Teori-Teori Motivasi Belajar Tinjauan Tentang Motivasi Belajar

jika ada motivasi belajar, sehingga motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa. Menurut Sardiman 2012:85 motivasi memiliki tiga fungsi yang dapat menumbuhkan semangat dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Motivasi akan mendorong seseorang untuk berbuat atau melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai segala keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar tersebut dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

2.1.5. Teori-Teori Motivasi Belajar

Rifa‟i dan Catharina Tri Anni 2009:169 menyatakan bahwa ada beberapa teori yang berhubungan dengan motivasi belajar, antara lain: a. Teori belajar behavioral Konsep motivasi erat hubungannya dengan suatu prinsip bahwa perilaku yang diperkuat reinforced dimasa lalu adalah lebih mungkin diulang lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum. Siswa diperkuat untuk belajar seperti siswa mendapat nilai baik dari guru akan termotivasi untuk belajar, namun bagi siswa yang tidak mendapatkan penguatan dalam belajar mereka belajar namun tidak mendapatkan nilai yang baik atau karena pendidik atau anak tua tidak memberikan pujian pada saat belajar maka anak itu tidak termotivasi dalam belajar. b. Teori kebutuhan manusia Abraham Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar merupakan kebutuhan akibat kekurangan deficiency needs dan meta kebutuhan, kebutuhan untuk pertumbuhan growth needs. Setiap anak termotivasi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dari hirarki paling bawah sebelum mencapai hirarki paling atas. Konsep penting lain yang diperkenalkan oleh Maslow adalah perbedaan antara kebutuan kekurangan deficiency dan kebutuhan pertumbuhan. Kebutuhan defisiensi fisik, keamanan, kasih sayang dan penghargaan merupakan kebutuhan bagi kesejahteraan fisik dan psikis. Kebutuhan ini harus dipenuhi, dan apabila terpenuhi, maka motivasi anak untuk melanjutkan pemenuhannya akan menurun. Berbeda dengan itu, kebutuhan pertumbuhan, seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, mengapresiasi keindahan atau pertumbuhan dan perkembangan mengapresiasi anak lain, tidak pernah dipenuhi secara sempurna. Semakin anak itu mampu memenuhi kebutuhan untuk mengetahui dan memahami dunia sekitarnya, semakin besar motivasinya untuk lebih banyak belajar. c. Teori disonansi Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Misalnya, jika anak memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang baik dan jujur, maka anak itu akan berperilaku baik dan jujur walaupun tidak ada anak lain yang melihatnya. Fenomena ini adalah kondisi dimana anak selalu berkeinginan untuk mempertahankan citra diri yang positif. Demikian pula apabila anak itu memiliki keyakinan bahwa dia adalah anak yang mampu dan cerdas, maka anak itu akan memenuhi dengan cara berperilaku yang intelegen. d. Teori kepribadian Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Penggunaan konsep motivasi itu ditunjukkan untuk menggambarkan kecenderungan umum yang mendorong ke arah tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi sering kali dipandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Banyak anak yang termotivasi untuk berprestasi dan banyak pula yang termotivasi untuk bersosialisasi dengan anak lain. Demikian pula setiap anak mengekspresikan motivasinya dengan berbagai cara. Untuk memberikan gambaran tentang teori kepribadian tersebut dapat diberikan suatu contoh sebagai berikut. Apabila anak dipuji oleh anak tua atau pendidik karena menunjukkan minatnya terhadap dunia disekitarnya, sukses di sekolah, suka membaca dan memperoleh penguatan pada waktu membaca baik dari anak tua, pendidik dan dari isi bacaan itu sendiri, maka mereka akan mengembangkan sifat kepribadian cinta belajar dan akan membaca dan belajar terus walaupun tidak ada anak yang mendorongnya. e. Teori atribusi Teori atribusi berupaya memahami penjelasan dan alasan- alasan perilaku, terutama apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan anak. Asumsi utama teori atribusi adalah bahwa seseorang akan berupaya mempertahankan citra diri yang positif. Oleh karena itu apabila terjadi sesuatu yang baik, anak itu mengatribusikannya pada usaha atau kemampuannya sendiri, namun apabila terjadi sesuatu yang buruk, anak itu akan berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah karena dia tidak mengendalikannya. f. Teori harapan Teori harapan mempunyai aspek penting, yaitu dalam situasi dan kondisi tertentu, probabilitas keberhasilan yang sangat tinggi akan dapat menjadi pengganggu motivasi. Misalnya, jika seorang peserta didik merasa memiliki kemampuan untuk memperoleh nilai tinggi pada mata pelajaran matematika, maka dia tidak akan belajar keras menyepelekan. Dalam hal ini ada hubungan antara probabilitas keberhasilan dengan nilai insentif atas keberhasilan yang dicapai dan keberhasilan yang diperoleh pada tugas-tugas belajar yang dipandang mudah tidak memiliki nilai sama dengan keberhasilan yang diperoleh pada tugas-tugas belajar yang dipandang sukar. Oleh karena itu, motivasi akan berada pada tingkat probabilitas keberhasilan tinggi sampai pada tingkat rendah. Teori harapan ini memiliki implikasi penting bagi pendidikan, yaitu tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik hendaknya tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar. g. Teori motivasi berprestasi Teori motivasi berprestasi yaitu kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan atau kegagalan. Peserta didik yang mempunyai motivasi berprestasi, mereka cenderung memilih partner belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas. Sebaliknya, peserta didik yang mempunyai motivasi berafiliasi merupakan kebutuhan yang diekspresikan untuk mencintai dan menerima, lebih menyukai memilih partner kerja berdasarkan pada persahabatan. Peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan belajar lebih lama dibandingkan dengan peserta didik yang bermotivasi berprestasi rendah. Walaupun mereka telah mengalami kegagalan, kegagalan itu diatribusikan karena kurang berusaha dan bukan karena faktor eksternal, misalnya keberuntungan ataupun tingkat kesulitan tugas. Pendeknya, peserta didik yang bermotivasi berprestasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan, mereka akan berusaha keras dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung mengalami kesuksesan dalam mengerjakan tugas-tugas belajar di sekolah.

2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dokumen yang terkait

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PERALATAN KANTOR PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK COKROAMINOTO 1 BANJARNEGARA

0 10 103

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA DIKLAT KORESPODENSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Widya PrajaUngaran)

0 6 99

Pengaruh Kemampuan Komunikasi Guru dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK N 9 Semarang

0 12 134

PENGARUH SISTEM MOVING CLASS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT MENERAPKAN PRINSIP KERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN

0 15 138

HUBUNGAN KREATIVITAS GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN KELAS X AP DI SMK SWASTA MARISI MEDAN T.P 2013/2014.

0 2 17

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN SISWA KELAS X

0 5 100

PENGARUH SISTEM MOVING CLASS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT MENERAPKAN PRINSIP KERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN.

0 0 1

“Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Metode Pendekatan Struktural Pada Mata Diklat Bekerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan Pokok Bahasan Bekerjasama Dalam Satu Tim Siswa Kelas X AP SMK Muhammadiyah 3 Gemolong Kabupaten Sragen”.

0 0 81

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK MUHAMMADIYAH 1 WATES PADA STANDAR KOMPETENSI BEKERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN.

0 0 134

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 181