Tugas dan Tanggungjawab Serta Hak Jumantik Tanda dan Gejala Klinik

2.3. Jumantik 2.3.1. Definisi dan Perekrutan Jumantik Jumantik merupakan warga masyarakat setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat dalam mencegah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue DBD yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas tuntas Depkes RI, 2010. Perekrutan jumantik dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan tatacara yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Dirjen Binkenmas atau sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang lainnya. Jumantik merupakan tenaga kontrak yang sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh puskesmas sesuai dengan hasil evaluasi kinerja yang bersangkutan.

2.3.2. Tugas dan Tanggungjawab Serta Hak Jumantik

Adapun tugas Jumantik adalah sebagai berikut: a. Membuat rencanajadwal kunjungan seluruh rumah yang ada di wilayah kerjanya. b. Memberikan penyuluhan perorangan atau kelompok dan melaksanakan pemberantasan jentik di rumah-rumahbangunan. c. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam PSN DBD. d. Membuat catatanrekapitulasi hasil pemeriksaan jentik. e. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke puskesmas sebulan sekali. Universitas Sumatera Utara f. Bersama supervisor, melakukan pemantauan wilayah setempat PWS dan pemetaan per RW hasil pemeriksaan jentik, sebulan sekali. Selain melakukan pengamatan jentik, jumantik sukarela juga bertugas untuk memberikan penyuluhan kepada pemilik rumahbangunan tentang pentingnya PSN melalui 3M yang harus dilakukan seminggu sekali, melakukan abatisasi selektif pada tempat penampungan air bersih yang tidak dapat sulit untuk dikuras, mencatat hasil pengamatan jentik dan melaporkannya kepada Puskesmas kelurahan, serta membantu kelompok kerja DBD dalam penggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN. Hasil pengamatan jentik oleh jumantik ini akan direkap oleh petugas Puskesmas kelurahan disertai dengan ABJ Angka Bebas Jentik setiap 3 bulan Dinkes Kota Pekanbaru, 2012. Setiap jumantik mempunyai hak antara lain memperoleh insentiftransport, mendapat kesempatan ikut pelatihan, dibekali buku juklak, juknis dan modul latihan, peralatan kerja jaket, topi, PIN, tas kerja, ATK, senter dan larvasida. Sedangkan penghargaan diterima Jumantik berupa sertifikat, lomba Jumantik teladan, dan lain- lain. Bila memungkinkan dapat diangkat menjadi pegawai tetap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah.

2.3.3. Pemeriksaan Jentik oleh Jumantik

Pemberantasan jentik dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan dan secara berkala di rumah dan tempat-tempat umum yaitu pemeriksaan tempat- tempat penampungan air dan tempat berkembang biakan nyamuk Aedes aegypti yang Universitas Sumatera Utara dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya 3 tiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular DBD dengan menggunakan indikator ABJ.

2.3.3.1. Tujuan Umum

Pemeriksaan jentik dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik jumantik. Tujuan umum pemeriksaan jentik adalah untuk menurunkan populasi nyamuk penular demam berdarah dengue Aedes aegypti serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengan PSN DBD melalui Juru Pemantau Jentik Jumantik Depkes RI, 2008.

2.3.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dilakukannya pemeriksaan jentik oleh para jumantik di wilayah kerja masing-masing adalah Depkes RI, 2008: a. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan terus menerus sebagai indikator keberhasilan PSN DBD dalam masyarakat. b. Untuk memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang potensial untuk perkembang biakan nyamuk penular DBD. c. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD.

