Tangki Timbun Minyak Pabrik biji

masing oil purifier setiap 2 jam sebanyak 200 ml untuk dianalisa kandungan air dan kotoran k. Vacuum drier Memeriksa ke vacuum-an telah mencapai ± 760 mmHg, mengambil contoh minyak setelah vacuum drier setiap 2 jam sebanyak 200 ml untuk dianalisa kandungan ALB, air dan kotoran. 4. Pengawasan operasioanal a. Suhu minyak kasar di bak RO ≥95 b. Jumlah Volume minyak kasar di bak RO stabilkonstan. C. c. Komposisi ideal minyak kasar di bak RO : minyak ± 60 , air ± 25 , dan NOS ± 15 . d. Suhu cairan minyak kasar dalam CST ≥95 e. Ketebalan minyak pada saat operasional dan akhir olah C. ≥50 cm. f. Suhu di oil tank ≥95 g. Suhu di sludge tank C. ≥ 95 h. Kandungan minyak dalam sludge yang keluar CST 5,0 . C, i. Kandungan minyak dalam sludge yang keluar sludge separator norma ≤ 0.5 terhadap contoh j. Kadar air dalam minyak produksi ≤ 0.5 dan kadar kotoran ≤ 0.02 . k. Kadar ALB minyak produksi CPO super ≤ 2.5 , Sedangkan kadar ALB untuk CPO non super ≤ 3,5 .

3.3.7. Tangki Timbun Minyak

Universitas Sumatera Utara 1. Fungsi Tangki timbun adalah alat yang berfungsi sebagai tempat penampungan minyak hasil olah pabrik dan mempertahankan mutu sebelum dikirim ke pembeli. 2. Spesifikasi alat Jumlah minimal tangki timbun yang dioperasikan di satu pabrik adalah 2 unti yaitu untuk tangki produksi dan tangki pengiriman . Secara bergantian setiap hari, Jika PKS memproduksi supergolden CPO, sebaiknya ada 3 unti tangki timbun dilengkapi dengan pipa sirkulasi agar tidak ada kotoran pada saat pencucian. 3. Pengoperasian: Dicuci setiap 6 bulan, temperatur tangki dijaga antara 40 C sampai 50 C, sebelum dan sesudah mengolahpengiriman dilakukan pengukuran. Lakukan sirkulasi minyak sebelum pengiriman atau memompakan minyak kotor bagian bawah dari tangki timbun ke bak RO setiap pagi. Setiap pagi sebelum mengolah, mengambil contoh minyak pada masing-masing tangki timbun bagian atas, tengah dan bawah sebanyak 200 ml untuk dianalisa kualitasnya.

