Timbangan Loading Ramp Pengoperasian Mesin produksi di PKS Mandoge

3.2.2. Corrective atau Break Down Maintenance

Corrective atau break down maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan. Kegiatan corrective maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi. Perbaikan dilakukan karena mesin mengalami kerusakan akibat tidak dilakukannya preventive maintenance, kegiatan corrective maintenance bersifat menunggu sampai kerusakan terjadi kemudian dilakukan perbaikan, maksud dari tindakan perbaikan ini adalah agar fasilitas atau peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi, sehingga operasi atau proses produksi dapat berjalan lancar.

3.3. Pengoperasian Mesin produksi di PKS Mandoge

3 Timbangan adalah sebagai alat penimbangan tandan buah segar yang dibawa ke pabrik minyakinti sawit. Pengoperasian mesin dan peralatan harus dilakukan sesuai dengan buku petunjuk pengoperasian mesin sehingga mesin tersebut terhindar dari kerusakan break down yang diakibatkan oleh human error, Cara pengoperasian dan perawatan pada setiap mesin produksi di PKS antara lain:

3.3.1. Timbangan

1. Fungsi 3 Buku Panduan Pedoman Pengolahan kelapa sawit Bagian Pengolahan PTPN IV Medan Sumatera Utara 2009 Universitas Sumatera Utara 2. Spesifikasi alat Kapasitas timbangan 50 ton 3. Pengoperasian Gundukan hambatan yang berjarak 2 meter ditambah sebelum lantai timbangan agar kendraan berjalan lambat dan tidak ada beban kejut yang merusak load cell. Sebelum melakukan penimbangan satpam dan mandor melakukan pemeriksaan pada setiap truk tangki CPO, kelengkapan standar 1 unit ban serap, dongkrak dan kunci roda boleh tidak diturunkan saat penimbangan, tetapi ganjal ban dan lain-lain harus dikeluarkan dari truk, operator pengiriman memasang locis disemua manhole dan kran pengeluaran pada truk tangki CPO. Kerani Timbang bertanggung jawab atas semua hasil penimbangan. Timbangan tidak boleh diaktifkan pada saat hujan, penimbangan selama hujan dilakukan secara manual. Ruangan penimbangan harus dalam keadaan bersih pada saat pergantian shift. Timbangan di tera ulang oleh meterologi maksimum setiap enam bulan. 4. Pengawasan operasional Rata-rata isian lori 2500 kg, jika rata-rata isian lori lebih besar dari 2500 kg artinya jumlah buah yang berada di loading ramp lebih kecil dibanding dengan yang ditimbang dan sebaliknya. Pencatatan jam keluar- masuknya kendraan dilakukan oleh satpam pada buku catatan harian.

3.3.2. Loading Ramp

1. Fungsi Universitas Sumatera Utara Sebagai tempat melakukan sortasi untuk cross check kebenaran pelaksanaan system panen dan menurunkan sampah yang terikut pada tandan melalui kisi-kisi kompartmen. 2. Spesifikasi alat Kapasitas total kompartmen minimum = 40 x kapasitas pabrik x 20 jam. Loading ramp dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Loading ramp 3. Pengoperasian : Buah segar, restan, buah kecil dan tandan buah segar pembelian dipisahkan. Keseragaman isian lori diatur dalam satu rebusan berdasarkan kondisi buah. Pengisian lori harus penuh dan tidak boleh berlebihan karena dapat menggesek dan merusak steam distributor serta berondolan berjatuhan di lantai rebusan sehingga menutup saring kondensat. Tempat sampah pembuangan di dekat loading ramp disediakan, Jumlah sampah yang dibuang tiap hari merupakan indicator kebersihan kisi-kisi loading ramp. Data sortasi di loading ramp segera Universitas Sumatera Utara dikirim ke afdeling dan digunakan untuk cross check kebenaran pelaksanaan sortasi di TPH. 4. Pengawasan operasional a. Kebersihan lantai atas loading ramp dan kisi-kisi kompartemen b. Dilantai bawah loading ramp bersih brondolan tidak berserakan, sampahpasir dan dibuang pada tempatnya. Tidak ada sampah dan pasir yang masuk ke lori. c. Kualitas pembelian d. Data sortasi loading ramp segera dikirm ke afdeling dan digunakan untuk cross check kebenaran pelaksanaan sortasi TPH.

3.3.3. Rebusan

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

1 37 117

Ulasan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effektiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive maintenance Di PTPN IV Pabatu

3 63 161

Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

2 46 124

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA

1 6 69

Analisis Total Productive Maintenance dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Solusi Six Big Losses dan Cacat Produk

0 3 6

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)(Study kasus : PT. Hartono Istana Teknologi).

6 15 14

Penerapan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dalam Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.)

1 2 7