2.3.3.3. Pelaksanaan Pemeriksaan Jentik

Pemantauan jentik dilakukan dengan cara memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. di dalam dan di luar rumah untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Jika pada penglihatan Universitas Sumatera Utara pertama tidak menemukan jentik, tunggu kita-kira ½-1 menit untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada jentik. Gunakan senter untuk memeriksa jentik di tempat gelap atau di air keruh. Selanjutnya metode pemantauan jentik yang biasa dilakukan dalam program DBD adalah cara visual yaitu dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya Kemenkes, 2012. Menurut Taviv 2010 pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN merupakan kegiatan yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air karena berhubungan secara langsung. Jika seseorang melakukan praktik PSN dengan benar, maka keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat berkurang bahkan hilang. Adapun cara-cara pemeriksaan jentik oleh Jumantik menurut Depkes RI 2008 yaitu: a. Periksalah bak mandiWC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya. b. Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5–1 menit, jika ada jentik ia akan muncul ke permukaan air untuk bernapas. c. Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng, plastik, ban bekas, dan lain-lain. Tempat-tempat lain yang perlu diperiksa oleh Jumantik antara lain talangsaluran air yang rusaktidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan air tergenang seperti di rumah-rumah Universitas Sumatera Utara kosong, pemakaman, dan lain-lain. Jentik-jentik yang ditemukan di tempat- tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah bak mandiWC, drum, tempayan dan sampah-sampahbarang-barang bekas yang dapat menampung air hujan dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti penular DBD. Jentik-jentik yang terdapat di gotcomberanselokan bukan jentik nyamuk Aedes aegypti. Selanjutnya cara mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik adalah sebagai berikut: a. Tuliskan nama desakelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik. b. Tuliskan nama keluargapengelola petugas kebersihan bangunan dan alamatnya pada kolom yang tersedia. c. Bila ditemukan jentik tulislah tanda +, dan apabila tidak ditemukan tulislah - di kolom yang tersedia pada formulir JPJ 1. d. Tulislah hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti rumahkavling kosong, penampungan air hujan, dan lain-lain. e. Satu lembar formulir diisi untuk kurang lebih 30 KK. f. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ABJ ke puskesmas sebulan sekali.

2.4. Angka Bebas Jentik ABJ Aedes Aegypti

Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang merupakan bagian dari Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dapat dilakukan dengan cara kimia, biologi dan fisik. Secara kimia pemberantasan jentik dapat dilakukan dengan insektisida Universitas Sumatera Utara larvasida ini dikenal dengan abatisasi. Secara biologi dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah dan ikan gupi Soegeng, 2004. Pengamatan nyamuk sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan nyamuk dan menyusun program pengendalian maupun untuk mengevaluasi keberhasilan dari program tersebut. Pengamatan Aedes aegypti diasa dikenal dengan nama survei Aedes aegypti, yaitu: penyelidikan-penyelidikan terhadap kehidupan nyamuk termasuk kepadatan populasinya Depkes RI, 2008. Untuk mengetahui keadaan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah dapat melalui survey terhadap stadium jentik-jentik atau nyamuk dewasa, sebagai hasil survey tersebut didapat indeks–indeks Aedes aegypti indeks jentik, indeks ovitrap, bitting rate, dalam hal ini pengamatan yang dimaksud adalah mengenai indeks jentik yang diukur dari Depkes RI, 2008: 1. House Indeks HI Jumlah rumahbangunan yang ditemukan jentik x 100 Jumlah rumahbangunan yang diperiksa Dari hasil survei jentik didapat data-data mengenai House Indeks HI, yang ditentukan setiap bulan untuk daerah-daerah pelabuhan. Cara yang tepat untuk menentukan indeks-indeks jentik adalah dengan memakai cara single larvae survey yaitu semua kontainer menjadi sarang nyamuk diteliti, bila ditemukan jentik nyamuk maka diambil seekor dari setiap kontainer untuk diperiksa. Indikator Angka Bebas Jentik nasional adalah di atas 95 Depkes RI, 2008. Universitas Sumatera Utara Bila ditemukan sarang nyamuk dengan investasi campuran, misalnya terdapat jentik Aedes aegypti maka dipilih jentik dari nyamuk yang sesuai dengan ciri-cirinya yaitu berwarna putih keabu-abuan, bergerak lamban dengan gerakan membentuk huruf S dan apabila terkena cahaya senter akan bergerak aktif Depkes RI, 2003.

