Pengertian Remaja sebagai Peserta Didik SMP

4. Perkembangan Moral Remaja

Menurut Kohlberg dalam Adisusilo Sutarjo, 2012 ada enam tahap dalam perkembangan moral dapat dikaitkan satu sama lain dalam tiga tingkat sehingga tiap tingkat memiliki dua tahap yaitu; a tahap Prakonvensional dibedakan menjadi dua tingkat: Orientasi hukuman dan kepatuhan, dan Orientasi instrumentalis relatif, b tahap konvensional dibedakan menjadi dua tingkat: orientasi masuk kelompok “anak manis” dan “anak baik” dan orientasi hukum dan ketertiban, c tahap pascakonvensional, otonom atau berprinsip dibedakan menjadi dua tingkat: orentasi kontrak sosial legalitas, dan orientasi prinsip kewajiban. Dari tiga tahapan di atas remajapeserta didik kelas VII A Kanisius Kalasan Yogyakarta termasuk pada tahap pertama yaitu: tahap prakonvensional. Pada tahap ini anak menyesuaikan diri dengan aturan- aturan adat dan budaya setempat tentang apa yang disebut baik atau buruk, benar atau salah. Tetapi hal itu semata-mata dihubungkan dengan reaksi orang lain. penilaian baik buruknya perbuatan hanya ditentukan oleh faktor-faktor dari luar. Motivasi untuk penilaian moral terhadap perbuatan hanya didasarkan atas akibat atau konsekuensi yang dibawakan oleh perilaku si anak. Tingkat prakonvensional dapat dibedakan menjadi dua tahap: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Orientasi hukuman dan kepatuhan

Baik buruknya tindakan seseorang ditentukan oleh akibat fisiknya, tanpa menghiraukan arti manusiawi dan nilai tindakan itu. Seseorang taat dengan motivasi takut menderita akibat ketidaktaatanya, bukan karena sikap hormat terhadap suatu tata moral yang didukung oleh hukum dan wibawa. b. Orientasi instrumentalis relatif Tindakan yang benar adalah tindakan yang memuaskan kebutuhan- kebutuhan sendiri, dan kadang-kadang kebutuhan orang lain. seseorang mulai menyadari kepentingan orang lain tetapi hubungan antara manusia dianggapnya seperti hubungan orang di pasar tukar menukar.

5. Kebutuhan-kebutuhan Remaja sebagai Peserta Didik

Setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, setiap individu mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda satu sama lain. Sebaliknya, apabila ada sesuatu kebutuhan yang tidak terpenuhi, juga akan berdampak pada perubahan sikap dan perilakunya. Kebutuhan mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia tersebt mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut. Berikut akan dijelaskan kebutuhan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kebutuah yang dimiliki remaja menurut teori hiearki kebutuhan dari Maslow: a. Kebutuhan jasmani Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan dasar peserta didik. Kebutuhan tersebut antara lain; makan, minum, pakaian, oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan-kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, maka akan sangat berpengaruh pada pembentukan pribadi, perkembangan psikososial, dan juga proses belajar peserta didik. Adapun upaya-upaya untuk membantu peserta didik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaninya adalah sebagai berikut: 1 Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya pola hidup sehat dan teratur. 2 Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi. 3 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat. 4 Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik, seperti olah raga. 5 Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolah raga, dan sebagainya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

0 0 15

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

2 5 190

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal

0 2 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter penerimaan diri dan sosial

0 3 164

Efektivitas pendidikan karakter entrepreneurship berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

1 2 197

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 138

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

0 0 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 8 152

Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 2 135

Efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 156