Penanganan Kegawatdaruratan Persalinan Standar Persyaratan Minimal Pelayanan Persalinan

22 3. Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor Pernyataan standar : Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan bahwa keamanannya bagi ibu dan janin bayinya. 4. Standar 20: penanganan kegawatdaruratan retensio plasenta Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali tanda retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai kebutuhan klien. 5. Standar 21: penanganan perdarahan post partum primer Pernyataan standar : Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan perdarahan post partum primer dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan. 6. Standar 22: penanganan perdarahan post partum sekunder Pernyataan standar : Bidan mampu menganali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum sekunder dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu dana tau merujuknya Siwi dan Endang, 2015.

2.1.2.5 Penanganan Kegawatdaruratan Persalinan

Kasus kegawatdaruratan obstetri pada persalinan adalah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan 23 kematian ibu bersalin. Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri pada persalinan secara dini sangat penting agar penangan atau pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Penanganan kegawatdaruratan obstetri adalah upaya untuk mengatasi keadaan dari kesakitan agar pasien tidak meninggal, atau memburuk keadaannya. Penanganan ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu bersalin dan menyelamatkan mempertahankan hidup dan mencegah cacat Siwi dan Endang, 2015. Prinsip penanganan kegawatdarurat obstetri pada persalinan adalah: 1. Penilaian keadaan penderita Penilaian keadaan penderita adalah langkah untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri persalinan yang dicurigai dalam keadaan kegawatdaruratan dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengindentifikasi penyulit yang dihadapi. Dalam penilaian keadaan penderita ini, anamnesis lengkap belum dilakukan. Anamnesis yang dilakukan hanya periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus. 2. Tindakan secara cepat dan tepat Melakukan tindakan secara cepat dan tepat pada kegawatdaruratan obstetric pada persalinan sangat menentukan akan kesalamatan ibu bersalin. Tindakan yang dapat dilakukan pada kegawatdaruratan pada persalinan antara lain: pemberian oksigen, cairan intravena, transfuse darah, memasang kateter kandung kemih, pemberian antibiotika dan obat pengurang rasa nyeri. 24 3. Rujukan Apabila fasilitas medik di tempat kasus obstetri diterima tidak memadai untuk menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Sebaiknya sebelum pasien dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima rujukan dihubungi dan diberitahu terlebih dahulu sehingga persiapan penanganan ataupun perawatan inap telah dilakukan dan diyakini kasus tidak akan ditolak. Menurut Kemenkes RI 2012 bahwa petugas kesehatan sebelum melakukan rujukan harus terlebih dahulu melakukan penanganan terhadap pasien, yaitu: 1. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuia indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan. 2. Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam keadaan pasien gawat darurat. 3. Membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan kepada penerima rujukan.

2.1.2.6 Pelaksanaan Rujukan Kegawatdaruratan Persalinan