhadap hukum bunga bank konvensional. Usaha pendirian bank syari'ah tidak dapat dilepaskan dari Paket Kebijaksanaan Oktober atau lebih dikenal dengan sebutan Pakto yang dikeluarkan pemerintah tentang liberisasi perbankan.

Pada tanggal 19-22 Agustus 1990 di Cisarua Bogor diadakan lokakarya para ulama untuk membahas pendirian bank Islam. Pada pertemuan itu dibahas mengenai hukum bunga bank, apakah termasuk riba atau tidak, dari pertemuan tersebut dihasilkan rekomendasi pendirian bank Islam. Pada tanggal 22-25 Agustus 1990 diselenggaarakan Munas MUI IV di Jakarta, sebagai tindak lanjut dari lokakarya di Cisarua Bogor. Hasil Munas tersebut adalah rekomendasi pendirian bank Islam. Kemudian pada tanggal 27 Agustus 1991 tim pembentukan perbankan MUI bertemu dengan Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta.

Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, maka Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) berinisatif mendirikan lembaga keuangan berbasis syari'ah dengan skala yang kecil dan dengan modal yang kecil pula. Lembaga ini kemudian disebut dengan Baitul Maal Wa Tamwil.

b. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah

Dalam perkembangannya koperasi jasa keuangan syari'ah lazim disebut dengan nama Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan yang operasionalnya menggunakan prinsip syari'ah atau berdasarkan aturan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Secara prinsip BMT memiliki sistem operasional yang tidak jauh berbeda dengan sistem operasional BPR Syari'ah, hanya ruang lingkup dan produk yang dihasilkan berbeda. Operasional perbankan syari'ah semakin luas dengan disahkannya


(50)

commit to user

Undang-undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank atau lembaga keuangan syari'ah maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem syari'ah yang sekaligus menghapus pasal 6 PP No 72/1992 yang melarang dual system.

Seiring dengan itu, maka berbagai lembaga keuangan syari'ah baik bank amupun non bank mulai berkembang di Indonesia, baik yang dikelola secara formal maupun informal. Berkaitan dengan bentuk dan struktur lembaga keuangan non bank, maka berdirilah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang mendasarkan prinsip kerjanya pada syari'ah Islam. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) berdiri sebagai salah satu alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. BMT adalah lembaga keuangan syari'ah informalyang didirikan sebagai pendukung dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi usaha mikro atau usaha kecil menengah berlandaskan sistem syari'ah Islam.

Menurut Syaikh Mahmud Syalthut dalam Adiwarman Karim (2004: 7) “Syari'ah adalah kata bahasa Arab yang secara harfiah berarti jalan yang ditempuh atau garis yang mestinya dilalui”. Sedangkan secara terminologi definisi syari'ah adalah “Peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, atau telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum muslimin supaya mematuhinya, supaya syari'ah ini diambil oleh orang Islam sebagai penghubung diantaranya dengan Allah dan diantaranya dengan manusia”.

Menurut Heri Sudarsono (2003: 84), menyatakan bahwa:

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil menengah dengan berlandaskan syari'ah.


(51)

commit to user

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan ekonomi rakyat yang pengelolaannya berdasarkan prinsip-prinsip syari'ah atau aturan-aturan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist, yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan sistem bagi hasil sebagai usaha mengentaskan kemiskinan.

BMT merupakan suatu lembaga terpadu yang memadukan antara Baitul Maal sebagai lembaga sosial dan Baitul Tamwil sebagai lembaga bisnis. Menurut pendapat Jannes Situmorang dalam jurnal penelitian yang berjudul Kaji Tindak Peningkatan Peran Koperasi dan UKM Sebagai Lembaga Keuangan Alternatif

menyatakan, ”BMT memiliki dua fungsi yaitu : Pertama, Baitul Maal

menjalankan fungsi untuk memberi santunan kepada kaum miskin dengan menyalurkan dana ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh) kepada yang berhak; Kedua, Baitul Tamwil menjalankan fungsi menghimpun simpanan dan membiayai

kegiatan ekonomi rakyat dengan menggunakan Sistem Syariah”. BMT

menerapkan fungsi utama koperasi sebagai badan usaha ekonomi kerakyatan dan sosial dengan landasan syari'ah atau aturan-aturan agama Islam. M. Dawam

Rahardjo dalam Heri Sudarsono (2003: 84, “Secara kelembagaan BMT

didampingi oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yaitu menumbuhkan usaha kecil”.

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga hasil prakarsa masyarakat yang telah berkembang menjadi bank syari'ah berskala mikro. Sebagai lembaga keuangan syari'ah mikro yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi ke-Islaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Keberhasilan Baitul Maal Wa Tamwil tidak hanya sekedar keberhasilan dalam bidang bisnis, akan tetapi


(52)

commit to user

perhatiaannya terhadap pengelolaan masalah zakat, infaq dan shadaqah. Kebanyakan strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) untuk mempertahankan eksistensinya adalah peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan formal maupun non formal, tidak menggunakan strategi pemasaran yang bersifat local oriented, melakukan berbagai inovasi pengembangan produk, meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat pengguna jasa, pengembangan aspek paradikmatik, menganggap sesama BMT sebagai partner dalam rangka mengentaskan ekonomi masyarakat serta mengadakan evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif.

c. Badan Hukum dan Struktur Organisasi BMT

Adapun bentuk badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil diakui sebagai

koperasi jasa keuangan syari'ah melalui Keputusan Menteri Koperasi dan UKM tahun 2004. Dalam prakteknya BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat atau Koperasi (Heri Sudarsono, 2003: 93), yaitu:

1) KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat

Keterangan Operasional dari PINBUK

2) Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Simpan pinjam Syari'ah (KSP-S)

3) Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) yang diberikan

wewengan oleh BI untuk membina KSM dan memberikan sertifikat kepada KSM

4) MUI, ICMI, BMI, telah menyiapkan LPSM yang bernama PINBUK yang

dalam kepengurusannya mengikutsertakan DMI, IPHI, Pejabat Tinggi Negara yang terkait, BUMN dan lain-lain.

BMT didirikan dengan modal awal sebesar Rp 20.000.000,00 atau lebih. Akan tetapi jika terdapat kekurangan modal, dapat dimulai dengan modal awal sebesar Rp 10.000.000,00 bahkan bisa juga dengan menggunakan modal hanya sebesar Rp 5.000.000,00. Pendirian BMT harus terdiri dari antara 20 sampai 44


(53)

commit to user

orang, hal ini diperlukan supaya masyarakat setempat merasa memiliki BMT tersebut.

Dalam rangka memperlancar tugas BMT, maka dalam sebuah BMT harus mempunyai struktur organisasi yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh semua personil yang ada didalam BMT tersebut. Struktur organisasi yang terdapat dalam BMT antara lain mencakup Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, Dewan Syari'ah, Pembina Manajemen, Manajer, Pemasaran, Kasir, dan Pembukuan. Adapun tugas dari masing-masing struktur diatas adalah sebagai berikut: Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT. Dewan Syari'ah, bertugas mengawasi dan menilai operasional BMT. Pembina Manajemen, bertugas membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya. Manajer bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisir program-programnya. Sedangkan pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT. Kasir bertugas melayani nasabah dan pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas asset dan omset BMT.

Dalam struktur organisasi standar PINBUK, Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syari'ah dan Pembina Manajemen dalam mengambil kebijakan-kebujakan yang akan dilaksanakan oleh manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir dan pembukuan. Bentuk struktur organisasi BMT berdasarkan standar dari PINBUK dapat diilustrasikan dalam gambar berikut (Heri Sudarsono,2003: 87-88):


(54)

commit to user

---

---

Keterangan : --- Garis Koordinasi

Garis Komando

Gambar 2. Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok

Dewan Syari'ah Dewan Syari'ah Dewan Pengurus

Manajer

Maal Tamwil

Pemasaran Kasir Pembukuan


(55)

commit to user

Sumber : PINBUK (Heri Sudarsono, 2003: 87-88)

d. Tujuan dan Ciri-ciri BMT

Koperasi Jasa Keuangan syari'ah merupakan lembaga yang tepat untuk menampung dana umat Islam dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah dan untuk membantu umat Islam untuk berinvestasi. Adapun tujuan dibentuknya koperasi jasa keuangan syari'ah adalah (http://myquran,org/Arsip/bmt.ppt, 30 November 2009) :

1) Mewujudkan ekonomi umat yang produktif dan berkesinambungan.

2)Menciptakan peluang lapangan pekerjaan dalam rangka pencapaian

sasaran pembangunan ekonomi.

3)Memperluas kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha yang mandiri

4)Membangun lembaga mikro yang kuat tatanan kelembagaannya dengan menciptakan sumber daya manusia yang handal, terdidik dan terampil. Achmad Baraba (2009: 4) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syari‟ah menyatakan bahwa fungsi bank syari‟ah adalah :

Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/ deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank.

Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana/ shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi). Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa keuangan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan.

