Standar Oparasional Prosedur SOP Pelayanan Persalinan

19 kesehatan daerah sebesar 10 dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat puskesmas. Pemanfaatan biaya operasional yang disinergiskan dan tidak boleh duplikasi dengan dana lainnya. Biaya operasional kesehatan di puskesmas dapat digunakan untuk : 1. Administrasi pelayanan 2. Pelaksanaan kegiatan promotive dan preventif ke luar gedung. 3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis. 4. Pelayanan obat, penyediaan obat dan bahan habis pakai. 5. Pelaksanaan rapat lokakarya mini dan musyawarah di desa. 6. Pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan PMT dan penyuluhan. 7. Pembelian konsumsi rapat 8. Pengadaan pedoman dan media bahan penyuluhan pada masyarakat.

2.1.2.4 Standar Oparasional Prosedur SOP Pelayanan Persalinan

Beberapa ahli membatasi pengertian standar, antara lain : 1. Standar adalah satu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi lebih efektif dan efisien. 2. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi yang dipergunakan sebagai batas penerimaan hasil suatu kegiatan. 3. Standar adalah kisaran yang masih bisa diterima. 20 4. Standar adalah rumusan penampilan atau nilai yang diinginkan dan yang mampu dicapai sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa standar adalah ukuran ideal yang ingin dicapai, sesuai dengan indikator atau parameter yang telah ditetapkan. Menurut Kurniadi 2013 standar operasional prosedur merupakan prosedur kerja tahapan kerja suatu tindakan profesi tertentu dokter, bidan dan perawat, yang harus ditentukan ditetapkan oleh suatu organisasi yang berlaku nasional atau internasional sehingga pihak organisasi mengikuti apa yang sedang berlaku saat tertentu. Standar dalam pertolongan persalinan terdiri dari 4 standar yaitu standar 9 sampai dengan standar 12. Adapun penjelasan lebih rinci standar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Standar 9: asuhan persalinan kala I Pernyataan standar : Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah selesai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung. 2. Standar 10: persalinan kala II yang aman Pernyataan standar : Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan bersikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat. 21 3. Standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala III Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar dan membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3 dan mencagah atonia uteri serta retensio plasenta. 4. Standar 12: penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan diikuti dengan penjahitan perineum JNPK-KR, 2007. Selain empat standar pertolongan persalinan normal, tenaga kesehatan di puskesmas PONED harus dapat melaksanakan standar penanganan kegawatdaratan obstetri pada pertolongan persalinan antara lain: 1. Standar 17: penanganan kegawatdaruratan pada eklampsia Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama. 2. Standar 18: penanganan kegawatdaruratan pada partus lama macet Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya. 22 3. Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan bahwa keamanannya bagi ibu dan janin bayinya. 4. Standar 20: penanganan kegawatdaruratan retensio plasenta Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali tanda retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai kebutuhan klien. 5. Standar 21: penanganan perdarahan post partum primer Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan perdarahan post partum primer dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan. 6. Standar 22: penanganan perdarahan post partum sekunder Pernyataan standar : Bidan mampu menganali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dana tau merujuknya Siwi dan Endang, 2015.

2.1.2.5 Penanganan Kegawatdaruratan Persalinan