Salinitas Derajat Keasaman pH Air Oksigen Terlarut O

al., 1991 dan Akbar et al., 2002, memberikan batasan kisaran nilai kecepatan arus untuk budidaya ikan kerapu berkisar antara 0.23 – 0.50 mdetik, sehingga sudah memenuhi persyaratan untuk pengembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung. Arus yang terjadi di perairan Teluk Tamiang umumnya disebabkan oleh gerakan pasang surut dan angin yang bertiup dipermukaan perairan. Selanjutnya Akbar et al., 2002, menyatakan bahwa kecepatan arus air lebih dari 0.50 mdetik dapat mempengaruhi posisi jaring dan sistem penjangkaran. Arus yang terlalu kuat dapat menyebabkan bergesernya posisi rakit. Sebaliknya, arus air yang terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air keluar masuk jaring. Hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan oksigen terlarut dan akan memperlemah kondisi ikan yang akhirnya akan mudah terserang berbagai penyakit. Gelombang yang terjadi dilaut umumnya disebabkan oleh hembusan angin. Besar kecilnya gelombang disebabkan oleh kuat dan lemahnya hembusan angin, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin. Ketinggian gelombang perairan selama masa penelitian rata-rata kurang dari 0.3 m 0.3 m, namun pada bulan Agustus dapat mencapai 0.6 meter terjadi pada bagian muara atau tubir Teluk Tamiang. Dari kondisi kecepatan arus dan ketinggian gelombang pada perairan Teluk Tamiang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perairan teluk tersebut masih dalam kondisi yang cukup baik untuk dijadikan lokasi pengembangan budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung.

4.4.5. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas selama penelitian rata-rata berkisar antara 25.9 – 34 yang diukur dari bulan Mei sampai bulan Oktober yakni berada pada pertengahan musim kemarau dan awal musim hujan, namun tidak menunjukkan variasi yang besar antar stasiun. Rata-rata salinitas tertinggi 34 terjadi pada stasiun 1 dan 2 namun salinitas terendah 25.9 terjadi pada stasiun 9 dan 10. Secara umum salinitas perairan lokasi studi cukup tinggi karena perairan Teluk Tamiang merupakan perairan relatif terbuka berhubungan langsung dengan laut Jawa dan selat Makasar namun tidak terjadi fluktuasi salinitas yang cukup tinggi. Akbar dan Sudaryanto 2002, menyatakan bahwa umumnya ikan kerapu sangat menyenangi air laut yang mempunyai nilai salinitas antara 30 – 33. Salinitas pada daerah penelitian berada dalam batas kisaran yang baik untuk pengembangan budidaya ika kerapu dalam keramba jaring apung.

4.4.6. Derajat Keasaman pH Air

Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa ideal untuk kehidupan ikan air laut. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan tingginya tingkat kematian. Ikan kerapu akan baik pertumbuhannya bila dipelihara pada perairan dengan pH berkisar antara 8,0 sampai 8,2 Akbar dan Sudaryanto, 2002. Nilai pH yang diperoleh pada setiap stasiun pengamatan berkisar antara 7.15 – 8.35 sedangkan rata-ratanya berkisar antara 7.73 – 8.24 Gambar 18. Nilai ini menggambarkan bahwa perairan tersebut cenderung bersifat alkalis. Jika dibandingkan dengan baku mutu pH perairan laut berdasarkan Kep-51MENLH2004, nilai pH yang terukur masih berada dalam kisaran yang diinginkan yaitu 6.5 – 8.5, maka dapat dikatakan bahwa pH perairan Teluk Tamiang masih cukup baik bagi kehidupan biota perairan.

4.4.7. Oksigen Terlarut O

2 Kadar oksigen terlarut di perairan alami bervariasi bergantung pada keadaan suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Kelarutan oksigen didalam air berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian altitude dengan berkurangnya tekanan atmosfer Jeffries dan Mills, 1996 di dalam Effendi, 2003. Menurut Connel and Miller 1995, pencemaran dari limbah organik juga dapat menyebabkan menurunnya oksigen terlarut dalam perairan. Lee et al. 1978, mengatakan bahwa kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan dan terbagi dalam empat kategori, yaitu : Kadar oksigen terlarut antara 1 6.5 mgl kotegori tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan; 2 kadar oksigen terlarut antara 4.5 – 6.4 termasuk kategori tercemar ringan; 3 kadar oksigen terlarut antara 2.0 – 4.4 termasuk kategori tercemar sedang; dan 4 dan kadar oksigen terlarut lebih kecil dari 2.0 2.0 termasuk dalam kategori tercemar berat Tabel 17. Tabel 17 Kriteria pencemaran perairan berdasarkan nilai DO Lee et al., 1978 Kisaran konsentrasi DO Status Perairan 6.5 mgl Tidak tercemar sampai tercemar sangat ringan 4.5 – 6.4 mgl Tercemar ringan 2.0 – 4.4 mgl Tercemar sedang 2.0 mgl Tercemar berat Hasil pengukuran selama penelitian menunjukan kisaran oksigen terlarut antara 5.5 – 8.2, dengan nilai rata-rata setiap stasiun pengamatan antara 5.8 – 7.7mgliter yang diukur pada jam 07.00, 12.000, dan 17.00. Berdasarkan kondisi oksigen terlarut yang terukur selama penelitian dapat disimpulkan bahwa perairan Teluk Tamiang termasuk dalam kategori perairan yang tidak tercemar sehingga masih relatif baik untuk bagi kehidupan biota akuatik dan pengembangan budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung.

4.4.8. Kebutuhan Oksigen Biokimia Biochemical Oxygen DemandBOD