Secara umum sasaran yang dilaksanakan oleh koperasi jasa keuangan syari'ah adalah pengusaha kecil dan sektor informal, serta masyarakat lain yang


(56)

commit to user

menghadapi masalah dalam hal permodalan, sedangkan menurut penilaian koperasi jasa keuangan syari‟ah prospek usaha yang mereka kembangkan layak untuk menerima sumbangan modal dari pihak ketiga atau pihak perbankan. Dalam penyaluran pembiayaan suatu usaha tentunya jangka waktu pembiayaan juga perlu diperhitungkan. Adapun jangka waktu pembiayaan yang dilakukan oleh koperasi jasa keuangan syari'ah pada umumnya adalah:

1. Jangka pendek, kurang dari satu tahun 2. Jangka menengah, satu sampai tiga tahun 3. Jangka panjang, lebih dari tiga tahun

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan kepada nasabah koperasi jasa keuangan syari'ah juga memberlakukan adanya suatu agunan atau jaminan atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah. Jaminan yang diutamakan pada dasarnya adalah usaha yang di biayai oleh pembiayaan sendiri. Namun, dalam beberapa hal memungkinkan disyaratkan adanya supporting collateral yang berupa jaminan kebendaan atau barang yang dibiayai oleh bank atau jaminan lainnya apabila diperlukan, misalnya berupa avalist, personel guarantee, dan lainnya.

Sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah, BMT juga memiliki ciri-ciri yang merupakan identitas bagi BMT. Ciri-ciri yang dimiliki BMT dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Ciri-ciri Utama

a) Berorientasi bisnis, untuk mencari laba bersama, dan meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota masyarakat

b) Bukan lembaga sosial, tetapi BMT bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan serta penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah yang berguna bagi kesejahteraan orang banyak.

c) BMT ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya.


(57)

commit to user

d) Milik bersama masyarakat bawah dengan orang kaya di sekitar BMT, bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat.

2. Ciri-ciri Khusus

a) Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggu tetapi menjemput bola bahkan berebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk pembiayaan.

b) Calon pengelola (manajer) yang dipilih harus memiliki aqidah yang lurus, komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi ummat, amanah, jujur, dan jika memungkinkan minimal lulusan D3 atau S1

c) Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan pasar

d) BMT mengadakan pendampingan usaha anggota-anggotanya

e) Manajemen BMT adalah professional Islami, misalkan administrasi keuangan dilakukan dengan standar akuntansi keuangan Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi syari'ah.

e. Produk-produk BMT

Ciri-ciri produk yang ditawarkan oleh BMT (Heri Sudarsono, 2003: 83) yaitu:

1.Sesuai dengan kebutuhan anggota/mitra.

2.Secara administrasi mudah, tetapi tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian.

3.Semua produk dan jasa BMT harus sesuai dengan ketentuan dan prinsip- prinsip syari'ah.


(58)

commit to user

4.BMT mengelola dua sumber keuangan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai Baitul Maal yang mengelola dana ZISWAF dan fungsi Baitul Tamwil yang mengelola bisnisnya.

5.Eksistensi BMT sangat ditentukan oleh adanya “trust” atau kepercayaan dari pendiri, pengurus dan anggotanya.

Produk-produk yang dihasilkan oleh bank syari‟ah maupun Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT) adalah sebagai berikut :

1) Murabahah (Pembiayaan dengan Marjin)

Dalam produk ini, bank memberikan barang (modal kerja dan berjangka pendek) yang dibutuhkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Harga pokoknya sama-sama diketahui kedua belah pihak.

2) Ba’i Bitsaman Ajil (Transaksi Jual Beli dengan Harga Tangguh)

Dalam konsep ini, harga barang yang dijual kepada nasabah telah memperhatikan pembayaran yang akan dilakukan. Kemudian baik secara angsuran maupun tangguh bayar, harga disepakati kedua belah pihak dan tidak dibenarkan diubah meskipun keadaan ekonomi berubah. Biasanya berupa produk investasi jangka panjang. Produk ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu salam dan istishna’. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang diserahkan kemudian. Sedangkan Istishna’ adalah pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.


(59)

commit to user

Adalah kerjasama bank dengan pihak pengusaha yang dipercaya. Bank memberikan dana 100% untuk usahanya, pengusaha memberikan tenaga dan keahliannya. Laba atau rugi akan dibagi berdasarkan rasio atau nisbah tertentu sesuai kesepakatan. Kerugian yang timbul sebagai akibat dari sesuatu hal yang bukan karena kelalaian atau penyelewengan dari pengusaha akan ditanggung bank, sedangkan kerugian akibat kesalahan pengusaha akan ditanggung pengusaha sendiri.

