Tujuan Umum Tujuan Khusus Pelaksanaan Pemeriksaan Jentik

dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya 3 tiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular DBD dengan menggunakan indikator ABJ.

2.3.3.1. Tujuan Umum

Pemeriksaan jentik dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik jumantik. Tujuan umum pemeriksaan jentik adalah untuk menurunkan populasi nyamuk penular demam berdarah dengue Aedes aegypti serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengan PSN DBD melalui Juru Pemantau Jentik Jumantik Depkes RI, 2008.

2.3.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dilakukannya pemeriksaan jentik oleh para jumantik di wilayah kerja masing-masing adalah Depkes RI, 2008: a. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan terus menerus sebagai indikator keberhasilan PSN DBD dalam masyarakat. b. Untuk memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang potensial untuk perkembang biakan nyamuk penular DBD. c. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD.

2.3.3.3. Pelaksanaan Pemeriksaan Jentik

Pemantauan jentik dilakukan dengan cara memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. di dalam dan di luar rumah untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Jika pada penglihatan Universitas Sumatera Utara pertama tidak menemukan jentik, tunggu kita-kira ½-1 menit untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada jentik. Gunakan senter untuk memeriksa jentik di tempat gelap atau di air keruh. Selanjutnya metode pemantauan jentik yang biasa dilakukan dalam program DBD adalah cara visual yaitu dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya Kemenkes, 2012. Menurut Taviv 2010 pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN merupakan kegiatan yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air karena berhubungan secara langsung. Jika seseorang melakukan praktik PSN dengan benar, maka keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat berkurang bahkan hilang. Adapun cara-cara pemeriksaan jentik oleh Jumantik menurut Depkes RI 2008 yaitu: a. Periksalah bak mandiWC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya. b. Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5–1 menit, jika ada jentik ia akan muncul ke permukaan air untuk bernapas. c. Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng, plastik, ban bekas, dan lain-lain. Tempat-tempat lain yang perlu diperiksa oleh Jumantik antara lain talangsaluran air yang rusaktidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan air tergenang seperti di rumah-rumah Universitas Sumatera Utara kosong, pemakaman, dan lain-lain. Jentik-jentik yang ditemukan di tempat- tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah bak mandiWC, drum, tempayan dan sampah-sampahbarang-barang bekas yang dapat menampung air hujan dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti penular DBD. Jentik-jentik yang terdapat di gotcomberanselokan bukan jentik nyamuk Aedes aegypti. Selanjutnya cara mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik adalah sebagai berikut: a. Tuliskan nama desakelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik. b. Tuliskan nama keluargapengelola petugas kebersihan bangunan dan alamatnya pada kolom yang tersedia. c. Bila ditemukan jentik tulislah tanda +, dan apabila tidak ditemukan tulislah - di kolom yang tersedia pada formulir JPJ 1. d. Tulislah hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti rumahkavling kosong, penampungan air hujan, dan lain-lain. e. Satu lembar formulir diisi untuk kurang lebih 30 KK. f. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ABJ ke puskesmas sebulan sekali.

2.4. Angka Bebas Jentik ABJ Aedes Aegypti

Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang merupakan bagian dari Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dapat dilakukan dengan cara kimia, biologi dan fisik. Secara kimia pemberantasan jentik dapat dilakukan dengan insektisida Universitas Sumatera Utara larvasida ini dikenal dengan abatisasi. Secara biologi dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah dan ikan gupi Soegeng, 2004. Pengamatan nyamuk sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan nyamuk dan menyusun program pengendalian maupun untuk mengevaluasi keberhasilan dari program tersebut. Pengamatan Aedes aegypti diasa dikenal dengan nama survei Aedes aegypti, yaitu: penyelidikan-penyelidikan terhadap kehidupan nyamuk termasuk kepadatan populasinya Depkes RI, 2008. Untuk mengetahui keadaan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah dapat melalui survey terhadap stadium jentik-jentik atau nyamuk dewasa, sebagai hasil survey tersebut didapat indeks–indeks Aedes aegypti indeks jentik, indeks ovitrap, bitting rate, dalam hal ini pengamatan yang dimaksud adalah mengenai indeks jentik yang diukur dari Depkes RI, 2008: 1. House Indeks HI Jumlah rumahbangunan yang ditemukan jentik x 100 Jumlah rumahbangunan yang diperiksa Dari hasil survei jentik didapat data-data mengenai House Indeks HI, yang ditentukan setiap bulan untuk daerah-daerah pelabuhan. Cara yang tepat untuk menentukan indeks-indeks jentik adalah dengan memakai cara single larvae survey yaitu semua kontainer menjadi sarang nyamuk diteliti, bila ditemukan jentik nyamuk maka diambil seekor dari setiap kontainer untuk diperiksa. Indikator Angka Bebas Jentik nasional adalah di atas 95 Depkes RI, 2008. Universitas Sumatera Utara Bila ditemukan sarang nyamuk dengan investasi campuran, misalnya terdapat jentik Aedes aegypti maka dipilih jentik dari nyamuk yang sesuai dengan ciri-cirinya yaitu berwarna putih keabu-abuan, bergerak lamban dengan gerakan membentuk huruf S dan apabila terkena cahaya senter akan bergerak aktif Depkes RI, 2003.

2.5. Demam Berdarah Dengue DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, pada umumnya menyerang anak 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit petechiae, lebam echymosis atau ruam purpura. Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan shockDepkes RI, 2003. Menurut WHO tahun 1997 dikenal penyakit Demam Berdarah Dengue DBD, yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengan gejala seperti sakit kepala, sakit pada sendi, tulang dan otot. DBD ditunjukkan oleh empat manifestasi klinis yang utama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah Depkes RI, 2005. Demam Berdarah Dengue DBD atau Dengue Hemorrhagic Fever DHF merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue mempunyai diameter 30 nanometer dan terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 DEN- Universitas Sumatera Utara 1, tipe 2 DEN-2, tipe 3 DEN-3, dan tipe 4 DEN-4. Virus ini merupakan anggota Arbovirus Arthropod borne virus grup B yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Pada manusia, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti maupun Aedes albopictus Djunaedi, 2006. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditandai dengan: 1 demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 sd. 7 hari, 2 manifestasi perdarahan, perdarahan kunjungtiva, epitaksis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, melena, hematuri termasuk uji Torniquet remple Leede positif, 3 jumlah trombosit ≤ 100.000μl , 4 peningkatan hemotokrit ≥ 20, 5 disertai pembesaran hati Depkes RI, 2005. Demam Berdarah Dengue DBD atau Dengue Haemorhagic Fever DHF di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581 MENKESSKVII1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue diidentifikasikan sebagai berikut: “adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sd. 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik perdarahan petechiae, lebam ecchymosis atau ruam purpura. Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan shock. Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dijabarkan dalam petunjuk teknis yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen PPMPLP No.914PD.03.04BP1992 tentang Pemberantasan penyakit DBD Depkes, 2003. Universitas Sumatera Utara Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, dapat terjadi pada semua golongan umur. Penyakit ini pada umumnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti namun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus yang peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil, nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun Depkes RI, 2003. 2.5.1. Epidemiologi Penyakit DBD 2.5.1.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Juru Pemantau Jentik Dan Kesehatan Lingkungan Terhadap Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Langsa

3 42 166

Hubungan Kinerja dan Motivasi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) terhadap Kasus DBD di Wilayah Kelurahan Kauman Kota Blitar

1 10 20

PENGARUH KEBERADAAN SISWA PEMANTAU JENTIK AKTIF DENGAN KEBERADAAN JENTIK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG TAHUN 2013

0 21 179

Penggunaan Lahan Perkotaan, Keteraturan Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap Keberadaan Pekarangan (Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Dan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau)

0 12 69

PERILAKU PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA DI KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU

0 3 5

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU

0 2 10

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PERILAKU DAN MOTIVASI JURU PEMANTAU JENTIK TERHADAP KEBERADAAN JENTIK DI KECAMATAN TAMPAN DAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU

0 1 54

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Pengaruh Perilaku dan Motivasi Juru Pemantau Jentik Terhadap Keberadaan Jentik di Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru

0 0 41

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Perilaku dan Motivasi Juru Pemantau Jentik Terhadap Keberadaan Jentik di Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru

0 0 7

PENGARUH PERILAKU DAN MOTIVASI JURU PEMANTAU JENTIK TERHADAP KEBERADAAN JENTIK DI KECAMATAN TAMPAN DAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kes

0 5 18