untuk pasar ekspor, namun sebagian dari hasil produksi juga diharapkan dapat dipasarkan untuk konsumsi pasar dalam negeri.
2.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Lingkungan dan
Kelayakan
Kualitas lingkungan perairan yang mempengaruhi kehidupan organisme perairan dalam ekosistemnya adalah parameter biologi, fisika dan kimia. Menurut Boyd
1990 setiap organisme perairan memerlukan kisaran nilai parameter kualitas air tertentu dan kisaran tersebut terkait dengan kondisi lokasi.
Pemilihan lokasi
Ketepatan lokasi merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam usaha budidaya ikan kerapu di dalam keramba jaring apung. Beberapa kegagalan usaha
budidaya terjadi karena lokasi yang dipilih kurang cocok. Untuk itu, diperlukan perencanaan yang mendalam terutama pemilihan lokasi yang harus memenuhi kaidah
dan persyaratan bioteknis. Beberapa persyaratan perlu dipenuhi dalam pemilihan lokasi. Menurut
Nugroho 1989, beberapa faktor yang perlu dipenuhi dalam penilihan lokasi keramba jaring apung adalah: 1 Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang
kuat, namun masih memiliki pergerakan air yang baik, 2 Jarak dasar kurungan dengan dasar perairan pada saat surut minimal 2 meter, 3 Pergerakanarus air
berkisar antara 15-25 cmdetik, 4 Salinitas kadar garam berkisar antara 15-30 ppt, 5. Suhu air 27-29
o
C. Lokasi budidaya harus jauh dan bebas dari limbah pencemaran baik yang berasal dari industri, pertanian dan rumah tangga, 6 Dasar Perairan
sebaiknya betofografi landai, kedalaman perairan antara 7 – 15 meter pada saat dari surut terendah,sehingga jarak dasar karamba ke dasar lebih dari 2 meter 2.
Kedalaman tersebut untuk mencegah gangguan dari hewan-hewan bentik, serta memberikan jarak yang cukup agar pengaruh limbah kotoran
feses dan sisa pakan tidak menimbulkan efek negatif bagi ikan.
Kondisi dasar perairan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas air diatasnya. Dasar perairan yang mengalami pelumpuran, bila terjadi gerakan air oleh
arus maupun gelombang akan membawa partikel dasar ke permukaan Upwelling
yang akan menyebabkan kekeruhan, sehingga penetrasi cahaya matahari menjadi berkurang dan partikel lumpur ini berpotensi menutupi insang ikan. Arus air sangat
membantu pertukaran air dalam keramba, membersihkan timbunan sisa-sisa
metabolisme ikan dan membawa oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan. Sebaliknya, apabila kecepatan arus tinggi akan sangat berpotensi merusak konstruksi KJA serta
dapat menyebabkan stres pada ikan, selera makan ikan berkurang, dan energi banyak terbuang.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, letak lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari
badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi perairan. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi dan volatilisasi. Selain itu peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air seperti gas-gas O
2
, CO
2
, N
2
, CH
4
dan sebagainya Effendi, 2003. Suhu optimal untuk pertumbuhan kerapu bebek sekitar antara 27 – 29
o
C Akbar dan Sudaryanto, 2002. Suhu perairan sangat penting di dalam mempengaruhi
pertumbuhan ikan budidaya. Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara
visual dengan menggunakan secchi disk. Perairan dengan tingkat kecerahan sangat
tinggi jernih sangat baik sebagai lokasi budidaya laut. Untuk budidaya laut kecerahan yang dipersyaratkan adalah 3 meter Akbar dan Sudaryanto, 2002.
Kekeruhan atau turbiditas disebabkan oleh adanya partikel tersuspensi dan terlarut dalam air, seperi jasad renik, lumpur, bahan organik, tanah liat dan zat koloid serta
benda terapung lainnya yang tidak mengendap dengan segera. Kekeruhan dapat mempengaruhi pernapasan ikan, proses fotosintesa dan produktivitas primer. Dalam
budidaya ikan, nilai kekeruhan turbidity berkisar antara 2 – 30 NTU Nephlelometric
Turbidity Unit. Padatan tersuspensi yang tinggi akan mengganggu pernapasan ikan karena partikel-partikel tersebut dapat menutupi insang. Padatan tersuspensi perairan
untuk usaha budidaya laut adalah berkisar antara 5 – 25 ppm Akbar dan Sudaryanto 2002.
Salinitas juga dapat mempengaruhi kehidupan ikanbiota laut lainnya. Boyd 1990 menyatakan sebagian besar ikan-ikan muda lebih sensitif terhadap perubahan
salinitas bila dibandingkan ikan dewasa. Peningkatan salinitas dapat meningkatkan tekanan osmotik air media yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme.
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter utama bagi kehidupan hewan perairan. Sumber utama oksigen dalam air laut adalah dari proses fotosintesis
fitoplankton pada siang hari. Faktor-faktor yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah kenaikan suhu air, respirasi khususnya pada malam hari dan
masuknya limbah pencemar baik an organik maupun organik yang mudah urai ke lingkungan laut. Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya yang
baik adalah berkisar antara 5 – 8 ppm Akbar dan Sudaryanto, 2002. Nitrogen di dalam air terdiri dari bermacam-macam senyawa, namun yang
bersifat toksik terhadap ikan dan organisme lainnya hanya 3 tiga senyawa yaitu ammonia NH
3
-N, nitrit NO
2
-N dan nitrat NO
3
-N. Senyawa ini selain berasal dari atmosfir juga banyak berasal dari sisa makanan, organisme mati dan hasil ekskresi
metabolisme hewan akuatik. Ammonia dan nitrit merupakan senyawa nitrogen yang paling toksik, sedangkan nitrat hanya bersifat toksik pada konsentrasi yang tinggi.
Kehadiran nitrit yang berlebihan dapat mengoksidasi ion ferro dalam hemoglobin menjadi ion ferri yang merubah hemoglobin menjadi meteoglobin yang dapat
merupakan parameter penting dalam budidaya ikan karena nitrat merupakan bentuk oksidasi terbanyak dari nitrogen dalam air. Konsentrasi ammonia dan nitrat untuk
keperluan budidaya adalah 1 ppm.
2.3. Pengertian Daya Dukung