Pendugaan Daya Dukung Melalui Pendekatan Beban Limbah N Pendugaan Daya Dukung Melalui Ketersediaan Oksigen Terlarut dengan Limbah Organik

4.9. Pendugaan Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Bagi

Pengembangan Budidaya KJA Ikan Kerapu Pendugaan daya dukung lingkungan perairan Teluk Tamiang bagi pengembangan KJA ikan kerapu dilakukan dalam 2 dua pendekatan analisis, yaitu 1 Pendekatan analisis pada beban limbah total N dan 2 Pendekatan analisis pada ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan teluk dan limbah bahan organik. Beberapa parameter yang menjadi acuan penduga daya dukung antara lain : 1. Luas teluk = 22.898.000 m 2 atau 2.289,8 ha 2. Volume air pasang tertinggi V pasang = 202.898.000 m 3 3. Volume air pasang surut V surut = 177.459.500 m 3 4. Flushing time = 4.2 hari 5. Rataan konsentrasi oksigen terlarut dalam kondisi stready state = 6 ppm 6. Konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan dalam sistem budidaya C O 2 out : 4 ppm, diambil dari level kritis oksigen pembulatan dari 3,6 ppm dari hasil penelitian dan Lee et al., 2001 didalam Rachmansyah, 2004. 7. Food consumption oxygen FCO 0,2 kg O 2 Willoughby, 1968 diacu didalam Meade, 1989; Boyd 1990. 8. Total bahan organik = 707.5 kg 9. Total beban N = 174.2 kg0.238 ton ikan 10. Total beban P = 32.4 kg0.238 ton ikan 11. Produktivitas ikan kerapu = 237.6 kgkeramba

4.9.1. Pendugaan Daya Dukung Melalui Pendekatan Beban Limbah N

Pendugaan daya dukung perairan teluk dengan pendekatan beban limbah N didasarkan pada beban limbah N baik yang berasal dari kegiatan budidaya KJA ikan kerapu maupun yang berasal dari aktivitas antrophogenik di daratan upland sekitar teluk. Beban limbah yang berasal dari kegiatan budidaya sebesar 174.2 kg N dan 32.4 kg P beban limbah, dan dari aktivitas antropogenik di daratan upland sebesar 454.6 kg N dan 263.5 kg P per tahun. Dari hasil perhitungan pendugaan daya dukung perairan Teluk Tamiang yaitu mampu menunjang produksi optimal adalah sebesar 18.8 – 62.5 ton. Bila dikonversi kepada jumlah unit yang dapat dibudidayakan adalah 1unit terdiri dari 5 keramba berukuran 3 x 3 x 2.5 meter dengan tingkat produktivitas sebesar 237.6 kg KJA, maka jika dalam 1 unit berproduksi 1.2 ton, jumlah unit yang dapat dikelola adalah sebanyak 15.7 – 52.1 unit dibulatkan 16 – 52 unit KJA atau 80 – 260 KJA.

