Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

lingkungan sekitar. Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Sebaliknya peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang, akan merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah, bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu munculnya tingkah laku maladaptif. d. Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan di perlakukan sebagai orang yang berharga. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaanya di tengah-tengah orang lain. Peserta didik yang mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan penghargan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Peserta didik yang tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan penghargaan, akan merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikap terhadap dirinya dan lingkungannya menjadi negatif. e. Kebutuhan akan rasa bebas Terhindar dari kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu merupakan kebutuhan peserta didik akan rasa bebas yang diharapkan. Peserta didik yang merasa tidak bebas mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya atau tidak bebas melakukan apa yang dinginkannya, akan mengalami frustrasi, merasa tertekan, konflik dan sebagainya. f. Kebutuhan akan rasa sukses Rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Hal ini nampak pada peserta didik yang merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila pekerjaannya tidak berhasil atau mengalami kegagalan.

G. Kerangka Berpikir

Karakter bertanggung jawab kurang terinternalisasi dalam diri peserta didik, sehingga penanaman karakter tersebut perlu ditingkatkan. Pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam kurikulum dan diimplementasikan pada sekolah formal secara khusus pada jenjang SMP, diaplikasikan dalam layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan guru Bimbingan dan konseling dan guru mata pelajaran dengan Pendekatan Eksperiential Learning, merupakan sebuah tawaran untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, secara afektif, dan pengamalan karakter bertanggung jawab sebagai peserta didik.

Dokumen yang terkait

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

0 0 15

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

2 5 190

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal

0 2 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial

0 3 164

Efektivitas pendidikan karakter entrepreneurship berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

1 2 197

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 138

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

0 0 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 8 152

Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 2 135

Efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 156