Bising Memberikan ear plug bagi operator yang

Tabel 6.2. Usulan Penyelesain Masalah Breakdown………………Lanjutan No Faktor-faktor Penyelesaian Masalah b. Bising b. Memberikan ear plug bagi operator yang bekerja di area mesin yang menimbulkan bising seperti stasiun perebusan, stasiun kempa, serta stasiun pengolahan biji. 5. Metode kerja setup tidak tidak standard Melakukan standard terhadap waktu setup Sumber data : Hasil pengolahan data

6.4.1.2. Autonomous Maintenance

Salah satu kegiatan TPM yang utama adalah kegiatan pemeliharaan mandiri autonomous maintenance dan kunci kesuksesan TPM juga tergantung pada kesuksesan program autonomous maintenance. Kegiatan autonomous maintenance ini melibatkan seluruh karyawan mulai dari pimpinan sampai dengan operator. Dengan adanya kegiatan autonomous maintenance ini maka setiap operator akan terlibat dalam perawatan dan penanganan setiap masalah yang terjadi pada mesinperalatan mereka sendiri di bagian produksi. PTPN IV Pasir Mandoge menerapkan sistem maintenance yang diatur oleh departemen maintenance. Bagian ini bertugas untuk mengatur pemeliharaan mesin yang ada di screw press machine, mulai dari perencanaan sampai Universitas Sumatera Utara penggantian. Penanganan kerusakan mesin peralatan yang terjadi di screw press machine merupakan tanggung jawab bagian ini. Tidak jarang terjadi keterlambatan penganganan kerusakan di screw press machine karena operator di screw press machine harus menghubungi bagian maintenance terlebih dahulu dan hal ini cukup memakan waktu. Rendahnya efektivitas mesin juga dipengaruhi oleh karena keahlian dari operator yang rendah sehingga tidak cepat tanggap terhadap masalah yang timbul pada mesin yang dioperasikan yang dapat dilihat pada analisis diagram sebab akibat terhadap faktor six big losses yang dominan. Penerapan pemeliharaan mandiri dilakukan dengan tujuan agar pola pikir operator yang berfikir bahwa operator hanya menggunakan peralatan dan orang lain yang akan memperbaikinya dan diubah sehingga perawatan mesin dan peralatan di perusahaan ini dapat berjalan dengan baik dan kerusakan dapat dicegah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan waktu dan usaha untuk melatih operator agar kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan autonomous maintenance dapat ditingkatkan. Autonomous maintenance ini diterapkan melalui tujuh langkah yang membangun keahlian yang dibutuhkan oleh operator, sehingga operator dapat mengetahui langkah apa yang harus dilakukan bila terjadi kerusakan mesin peralatan. Langkah-langkah autonomous maintenance adalah sebagai berikut: 1. Membersihkan dan memeriksa 2. Membuat standard pembersihan dan pelumasan draw up cleaning and lubricating standard Universitas Sumatera Utara 3. Menghilangkan sumber masalah dan area yang tidak terjangkau eliminate problem and inaccesible area 4. Melaksanakan pemeriksaan mandiri conduct autonomous inspection 5. Melaksanakan pemeriksaan menyeluruh conduct general inspection 6. Pengorganisasian dan kerapian organization and tidines 7. Pemeliharaan mandiri secara penuh full autonomous maintenance

6.4.1.3. Membuat Jadwal Program Maintenance Untuk Departemen Maintenance

Program kegiatan maintenance ini dapat dilakukan dengan cara: a. Melakukan kegiatan pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, tahunan dan pemeriksaan secara berkala. b. Memprediksi umur komponen mesin peralatan. c. Memperbaiki mesin yang rusak. d. Melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap mesin peralatan yang telah lama dioperasikan. Perbaikan ini bertujuan untuk mengembalikan kemampuan mesin pada kondisi yang seoptimal mungkin, dapat menghasilkan daya kerja yang tinggi serta dapat memperpanjang usia kegunaan mesin peralatan.

6.4.1.4. Meningkatkan Skill Operator Mesin Peralatan dan Personel Maintenance

Pelatihan yang diberikan kepada operator bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian operator sehingga tidaklah hanya cukup dengan “know Universitas Sumatera Utara how” tetapi operator harus mempunyai kemampuan “know why” sehingga dengan demikian diharapkan perawatan mesin peralatan dapat berjalan lebih baik dan kerusakan dapat dicegah. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah: 1. Menentukan kebijakan dan prioritas serta mengecek status pendidikan dan pelatihan karyawan. 2. Menetapkan sistem dan tanggal pelatihan. 3. Pelatihan karyawan untuk meningkatkan mutu operasi dan keterampilan pemeliharaan. 4. Evaluasi

6.4.1.5. Merancang Kegiatan Manajemen Mesin Peralatan

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara membuat sebuah catatan penggunaan mesin peralatan yang menandakan berapa banyak mesin peralatan yang telah digunakan dan siapa saja yang telah menggunakannya. Universitas Sumatera Utara

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan urain hasil pengukuran overall equipment efectivenees di screw press machine PTPN IV PKS Pasir Mandoge, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Ideal cycle time dalam proses produksi di screw press machine pada periode April 2008 – Maret 2009 adalah 0,04 jamton. 2. Equipment failures yang terjadi selama periode April 2008 – Maret 2009 telah menyebabkan hilangnya keefektivitasan penggunaan mesin peralatan di screw press machine, dimana persentase terbesar breakdown losses terjadi pada bulan November sebesar 7,12, ini diakibatkan oleh kerusakan yang terjadi pada screw press machine sehingga menyebabkan shut down. 3. Setup and adjustment losses mesin peralatan juga mempengaruhi keefektivitasan penggunaan mesin peralatan, tidak adanya standar untuk setup time menyebabkan kerugian waktu dalam proses produksi. Selama periode April 2008 – Maret 2009 persentase terbesar untuk setup and adjustment losses terjadi pada bulan Agustus 2008 sebesar 2,84 dan terendah pada bulan April 2008 sebesar 2,80. 4. Persentase terbesar faktor efektivitas mesin yang hilang karena faktor idling and minor stoppage losses adalah pada bulan November 2,72. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Pembangkit Listriktenaga Gas Gt 2.1 Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness

29 159 132

Studi Aplikasi Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Di PT. Rolimex Kimia Nusa Mas

1 37 117

Ulasan Perbaikan Effektivitas Mesin Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effektiveness Sebagai Dasar Penerapan Total Productive maintenance Di PTPN IV Pabatu

3 63 161

Penerapan Total Productive Maintenance Untuk Peningkatan Efisiensi Produksi Dengan Meggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness DI PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

2 46 124

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA

1 6 69

Analisis Total Productive Maintenance dengan Metode Overall Equipment Effectiveness Sebagai Solusi Six Big Losses dan Cacat Produk

0 3 6

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)(Study kasus : PT. Hartono Istana Teknologi).

6 15 14

Penerapan Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dalam Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di Pabrik Gula PT. “Y”.)

1 2 7