3.3.8. Pabrik biji

1. Fungsi Universitas Sumatera Utara a. Cake breaker conveyor CBC adalah alat yang membawamenghantarkan ampas kempa sekaligus mengeringkannya dari pressan ke depricarper b. Depricarper adalah alat yang terdiri dari separating column pemisah, drum pemolis dan fibre cyclone yang dilengkapi fan blower c. Destoner adalah alat untuk menaikkanmengangkat biji dengan system isap masuk ke dalam nut hopper silo biji, pemisah batu-batuan, besi dan biji dura yang dilengkapi dengan air lock pengunci udara. d. Nut grading screen adalah alat berbentuk tromol untuk memisahkan dan membagi biji yang berasal dari destoner sesuai dengan ukuran fraksinya. e. Nut hopper silo biji adalah tempat penampungan biji sebelum dipecah di ripple millcracker f. Ripple mill adalah alat untuk memecahkan biji nut dengan cara digiling dalam putaran rotor bar, sehingga biji akan bergesek dengan ripple plate. Magnet berfungsi sebagai alat untuk menangkap benda-benda logam dan vibro berfungsi mengatur biji masuk ke ripple mill agar merata dan tidak menumpuk. g. Conveyor adalah alat pembawa atau penghantar massa dari satu instalasi ke instalasi berikutnya yang berbentuk ularan. h. Elevator adalah alat untuk memindahkan massa dari satu instalasi ke instalasi berikutnya yang berbentuk timba-timba i. Light tenera dust dust separator LTDS I-II adalah alat pemisah inti dan cangkang dalam kraksel dengan system kering. Universitas Sumatera Utara j. Hydrocyclone adalah alat pemisah inti dan cangkang dalam kraksel dari LTDS-II dengan media air. k. Clay bath adalah satu alat berbentuk bak untuk pemisah inti dan cangkang dalam kraksel dengan menggunakan larutan tanah liatkaolin l. Silo inti atau kernel drier adalah suatu tempat penampung dan pengering inti yang berasal dari LTDS maupun hydrocycloneclay bath dengan tujuan menurunkan kadar air m. Blower winnowing adalah alat untuk memisahkan inti kering dari sampah dan cangkang halus yang keluar dari silo inti. 2. Spesifikasi alat a. Cake breaker Conveyor CBC memiliki panjang minimal 24 meter dan lebar 70 cm, menggunakan daun ularan berbentuk pedal-pedalsemi screw conveyor, daun ularan berputar dengan kecepatan 70-75 rpm b. Depricarper terdiri dari Separating column, fibre cyclone dan blower depricarper, Polishing drum dimana drum berputar dengan kecepatan 24-25 rpm c. Nut grading screen dengan kecepatan perputaran tromol = 27-28 rpm d. Silo biji Inti Bila pemecah biji yang digunakan adalah crasker, silo biji dilengkapi dengan heater dan blower untuk mengeringkanmemeram biji sebelum dipecah cracker. e. Ripple mill Universitas Sumatera Utara Umur teknis rotor dan ripple plate 1200-1500jam, alat ini dilengkapi dengan vibrator dan magnet f. Light tenera dust separator LTDS-II Pisahkan ularan distributor bahan bakar cangkang kering dari LTDS untuk bahan bakar dan bahan bakar cangkang basah dari hydrocyclone untuk stock di hopper cangkang. g. HydrocycloneClay bath Pompa hydrocyclone dilengkapi dengan manometer inti dan cangkang. Bak air penampung cracked mixture separating tank terdiri dari 2 sekat yang masing-masing dilengkapi dengan dua unit pompa, 2 buah cyclone yang dilengkapi dengan vortex finder dan conis. Conis inti 60-70 mm dan conis cangkang 50 -55 mm. h. Clay bath Silo inti kernel dryer Pompa untuk membuat srikulasi dalam larutan sehingga berat jenis larutan merata, Vibrating screen yang berfungsi untuk meniriskan air yang terikut inti yang keluar dari clay bath. i. Silo inti sebagai pengering dilengkapi dengan heater dan blower. 3. Pengoperasian a. Cake breaker conveyor Universitas Sumatera Utara Merupakan lintasan kritis pada pabrik kelapa sawit karena pada umumnya tidak ada cadangan, periksa dan catat angka ampere sebelum dan sesudah dibebani. Jika ampere terlalu tinggi maka hentikan cake breaker conveyor dan lakukan pemeriksaan terhadap bearing dan daun pedal-pedal. b. Depericarper Periksa secara visual kebocoran udara pada separating column dan keausan karet air lock. Indikator kebocoran separating column dan air lock adalah fibre halus berterbangan di areal pabrik biji. Mengambil contoh dari bawah air lock dengan menggunakan sekop sebanyak 1 kg setiap 2 jam oleh petugas pengambil contoh. c. Destoner Pastikan semua batu jatuh ke lantai dan tidak terhisap bersama biji. Jika ada batu dan benda asing lainnya yang terikut masuk ke nut grading creen, lakukan penyetelan damper hisapan udara. d. Nut grading screen Ukuran biji yang masuk ke mesin pemecah biji , untuk uran fraksi kecil diameter perforasi ≤ 12 mm, ukuran sedang 13-16 mm, untuk ukuran fraksi besar ≥ 17 mm. Pemeriksaan dan perbaikan dilakukan terhadap plate perforasi yang aus dan robek dan silo dipastikan mampu menampung biji. e. Nut hopper silo biji dibersihkan minimal 6 bulan sekali. f. Ripple mill Universitas Sumatera Utara Corong ripple mill diperiksa tidak tersumbat akibat proses pengolahan sebelumnya, magnet penangkap besi diperiksa dan dibersihkan dari kotoran yang ada. ripple mill dioperasikan bila nut silo berisi ¾ volume. Pemasukan biji ke ripple mill dilakukan secara merata untuk mendapat efisiensi pemecah yang tinggi. Putaran rotor bar disesuaikan agar inti pecah 14 , contoh diambil dari pintu bawah conveyor cracked mixtured sebayak satu kilo gram dari masing- masing ripple mill setiap 2 jam. g. Light Tenera Dust Separator LTDS I dan II Pada LTDS I dan II terjadi pemisahan antara serabut, cangkang halus dan debu yang dikirim ke silo cangkang sebagai bahan bakar boiler, Fraksi medium inti utuhpecah dan cangkang kasar masuk ke LTDS-II. Fraksi berat inti utuh, biji pecah dan biji utuh jatuh ke conveyor masuk ke silo inti. Pada LTDS-II. terjadi lagi pemisahan inti dan cangkang. inti utuh jatuh kebawah dan diteruskan ke silo inti. Sedangkan inti kecil, inti pecah dan cangkang yang belum terpisah di LTDS-I masuk melalui corong dari air lock ke hydrocyclone. h. Hydrocyclone Losis inti dalam cangkang di hydrocyclone dapat dikendalikan oleh alat yang disebut vortex finder, mengambil contoh dari pengeluaran cangkang hydrocyclone sebanyak 1 kg setiap 2 jam i. Clay bath Berat jenis larutan tanah kaolin dibuat 1,12-1,14 sehingga inti akan terapung dan cangkang akan tenggelam. Pastikan berat jenis larutan dalam clay Universitas Sumatera Utara bath tetap 1,12-1,14 jika terlalu tinggi maka tambahkan air dan bila terlalu rendah tambahkan tanah liatkaolin. Mengambil contoh dari corong pengeluaran cangkang clay bath sebanyak 1 kg setiap 2 jam. j. Silo intiheaterblower Pengeringan dilakukan selama 12-14 jam. Inti basah dari clay bath hydrocyclone dipanasi dengan temperatur atas 70 C, tengah 80 C, bawah 60 C, sedangkan inti kering dari LTDS dengan temperatur atas 70 C, tengah 70 C, bawah 60 C, mengambil contoh dari hasil olahan silo inti kernel drier sebanyak 1 kg setiap 2 jam

3.4. Total Productive Maintenance TPM

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

1 37 117

Ulasan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effektiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive maintenance Di PTPN IV Pabatu

3 63 161

Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

2 46 124

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA

1 6 69

Analisis Total Productive Maintenance dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Solusi Six Big Losses dan Cacat Produk

0 3 6

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)(Study kasus : PT. Hartono Istana Teknologi).

6 15 14

Penerapan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dalam Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.)

1 2 7