d. Tahap implementasi
3. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Experiential Learning
Metode Experiential Learning memiliki kelebihan yakni dapat meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana
belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong
siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan, terdapat pula kekurangan Dari metode
Experiential Learning yakni dibutuhkannya alokasi waktu yang relatif
lama dalam proses pembelajaran Sinaga 2013. Dari kelebihan dan kekurangan yang ada pada metode Experiential
Learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan Experiential
Learning dapat efektif apabila diberikan kepada peserta didik dengan
memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi yang akan digunakan dan alokasi waktu yang disediakan. Dengan begitu
pembelajaran dengan pendekatan experiential learning dapat efektif diberikan kepada peserta didik sehingga tercapailah tujuan dari
pendekatan experiential learning yakni; Mengubah struktur kognitif siswa, Mengubah sikap siswa, Memperluas keterampilan-keterampilan
siswa yang telah ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Hakekat
Bimbingan Klasikal
Kolaboratif dengan
Pendekatan Experiential Learning
Makhrifah Nuryono, 2014:1 mengemukakan bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan kepada peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling Guru BK atau konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang
dilaksanakan di
dalam kelas.
Kemudian Depdiknas
2008:25 mengemukakan Konselor atau guru BK berkolaborasi dengan guru dan
wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang siswa seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya, membantu memecahkan
masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat
dilakukan oleh guru mata pelajaran. Suatu program bimbingan akan
berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas.
Menurut Kolb dalam Sinaga, 2013, mengatakan Experiential Learning
merupakan tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna
meningkatkan keefektivan dari hasil belajar. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mempengaruhi siswa dalam tiga cara, yaitu 1 mengubah
struktur kognitif siswa, 2 mengubah sikap siswa, dan 3 memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut
saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pisah, karena apabila satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning merupakan model
bimbingan yang dilakukan secara kerjasama antara konselorguru BK dengan mitra kolaboratif dalam hal ini guru mata pelajaran, untuk
membantu mengoptimalkan proses belajar siswa baik dari segi pribadi, sosial, belajar maupun kariernya. Dimana menurut Barus 2015, Guru BK
telah dibekali kompetensi dalam mendesain dan melaksanakan program pengembangan diri bidang-bidang pribadi, sosial, belajar, dan karier,
termasuk di dalamnya kemahiran dalam mendesain dan melaksanakan pendidikan nilai-nilai atau pendidikan karakter melalui layanan bimbingan
klasikal yang dilakukan secara kolaboratif antara konselorguru BK dengan guru mata pelajaran dengan mengaplikasikan pendekatan
experiential learning. Supratikya 2011 mengatakan, experiential learning menekankan
pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajar. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab
siswa terhadap perilaku belajarnya dan mereka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut. Adapun Prinsip-prinsip belajar yang berlaku
bagi peserta didik adalah sebagai berikut Ortigas, 1990, dalam Supratikya, 2011: