2 Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek dan hormat terhadap berbagai macam
hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
6. Proses Pembentukan Karakter
Menurut Wibowo 2011, perilaku seseorang yang berkarakter pada hakekatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang
mencakup seluruh potensi individu manusia kognitif, afektif, dan psikomotorik dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi
dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokan dalam: 1 olah hati spiritual and emotional development, 2 olah pikir intellectual
development, 3 olah raga dan kinestetik physical and kinesthetic
development , dan 4 olah rasa dan karsa affective and creativity
development .
Keempat proses psikososial olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa tersebut secara holistik dan koheren memiliki saling
keterkaitan dan saling melengkapi yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur. Secara
diagramatik koherensi keempat proses psikososial tersebut dapat digambarkan diagram Ven sebagai berikut:
Gambar 2.1.Koherensi Karakter dalam kontek Totalitas Proses Psikososial
Masing-masing proses psikososial olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa secara konseptual dapat diperlakukan sebagai
suatu klaster atau gugusan nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang
lainnya saling terkait dan saling memperkuat. Karena itu setiap karakter, seperti juga sikap, selalu bersifat multipleks atau berdimensi jamak.
Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan perencanaan. Dalam proses intervensi pembelajaran, pemodelan, dan
penguatan dan proses habituasi pensuasanaan, pembiasaan, dan penguatan dan pada akhirnya menjadi karakter, keempat kluster nilai
luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu.
B. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Makhrifah Nuryono, 2014:1 mengemukakan bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling Guru BK atau konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang
dilaksanakan di dalam kelas. Menurut Dirjen Pendidikan Dasar 2014:19 bimbingan klasikal
merupakan format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam rombongan belajar satu kelas.
Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar peserta didik, dan tidak terlalu bersifat pribadi, dapat
dibantu dengan layanan bantuan secara klasikal atau kelompok besar. Layanan klasikal atau kelompok besar biasanya bersifat informatif,
sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru BK Sukmadinata, 2007:116 118.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian layanan bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan yang
diberikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar siswa
dalam satuan kelas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal
Menurut Makhrifah Nuryono, 2014:2 strategi layanan bimbingan klasikal sebagai salah satu srategi dalam pelayanan bimbingan
dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
3. Bidang Bimbingan Klasikal
Makhrifah Nuryono, 2014:1-2 menyatakan berdasarkan model ASCA Asosiasinya konselor sekolah di Amerika, bimbingan klasikal
merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan dasar guidance curriculum. Komponen layanan dasar bersifat
developmental, sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan kompetensi belajar, pribadi, sosial dan karir. Layanan dasar guidance
curriculum merupakan layanan yang terstruktur untuk semua peserta
didik guidance for all, tanpa mengenal perbedaan gender, ras, atau agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SLTA disajikan melalui
kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dalam bidang belajar, pribadi, sosial dan karir peserta didik.
4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif
Depdiknas 2008:25 mengemukakan program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal
ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor atau guru BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya, membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi
aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan bahwa bimbingan
klasikal kolaboratif merupakan bimbingan klasikal yang direncanakan, disusun dan dilaksanakan secara kerjasama antara konselorguru BK dan
guru mata pelajaran untuk membantu peserta didik sesuai dengan kebutuhannya demi perkembangan secara optimal baik dalam bidang
pribadi, sosial, belajar dan karier. Adapun aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru
mata pelajaran adalah sebagai berikut: a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosioemosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa b. Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam
c. Menandai siswa yang diduga bermasalah d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program
remedial teaching e. Mereferal mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang
kerja yang diminati siswa g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga
dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kerja tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja
h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual hal ini penting, karena guru merupakan
“figur central” bagi siswa i. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran
yang diberikannya secara efektif.
C. Hakikat Pendekatan Experiential Learning
1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning
Experiential Learning
adalah sebuah
pendekatan dalam
penyelengaraan bimbingan kelompok, dengan menggunakan dinamika kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif ketika
dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif seperti
senang, rileks, gembira, menikmati, dan bangga, meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan
terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial. Prayitno, dkk, 1998:90.
Kolb 1984 mengatakan: “experiential learning: experience as the
source of learning an d development” dalam pernyataan tersebut,
terkandung makna bahwa pendekatan experiential learning adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik.
Peserta didik berperan secara aktif mengeksplorasi, dan membuat catatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI