Tabel IX. Hasil D Analisis Kuantitatif GC-ECD
Kadar ng C1 C1
D 0,046
0,046 0,046
1,066 0,091
0,091 0,092
0,708 0,137
0,137 0,133
2,442 0,182
0,182 0,178
2,348 0,228
0,228 0,225
1,362 0,319
0,319 0,328
2,750 0,456
0,456 0,460
0,798 0,912
0,912 0,909
0,313 Rata-rata
1,473
Disimpulkan berdasarkan presisi, akurasi, kisaran dan linearitas kurva baku serta LOD yang dicapai GC-ECD dapat digunakan untuk menetapkan
residu azoxystrobin.
B. Preparasi Sampel Melon
1. Homogenisasi
Metode homogenisasi yang tepat sangat diperlukan untuk mendapatkan sampel yang homogen. Sampling analytical portion untuk melon dilakukan
dengan metode kuartering agar diperoleh sampel yang representatif. Dalam preparasi sampel, dilakukan penetapan kadar air di dalam buah melon, untuk
mengetahui perlu tidaknya penambahan air saat preparasi sampel. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa kandungan kadar air di dalam buah melon
adalah berkisar 92,224 untuk bagian daging 93,782 untuk bagian whole, dan 93,050 untuk bagian kulit, sehingga untuk preparasi sampel dengan metode
QuEChERS yang mempersyaratkan kadar air lebih dari 80 Anastasiades, 2006 tidak diperlukan penambahan air.
Tabel X. Kadar Air Dalam Buah Melon
2. Ekstraksi dengan Metode QuEChERS
Prinsip dari QuEChERS dalam penelitian ini adalah melakukan ekstraksi analit menggunakan pelarut asetonitril dan 2 g MgSO
4
; 0,5 g NaCl ; 0,5 g Na
3
citrate 2H
2
O ; 0,25 g Na
2
H citrate 1.5H
2
O untuk mengurangi kadar air yang
berlebih dalam sampel dengan tetap mengatur kondisi pH agar sampel dalam kondisi stabil dalam bentuk molekul dan diperoleh recovery yang baik dan di
lanjutkan dengan sentrifugasi untuk dapat memisahkan senyawa berdasarkan ukuran partikel dan berat jenis. Kemudian dilakukan clean-up dan di determinasi
menggunakan GC-ECD. Peneliti memilih menggunakan metode Buffer QuEChERS karena dengan menjaga pH sampel antara 4-5 diharapkan
azoxystrobin dalam keadaan stabil dalam bentuk molekul dan co-ekstraktan minimal. Sesuai dengan literatur dibawah ini:
Kategori Replikasi I
Replikasi II Kadar air
Rata- rata
Kadar air
Berat Awal
Zat Berat
Akhir Zat
Selisih Berat
Awal Zat
Berat Akhir
Zat Selisih
Replikasi I
Replikasi II
Kulit 10,052
0,559 9,493
10,001 0,834
9,167 94,439
91,661 93,050
Whole 10,068
0,402 9,666
10,007 0,845
9,162 96,007
91,556 93,782
Daging 10,030
0,690 9,340
10,009 0,868
9,141 93,121
91,328 92,224
Gambar 8. Pengaruh pH terhadap Jumlah Co-Extractant Anastassiades, 2006
Citrate buffer pada pH 4-5 memberikan jumlah co-ektraktan dalam hasil ekstraksi yang lebih sedikit jika dibangingkan dengan jumlah co ektraktan pada
raw material original QuEChERS maupun acetate buffer. Pemilihan metode QuEChERS ini dilakukan dengan melihat jumlah co-ektraktan yang paling sedikit
didalam pelarut yang memiliki kelarutan paling baik. Asetonitril merupakan pelarut yang umum digunakan dalam metode QuEChERS. Buffer QuEChERS
menggunakan empat jenis garam antara lain: Magnesium sulfate anhidrate, natrium klorida, natrium sitrat dan disodium sitrat hydrogenate sesquihydrate.
Magnesium sulfate anhidrate digunakan untuk menginduksi pemisahan antara asetonitril dengan air dalam sistem LLE dan meningkatkan recovery analit polar.
Natrium klorida berfungsi sebagai garam penyangga dan mengurangi interfensi senyawa polar, natrium sitrat dan disodium sitrat hydrogenate sesquihydrate
ditambahkan untuk mengontrol pH, mempertahankan tingkat pH antara 4 dan 6,
dan untuk stabilitas dasar pestisida yang sensitif. Setelah dilakukan ekstraksi, larutan organik asetonitril yang mengandung azoxystrobin akan berada dilapisan
atas Leung, 2012. Keunggulannya dari citrat buffer QuEChERS ini adalah nilai recovery
yang bagus bahkan untuk pestisida paling asam, recovery dapat diterima pada pestisida yang sensitif terhadap asam maupun basa, mampu meningkatkan
selektifitas, dan tidak memberikan efek negatif jika menggunakan clean-up PSA, tidak seperti asetat buffer Anastassiades, 2006.
Penggojokan dilakukan dengan kuat selama satu menit untuk memecah gumpalan matriks sampel. Semakin kecil gumpalan matriks, maka luas
permukaan akan semakin meningkat sehingga kesetimbangan yang optimum akan lebih cepat dicapai. Optimasi lama sentrifugasi dilakukan dengan berbagai macam
waktu yaitu 5, 10, 15 menit dengan kecepatan tetap yaitu 5000 rpm. Dengan waktu 5 menit didapatkan hasil yang efektif, yaitu dengan waktu yang relatif
pendek sudah mampu mendapatkan supernatan dengan jumlah yang cukup. Penambahan waktu dalam variabel diatas tidak terlalu mempengaruhi jumlah
supernatan yang dihasilkan, yaitu hanya berkisar 4 mL.
Gambar 9. Hasil Optimasi Lama Waktu Sentrifugasi
Hasil sentrifugasi menunjukan bahwa asetonitril berada di bagian atas dan air berada dibagian bawah karena massa jenis air lebih besar dari asetonitril.
Tingkat kelarutan azoxystrobin didalam asetonitril sebesar 340 gL, sedangkan kelarutannya di dalam air hanya 6,7 mgL. Oleh sebab inilah diperlukan
penambahan garam NaCl untuk salting out effect mengurangi kelarutan azoxystrobin dalam air, dan memaksa masuk kedalam lapisan asetonitril.
Reekstraksi dilakukan dalam penelitian ini agar diperoleh recovery yang lebih baik, dan meminimalisir analit yang masih tertinggal didalam matriks.
Kesetimbangan akan lebih banyak tercapai saat dilakukan reekstraksi. Hasil supernatan diambil semua agar dapat merepresentasikan jumlah azoxystrobin
yang terekstrak dalam tiap 5 gram sampel melon.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5 5
5 menit 10 menit
15 menit
ju ml
a h
s u
p e
rn a
ta n
waktu
Optimasi Lama Sentrifugasi
3. Optimasi