kinerja GC-ECD dalam kondisi yang telah ditetapkan, dapat digunakan untuk analisis residu azoxystrobin.
3. Kinerja Kuantitatif GC-ECD .
Uji ini dilakukan dengan membuat kurva baku standar azoxystrobin sembilan konsentrasi dengan masing-masing tiga replikasi. Tujuan penggunaan
kurva baku adalah untuk mengetahui presisi, nilai linearitas, kisaran linearitas, slope, sensitivitas yang berupa LOD, dan akurasi.
a. Presisi. Kriteria presisi yang harus dipenuhi adalah RSD RF yang
merupakan perbandingan antara respon GC-ECD yang dihasilkan dibagi konsentrasi yang ditambahkan. Hasil dari analisis dapat dilihat di Tabel VII.
T
abel VII . Hasil RSD RF Analisis Kuantitatif GC-ECD
Kadar ng
RF Kurva Baku
1 Kurva Baku
2 Kurva baku
3 0,091
3,127 7,217
6,879 0,137
3,228 7,647
6,943 0,182
3,389 8,018
6,193 0,228
2,909 8,327
5,662 0,319
2,846 8,958
5,673 0,456
2,628 8,963
5,196 0,912
2,265 9,076
4,624 Rata-rata
2,913 8,315
5,881 SD
0,382 0,725
0,853 RSD
13,127 8,716
14,496
Dari data diatas dapat dinyatakan bahwa kinerja GC-ECD sudah memenuhi kriteria repeatability, karena RSD yang diperoleh 20 yaitu
berkisar antara 8,7-14,5 CCPR, 2014.
b. Linearitas. Linearitas atau koefisien korelasi diperoleh dari kurva
baku solven. Kurva ini menghubungkan antara kadar azoxystrobin dengan tingkat respon yang berupa ratio luas puncak azoxystrobinstandar internal. Standar
internal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekaklorobifenil DCB. DCB dengan konsentrasi 0,0001 mgmL dimasukan pada sampel sebelum
diinjeksikan ke GC-ECD dengan jumlah yang konstan yaitu 1 µL dalam setiap 100 µL pelarut. Tujuan dari standar internal ini adalah untuk mengoreksi
kesalahan yang terjadi dalam sistem GC-ECD dan mengoreksi efek matrik jika dilakukan pada kurva baku adisi. DCB dipilih sebagai standar internal karena
dapat dideteksi menggunakan GC-ECD. Kurva baku yang dihasilkan dalam penelitian ini ditunjukan pada Gambar 7 berikut:
Gambar 7 Kurva Hubungan Kadar Azoxystrobin Vs Rasio AUC
AzoxystrobinDCB
Linearitas merupakan kemampuan dalam rentang tertentu untuk mendapatkan hasil penelitian yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Pada kurva baku diatas menunjukan hubungan yang linier pada
y = 9.3251x - 0.1996 R² = 0.9997
2 4
6 8
10
0.2 0.4
0.6 0.8
1
Ra ti
o AUC
Az o
x DCB
Kadar ng Kurva hubungan kadar azoxystrobin vs rasio AUC
azoxystrobinDCB
rentang kadar azoxystrobin 0,0456 ng - 0,091 ng dengan nilai koefisien korelasi R
2
sebesar 0,9913-0,9997. Persyaratan nilai koefiien korelasi R
2
untuk uji kategori impurity, yaitu R
2
≥0.990 AOAC,2002. Sehingga metode ini dinyatakan memiliki linearitas yang baik.
c. Sensitivitas. Limit of detection LOD atau Instrumental Detection
Limit IDL merupakan salah satu parameter sensitivitas sistem. LOD adalah konsentrasi yang menghasilkan sinyal instrumen yang berbeda signifikan
dengan sinyal blanko Miller and Miller, 2010. Sinyal yang berbeda signifikan dari blanko adalah intersep + 3 S intersep, oleh karena itu LOD adalah
konsentrasi azoxystrobin yang memberikan sinyal sebesar intersep+ 3 S intersep. Semakin kecil nilai LOD maka semakin sensitif suatu instrumen. LOD
dalam penelitian ini ditentukan dari penggabungan tiga kurva baku dengan tujuh konsentrasi terkecil yang memiliki linearitas cukup baik. Kisaran
linearitas yang dipakai antara 0,046 ng – 0,137 ng. LOD yang didapatkan seperti dalam tabel dibawah ini
Tabel VIII. Hasil Uji Sensitivitas GC-ECD
Kurva Baku
Linearitas Persamaan
a B
LOD ngul
1 0,99966
Fx = -0,05730 + 3,69561 x 0,008 3,696 0,003 2
0,99977 Fx = -0,17440 + 8,98156 x 0,017 8,982 0,003
3 0,99174
Fx = 0,21263 + 5,09538 x 0,058 5,095 0,017
Berdasarkan data diatas didapatkan nilai LOD antara 0,003 ngµ L – 0,017 ngµ L. Sensitivitas dari suatu prosedur analisis merupakan perubahan
besaran respon sebagai akibat perubahan besaran konsentrasi. Dalam sebuah fungsi kalibrasi sensitivitas dinyatakan sebagai kemiringan kurva slope.
Semakin besar nilai kemiringan kurva maka dikatakan metode semakin sensitif. Hal ini dikarenakan dengan adanya sedikit saja perubahan konsentrasi analit
maka akan menimbulkan respon yang signifikan pada sistem. Nilai slope dari persamaan regresi linier sebesar 3,696 – 8,982.
Instrumental Quantitation Limit IQL merupakan kadar terkecil dari seri kurva baku yang masih dapat diterima keterulangannya dengan maksimal
RSD, D 20. IQL merupakan salah satu parameter bahwa pada kadar tersebut dapat dikuantifikasikan sistem dengan kondisi yang digunakan. Nilai
IQL yang didapat dalam penelitian ini sebesar 2 µ L larutan standar intermediet B yang dilarutkan dalam 200 µ L heksan atau sama dengan kadar sebesar 0,091
ng. d.
Akurasi. Percent difference D digunakan untuk mengetahui kedekatan hasil injeksi larutan standar kurva baku pada GC-ECD dengan kadar
sesungguhnya larutan tersebut. Menurut USDA 2015 D dapat diterima jika nilainya
≤ 20. Adapun hasil D untuk tiga replikasi kurva baku adalah sebagai berikut:
Tabel IX. Hasil D Analisis Kuantitatif GC-ECD
Kadar ng C1 C1
D 0,046
0,046 0,046
1,066 0,091
0,091 0,092
0,708 0,137
0,137 0,133
2,442 0,182
0,182 0,178
2,348 0,228
0,228 0,225
1,362 0,319
0,319 0,328
2,750 0,456
0,456 0,460
0,798 0,912
0,912 0,909
0,313 Rata-rata
1,473
Disimpulkan berdasarkan presisi, akurasi, kisaran dan linearitas kurva baku serta LOD yang dicapai GC-ECD dapat digunakan untuk menetapkan
residu azoxystrobin.
B. Preparasi Sampel Melon