4.9.2. Pendugaan Daya Dukung Melalui Ketersediaan Oksigen Terlarut dengan Limbah Organik

Penentuan daya dukung perairan berdasarkan ketersediaan oksigen terlarut mengacu kepada Willoughby 1968 didalam Meade; 1989 dan Boyd 1990 bahwa penentuan daya dukung perairan berdasarkan ketersediaan oksigen terlarut yaitu perbedaan antara konsentrasi oksigen O 2 terlarut minimal yang dikehendaki oleh organisme O in dengan kadar oksigen yang tersedia didalam perairan O out . Kadar minimum oksigen terlarut yang dikehendaki untuk budidaya O out = 4 ppm Tabel 31. Tabel 31 Kandungan oksigen terlarut mgl perairan Teluk Tamiang selama 24 jam dengan selang waktu 3 jam pada tiga stasiun pengamatan Waktu Pengamatan Stasiun Pengamatan Kandungan Oksigen Terlarut mgl Jam 1 2 3 07.00 6.45 6.25 6.25 10.00 6.43 6.34 6.34 13.00 6.97 6.53 6.74 16.00 6.85 6.74 6.72 19.00 5.95 6.34 6.31 22.00 5.65 6.56 5.51 01.00 6.15 5.25 6.00 04.00 5.62 4.79 3.67 Rataan 6.26 6.00 5.94 Rata-rata dari 3 stasiun 6.06 dibulatkan 6 Kadar oksigen diperairan teluk berdasarkan pengamatan 24 jam dengan selang waktu 3 jam pengamatan didapatkan kandungan oksigen terlarut rata-rata 6 ppm dibulatkan. Ini berarti selisih antara oksigen yang ada didalam O in dan di luar O out sebesar 2 ppm. Selanjutnya diketahui bahwa volume air yang tersedia sebesar 25.187.800 m 3 , maka kapasitas oksigen yang tersedia dalam perairan teluk yaitu : 25.187.80024 x 2 ppm = 20.989,8 kg O 2 . Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk menguraimerombak 1 kg limbah organik pakan diperlukan oksigen sebesar 0.2 kg Willoughby, 1968 didalam Meade, 1989, maka kemampuan perairan untuk menampung limbah organik yaitu 20.989,8 kg O 2 0.2 = 104.949 kg limbah organik. Hal ini berarti kemampuan perairan menampung limbah organik yang diperkenankan dari hasil budidaya KJA ikan kerapu tanpa melampaui daya dukung perairan teluk Tamiang adalah sebesar 104.949.3 kg 104.9 ton limbah organik. Bila dalam 1 unit KJA rata- rata menghasilkan BO sebesar 3.5 ton, maka jika dikonversi menjadi jumlah unit maksimal yang mampu ditampung daya dukung oleh Teluk Tamiang adalah sebanyak 30 unit KJA atau sebanyak 150 keramba Tabel 32. Tabel 32 Rekapitulasi 2 dua metode pendekatan pendugaan daya dukung Perairan Teluk Tamiang untuk budidaya KJA Ikan Kerapu Metode Pendekatan Daya Dukung Keterangan Beban Limbah Organik dengan Ketersediaan DO 104.949 kg limbah organik 35 ton ikan atau 30 unit rakit 150 KJA Dominan dipengaruhi oleh beban limbah organik Beban limbah Nitrogen N budidaya Baku mutu 0,3 ppm dan 1 ppm 18,8 – 62,5 ton ikan atau 16 – 52 unit 80 – 260 KJA Dominan dipengaruhi oleh beban limbah N dan volume air. produksi optimal – maksimal Catatan : 1 unit rakit terdapat 5 buah KJA uk. 3x3x2,5 dengan produksi tiap unit 1,2 Ton 237,6 kgKJA. Dari dua metode pendekatan yang digunakan dalam pendugaan daya dukung lingkungan perairan teluk bagi pengembangan KJA ikan kerapu diperoleh kisaran antara 18.8 – 62.5 ton ikan atau atau 16 – 53 unit 80 – 260 KJA pada 0.3 dan 1 ppm produksi optimal – maksimal Ammonia NH 3 N baku mutu perairan untuk budidaya Kep-51MENLH2004. Metode pendugaan daya dukung yang dilakukan dengan pendekatan kualitas lingkungan perairan meliputi ketersediaan oksigen terlarut dan limbah bahan organik limbah nitrogen organik baik yang berasal dari limbah kegiatan budidaya maupun antropogenik yang berinteraksi dengan kondisi hydro-oseanografi perairan meliputi volume perairan kedalaman dan luas, pola pasang surut, dan laju pembilasan flushing rate cukup memberikan gambaran kondisi daya dukung yang cukup realistis bagi perairan Teluk Tamiang untuk pengembangan budidaya KJA ikan kerapu yang berkelanjutan. Dari hasil analisis karakteristik biofisik dan kimia perairan Teluk Tamiang serta keragaan budidaya KJA ikan kerapu didapatkan berbagai informasi dasar dalam rancang bangun model dinamik dalam pengelolaan kualitas lingkungan.

4.10. Pendekatan Analisis Prospektif dan Model Dinamik