Optimasi Sistem GC-ECD Injektor split Oven Detektor Gas Kinerja Kualitatif GC-ECD

A. Uji Kesesuaian Sistem GC-ECD untuk Menganalisis Azoxystrobin

Uji kesesuaian sistem perlu dilakukan sebelum metode analisis terpilih dilaksanakan. Secara normal terdapat variasi dalam peralatan dan teknik analisis, maka uji kesesuaian sistem perlu dilakukan untuk memastikan sistem operasional akhir adalah efektif dan memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan analisis.

1. Optimasi Sistem GC-ECD

Dari hasil optimasi, didapatkan kondisi GC-ECD yang optimum, dengan spesifikasi sebagai berikut pada Tabel IV Tabel IV. Hasil Optimasi GC-ECD Parameter Kondisi optimum

1. Injektor split

Suhu Injektor 230 ° C Volume injeksi 2 µL

2. Oven

Panjang kolom 25 m Fase diam 5-phenyl-methylpolysiloxane Temperatur Terprogram: 100 ° C 3 menit, 30 ° Cmenit, 245 ° C 30 menit, 30 ° Cmenit, 260 ° C 15 menit

3. Detektor

Detektor ECD 63 Ni Suhu detector 295 ° C

4. Gas

Gas N 2 UHP flow rate gas 1 mlmenit

2. Kinerja Kualitatif GC-ECD

a. Pemisahan standar azoxystrobin pada sistem GC-ECD. Sistem GC- ECD harus dipastikan performanya dalam memisahkan analit sebelum dilakukan analisa kualitatif sistem. Azoxystrobin muncul pada tR ±30,024 menit sedangkan standar internal muncul pada tR ±20,724 menit. Gambar 6 merupakan hasil dari pemisahan GC-ECD dalam kondisi yang telah optimum. Gambar 6. Pemisahan Standar Internal, Difenoconazole dan Azoxystrobin Pemisahan azoxystrobin menggunakan sistem GC-ECD yang telah dioptimasi dengan kondisi seperti diatas menghasilkan hasil yang cukup baik. Rata-rata nilai jumlah plate teoritis N yang diperoleh kurang lebih 53138,561. Nilai N ini menyatakan jumlah plate yang terbentuk di dalam kolom fase diam. Semakin banyak jumlah N, semakin banyak jumlah kesetimbangan yang berjalan dalam kolom dan hasil pemisahan akan semakin baik. Rata-rata nilai resolusi Rs dari hasil uji kesesuain sistem GC-ECD diatas sebesar 8,638 dan tailing factor tf sebesar 0,711. Kondisi tersebut telah memenuhi persyaratan bahwa pemisahan yang baik karena Rs yang dihasilkan telah lebih dari 1,5 dan tailing factor kurang DCB Difenoconazole Azoxystrobin dari satu Snyder et al., 2010. Tabel dibawah ini menunjukan performace dari GC-ECD setelah dilakukan penginjekan enam kali pada satu konsentrasi yang sama. Tabel V. Hasil Performance GC-ECD Massa ng No Injek Rs N Tf 0,137 1 8,082 38853,338 0,600 2 9,393 68522,486 1,000 3 10,246 68363,772 0,500 4 4,422 29227,458 0,667 5 10,639 78610,328 1,000 6 9,044 35253,984 0,500 Rata-rata 8,638 53138,561 0,711 b. Keajegan sistem GC-ECD. Pengamatan keajegan sistem dilihat dari hasil penginjekan enam kali standar dengan kadar 0,137 ng pada kondisi sistem yang sama. Parameter yang ditetapkan adalah nilai RSD dari ratio t R dan luas area standar azoxistobinstandar internal. Tabel VI. Keajegan Sistem GC-ECD Massa ng Ratio tR azoxDCB Ratio AUC azoxDCB 0,137 1,450 0,533 1,451 0,526 1,452 0,536 1,425 0,526 1,426 0,442 1,426 0,759 Rata-rata 1,438 0,553 SD 0,014 0,107 RSD 0,959 19,271 Baik CCPR 2014 maupun Sanco 2013 menyatakan bahwa RSD masih dapat diterima jika kurang dari 20. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja GC-ECD dalam kondisi yang telah ditetapkan, dapat digunakan untuk analisis residu azoxystrobin.

3. Kinerja Kuantitatif GC-ECD .