4) Musyarakah

Musyarakah hampir sama dengan pola mudharabah, bedanya dana untuk usaha tidak hanya disediakan oleh bank tetapi juga oleh pengusaha. Usaha dibiayai dan dikelola oleh kedua belah pihak, pihak bank dan juga pihak pengusaha atau pihak lain yang disepakati bersama. Laba atau rugi dibagi antara pihak bank dengan pihak pengusaha sesuai kesepakatan atau sesuai kontribusi modal masing-masing pihak.

5) Jasa bank lainnya

Produk-produk Bank Syari‟ah lainnya sama dengan produk-produk bank konvensional lainnya, misalnya L/C (Al-Kafalah), Bank Garansi, Transfer, Safe Deposit (Al-Wadiah), Transaksi Valas, Penyewaaan (Al-Ijarah), Leasing (Ba’i Al Ta’jin), Agent (Al-Wakalah), Gadai (Al-Rahn)

6) Penghasilan berupa fee, komisi, provisi dari produk ini akan jatuh ke perusahaan. Tidak menjadi bagian bagi hasil penabung atau depositor.

7) Al-Qordhul Hasan (Pembiayaan Kebajikan)

Produk ini hanya bisa diberikan jika pihak bank syari‟ah telah menerima zakat, infaq, shadaqah dari masyarakat yang penempatannya tidak mengharapkan bagi hasil dan dana tersebut dikelola oleh bank untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(1)

angsuran, nisbah bagi hasil antara nasabah sebagai pelaku usaha dengan pihak BMT sebagai pemberi modal, jaminan yang diberikan kepada pihak BMT, legalitas nasabah, dan prospek usaha nasabah di masa depan.

f. Pencairan pembiayaan

Yaitu setelah meneliti kelengkapan syarat-syarat dari nasabah, melakukan survey ketempat tinggal, tempat usaha dan jaminan milik nasabah, mengadakan rapat dengan komite pembiayaan dan mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, maka pihak BMT akan mencairkan pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan bersama.

g. Perhitungan bagi hasil

Perhitungan bagi hasil adalah perhitungan penerimaan dari nasabah(pelaku usaha)dengan pihak BMT ( pemberi dana) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.

h. Pembayaran angsuran

Yaitu angsuran pembiayaan yang harus diberikan oleh nasabah kepada pihak BMT sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. i. Monitoring

Yaitu pihak BMT akan memantau jalannya usaha yang dilakukan oleh calon anggota, apabila nasabah (calon anggota) mengalami kesulitan dan kendala dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan membantu dengan memberikan solusi dan saran dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi nasabah (calon anggota) tersebut sehingga dapat memperbaiki usaha nasabah (calon anggota ) di masa depan. Lancarnya usaha yang dilakukan nasabah akan mempengaruhi kedisiplinan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan kepada BMT.


(2)

3. Peranan Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri terhadap tingkat perkembangan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh dari lapangan, bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri sangat berperan dalam

meningkatkan perkembangan usaha kecil mennegah di Kecamatan

Gondangrejo. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan usaha kecil menengah yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

4. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT dalam proses penyaluran pembiayaan mudharabah serta solusinya.

1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil yang sesuai syari'ah

Pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil memang sedikit sekali, apalagi untuk masyarakat pedesaan, mereka menganggap bahwa dengan meminjam di BMT sama saja dengan meminjam di bank-bank konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut.

2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT.

Pihak BMT tidak dapat melakukan monitoring setiap hari terhadap usaha yang dijalankan oleh nasabah pembiayaan, hal ini sangat memungkinkan bagi nasabah untuk memanipulasi laporan keuangan mereka kepada pihak BMT.

3. Tidak adanya laporan keuangan dari nasabah yang tersusun rapi dan jelas. Nasabah pembiayaan BMT sebagian besar adalah pengusaha kecil menengah, sehingga laporan keuangan yang dibuat masih menggunakan cara-cara yang sederhana, sehingga dalam pembukuan laporan keuangan mereka belum tersusun rapi dan sesuai standar akuntansi. Hal ini


(3)

menyulitkan pihak BMT dalam melakukan analisis dan audit kelayakan usaha mereka.

4. Penyimpangan dana oleh nasabah pembiayaan.

Penyimpangan dana akan menjadi penghambat dalam proses penyaluran pembiayaan karena dana yang seharusnya digunakan sebagai tambahan modal usaha tidak digunakan sebagaimana mestinya, sehingga dana tersebut tidak dapat berputar kembali dan tidak menghasilkan keuntungan serta dapat mengganggu kelancaran pembayaran angsuran ke pihak BMT.

