4.2. Karakterisasi Topografi dan Ekosistem Perairan Teluk Tamiang
4.2.1. Karakterisasi Topografi
Perairan Teluk Tamiang mempunyai luasan sebesar 2.289,8 Ha. Karakteristik topografi dasar teluk berbentuk datar
flat namun memiliki dua buah cekungan beralur lebar ke arah mulut teluk. Bentuk topografi demikian diduga memiliki dinamika
oseanografi yang unik dengan pola sirkulasi massa air yang lebih cepat dan dinamis. Hasil pengamatan kondisi kontur dasar perairan dengan menggunakan
echosounder dan diproses dengan bantuan piranti lunak
Surfer 8.0 untuk mendapatkan data kedalaman dan volume perairan Gambar 7 sd 10.
Gambar 7 Sebaran kedalaman perairan Teluk Tamiang
C2
C1 A
B
A= Wilayah daratan B= Wilayah lautan
C= Wilayah perairan teluk
B
Gambar 8. Irisan melintang kontur dasar perairan Teluk Tamiang sebelah Barat
Gambar 9 Irisan melintang kontur dasar perairan Teluk Tamiang sebelah Timur
Keterangan : A = wilayah daratan; B = wilayah lautan Gambar 10 Kontur dasar perairan Teluk Tamiang
Teluk Tamiang memiliki 2 dua buah cekungan yakni yang berada di mulut teluk dan tepi bagian dalam perairan teluk. Cekungan bagian dalam teluk mempunyai
kedalaman antara 3 – 6 meter, sementara pada cekungan bagian luar dekat mulut teluk mempunyai kedalaman 7 – 14 meter.
Cekungan bagian dalam teluk C2 merupakan perangkap sedimen bahan organik dan anorganik yang mempunyai spesifikasi sirkulasi
massa air dan kecepatan arus relatif lemah sehingga diduga berdampak pada
C1 C2
C1 C2
C1 = cekungan 1
C2 = cekungan 2
Color Scale
C1 = cekungan 1
C2 = cekungan 2
C1 C2
C1 C2
Color Scale
Color Scale
C1 = cekungan 1
C2 = cekungan 2
A
B A
B
A
B
kecepatan penggelontoran sedimen dan bahan organik dan anorganik yang terperangkap. Lain halnya dengan cekungan yang berada dimuka mulut teluk C1
mempunyai sirkulasi massa air dan kecepatan arus relatif lebih kuat sehingga resiko penumpukan sedimen relatif kecil karena proses pasang surut akan mampu
menggelontorkan sedimen organik dan organik keluar dari perairan teluk menuju perairan Selat Makasar dan Laut Jawa.
Hasil pengamatan di lapangan mengenai kondisi pasang surut perairan pesisir Teluk Tamiang menunjukkan pola pasang surut campuran. Dalam satu hari sering
terjadi 1 dan 2 kali pasang tipe pasut campuran dominasi semi diurnal Mixed, Mainly
semi diurnal tide yang mempengaruhi besaran nilai flushing time pada suatu perairan dengan kisaran 0 – 110 cm Gambar 11 dan Tabel 6.
Gambar 11 Grafik kondisi pasang surut perairan Teluk Tamiang Tabel 6 Karakteristik pasang surut di perairan Teluk Tamiang
Karakteristik Tidal Level
Level cm Volume m
3
Tidal range cm MHWS 55
202.647.300 MSL 0
190.053.400 110
MLWS -55 177.459.500
Keterangan : MHWS
Mean High Water Spring, paras laut tertinggi rata-rata saat spring tide MSL
Mean Sea Level, paras laut rata-rata MLWS
Mean Low Water Spring, paras laut terendah rata-rata spring tide
Rataan Bulanan
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu Pengamatan jam
Ti nggi
P asan
g cm
Pasang Purnama
20 40
60 80
100 120
140
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu Pengamatan jam
Ti nggi
P asan
g cm
Bulan Baru
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu Pengamatan jam
Ti nggi
P asan
g cm
Menurut Lee et al. 2000 didalam Rachmansyah 2004, flusing time
didefinisikan sebagai rata-rata waktu tinggal suatu partikel di dalam badan air yang dicirikan oleh efektivitas perpindahan suatu limbah sehingga perairan menjadi bersih.
Flushing time merupakan karakteristik yang penting untuk menentukan sensitivitas kerusakan suatu lokasi potensial akibat buangan limbah budidaya dan antropogenik
serta merupakan elemen utama dalam penentuan konsentrasi limbah bahan organik dan kontaminan lainnya yang akan tersimpan di dalam badan air.
Berdasarkan data hidrooseanografi yang didapatkan, maka dengan mengembangkan rumus Gowen
et al, 1989 didalam Barg, 1992 yang mengacu pada data pasang surut, volume dan luasan teluk, maka “
Flushing time” Teluk Tamiang didapatkan adalah selama 4,2 hari dengan prosedur perhitungan sebagai berikut :
Vh = A.h1
dan V1 = A.h Dimana :
A = luas perairan teluk m
2
h1 dan h = kedalaman perairan saat pasang tertinggi dan surut terendah
Vh – V1 = perubahan volume karena efek pasang surut
Vh = 202.647.300 m
3
Volume air pada saat pasang tertinggi V1
= 177.459.500 m
3
Volume air pada saat surut terendah Vh – V1
= 202.647.300 - 177.459.500 =
25.187.800 m
3
Perhitungan dilution rate D :
D = Vh – Vi T x Vh
Dimana : T
= periode pasut, untuk perairan Teluk Tamiang adalah 12 jam 0.5 hari Maka :
D = 25.187.800 0.5 x 202.647.300 m
3
= 0.24 hari Perhitungan
flushing time F : F
= 1D = 10.24
= 4.2 hari Wilayah yang dicirikan oleh tingginya
flushing rate memiliki laju buangan limbah yang lebih tinggi dibandingkan wilayah dengan
flushing rate yang rendah. Untuk menduga beberapa dampak budidaya pada suatu lokasi, maka nilai
flushing rate merupakan referensi yang penting untuk digunakan dalam estimasi waktu tinggal dari
suatu perairan yang menerima buangan limbah. Dari hasil perhitungan nilai flushing
rate maka Teluk Tamiang termasuk memiliki flushing time relatif tinggi .
4.2.2. Karakterisasi Ekosistem Perairan