5. Banyak nasabah yang merantau ke luar Jawa

Keadaaan ekonomi yang kurang mapan serta kurangnya lapangan kerja yang dapat menampung tenaga kerja, menyebabkan banyak masyarakat yang mengadu nasib diluar jawa, untuk mendapatkan pekerjaan sekaligus penghasilan dalam rangka memnuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Dalam menambah modal untuk usaha di luar Jawa, banyak masyarakat yang mengajukan pembiayaan di BMT, karena proses yang mudah, sedangkan untuk proses pembayaran angsuran mereka mentransfer sejumlah uang kepada sanak kerabat mereka di Jawa untuk dibayarkan kepada pihak BMT.

6. Pembayaran angsuran yang kurang lancar.

Nasabah pembiayaan BMT sebagian besar adalah pengusaha kecil menengah, dengan keuntungan yang tidak dapat dipastikan setiap bulannya. Usaha yang sepi dan kurang lancar sering menjadi alasan bagi nasabah dalam pembayaran angsuran yang tidak lancar kepada pihak BMT.

Dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut, pihak BMT Bina Insan Mandiri mempunyai solusi, yaitu :


(4)

d. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai perbankan syari'ah, dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem perbankan syari'ah.

e. Untuk mengetahui tingkat kejujuran nasabah mengenai laporan usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara terjadwal sehingga dapat mengetahui perkembangan usaha yang sesungguhnya.

f. Untuk mengetahui laporan keuangan nasabah pembiayaan, BMT Bina Insan

Mandiri (BIM) meminta nasabah untuk menyusun laporan keuangannya meskipun secara sederhana setiap periodenya.

g. Untuk menghindari penyimpangan dana oleh nasabah, hal ini tergantung kepada kemampuan nasabah untuk mengendalikan pengeluaran dana pembiayaan untuk kebutuhan selain usaha mereka.

h. Dalam memberikan dana kepada nasabah yang merantau di luar Jawa, pihak

BMT Bina Insan Mandiri (BIM) membuat perjanjian dengan menggunakan akta notaris agar perjanjian tersebut kuat di mata hukum.

i. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3% dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh tempo waktu pembayaran.

B. Implikasi Hasil Penelitian

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian ini menguatkan teori bahwa pinjaman atau pembiayaan dari Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah atau Baitul Maal Wa Tamwil(BMT) dapat membantu meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Pemberian

pembiayaan atau penyaluran pinjaman dari Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dapat


(5)

kecil menengah, sehingga dapat meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya kesejahteraan hidup masyarakat juga meningkat.

2. Implikasi Praktis

Dari hasil penelitian ini, maka Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri harus memberikan pinjaman atau pembiayaan mudharabah kepada para pengusaha kecil menengah, karena pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang paing ideal bagi usaha kecil menengah yang dapat meningkatkan perkembangan usaha mereka. Selain itu, dalam pemberian pembiayaan mudharabah, pihak bank atau BMT harus melakukan monitoring terhadap usaha yang dijalankan oleh pihak nasabah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka dari hasil penelitian ini dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Pengelola Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri

a. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri, hendaknya dapat memberikan pinjaman atau pembiayaan kepada nasabah dengan angsuran yang bersifat fleksibel, sehingga nasabah dapat mengangsur pembiayaan atau pinjaman dengan lebih mudah.

b. BMT Bina Insan Mandiri hendaknya melakukan monitoring secara teratur kepada nasabah pembiayaan agar hubungan antara BMT Bina Insan Mandiri dengan nasabah pembiayaan sebagai mitra kerja terus terjalin dengan baik. c. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri sebaiknya


(6)

ini sangat potensil dalam membantu permodalan usaha kecil menengah untuk mengembangkan usaha mereka.

2. Kepada Anggota atau nasabah Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri

a. Bagi nasabah yang memiliki pinjaman atau menerima pembiayaan

hendaknya mengembalikan pinjaman tepat pada waktunya, sehingga operasional BMT akan berjalan lancar, karena jika nasabah tidak mengembalikan pembiayaan tepat pada waktunya dikhawatirkan kas yang ada di BMT akan berkurang sehingga mengganggu kelancaran operasional BMT.

b. Sebaiknya pinjaman yang diperoleh dari BMT Bina Insan Mandiri

dipergunakan sebagaimana mestinya yaitu untuk meningkatkan permodalan usaha, karena jika dana pembiayaan tersebut tidak dipergunakan sebagaimana mestinya maka dana tersebut tidak akan menghasilkan keuntungan baik bagi nasabah maupun bagi BMT Bina Insan Mandiri.