2.5. Demam Berdarah Dengue DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, pada umumnya menyerang anak 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit petechiae, lebam echymosis atau ruam purpura. Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan shockDepkes RI, 2003. Menurut WHO tahun 1997 dikenal penyakit Demam Berdarah Dengue DBD, yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengan gejala seperti sakit kepala, sakit pada sendi, tulang dan otot. DBD ditunjukkan oleh empat manifestasi klinis yang utama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah Depkes RI, 2005. Demam Berdarah Dengue DBD atau Dengue Hemorrhagic Fever DHF merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue mempunyai diameter 30 nanometer dan terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 DEN- Universitas Sumatera Utara 1, tipe 2 DEN-2, tipe 3 DEN-3, dan tipe 4 DEN-4. Virus ini merupakan anggota Arbovirus Arthropod borne virus grup B yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Pada manusia, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti maupun Aedes albopictus Djunaedi, 2006. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditandai dengan: 1 demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 sd. 7 hari, 2 manifestasi perdarahan, perdarahan kunjungtiva, epitaksis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, melena, hematuri termasuk uji Torniquet remple Leede positif, 3 jumlah trombosit ≤ 100.000μl , 4 peningkatan hemotokrit ≥ 20, 5 disertai pembesaran hati Depkes RI, 2005. Demam Berdarah Dengue DBD atau Dengue Haemorhagic Fever DHF di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581 MENKESSKVII1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue diidentifikasikan sebagai berikut: “adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sd. 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik perdarahan petechiae, lebam ecchymosis atau ruam purpura. Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan shock. Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dijabarkan dalam petunjuk teknis yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen PPMPLP No.914PD.03.04BP1992 tentang Pemberantasan penyakit DBD Depkes, 2003. Universitas Sumatera Utara Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, dapat terjadi pada semua golongan umur. Penyakit ini pada umumnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti namun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus yang peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil, nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun Depkes RI, 2003. 2.5.1. Epidemiologi Penyakit DBD 2.5.1.1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti yang sering menimbulkan wabah dan kematian. Bukanlah hal yang mudah menemukan kasus DBD secara dini, karena pada awal perjalanan penyakit gejala dan tandanya tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lainnya. Penegakan diagnosis DBD secara klinis sesuai dengan kriteria World Health Organization WHO, sekurang-kurangnya memerlukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang diharapkan adalah trombosit dan hematokrit secara berkala, Depkes RI, 2010. Penyakit DBD dapat menyerang semua umur, walaupun sampai saat ini lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat cenderung kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, dan pesatnya pertumbuhan penduduk sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus Dengue lebih besar WHO, 1998. Terdapat perbedaan nyata dalam Universitas Sumatera Utara jenis kelamin, yakni pernah ditemukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Beberapa negara melaporkan bahwa banyak kelompok wanita dengan Dengue Shock Syndrome DSS, menunjukkan dimana angka kematian yang tinggi adalah laki-laki. Singapore dan Malaysia pernah mencatat adanya perbedaan angka kejadian infeksi di antara kelompok etnik, dimana kelompok penduduk Tionghoa banyak terserang DBD dari pada yang lain, dijumpai pada awal epidemi Soegijanto, 2003.

2.5.1.2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Aedes aegypti tidak sempurna Depkes RI, 2007. Sejak kurun waktu 30 tahun ditemukan virus Dengue di Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah penyebaran penyakit meningkat pesat. Saat ini DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa dengan insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6-7 per 100.000 penduduk pada tahun 2004 Depkes RI, 2005. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan adanya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta ada empat tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun Depkes RI, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.5.1.3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Menurut Depkes RI 2003, pola berjangkitnya infeksi virus Dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas 28-32ºC dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus Dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.

2.5.1.4. Pola Epidemiologi Penyakit DBD

Memahami situasi yang muncul terhadap infeksi virus penjamu, perlu mengenali beberapa aspek intraksi virus penjamu. Aspek-aspek tersebut meliputi: a Infeksi Dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak; b Infeksi Dengue pada seorang dewasa sering menimbulkan gejala, akan tetapi beberapa starain virus mengakibatkan kasus yang sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering tidak dikenali sebagai kasus Dengue dan menyebar tanpa terlihat didalam masyarakat; c Infeksi primer maupun skunder Dengue pada orang dewasa mungkin menimbulkan perdarahan gastrointestinal dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

2.5.2. Tanda dan Gejala Klinik

Menurut Depkes RI 2003, secara klinis ditemukan demam, suhu pada umumnya antara 39 o -40 o C, pada fase awal demam terdapat ruam yang tampak di Universitas Sumatera Utara muka, leher dan dada. Selanjutnya pada fase penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki. Pendarahan pada kulit pada DBD terbanyak adalah uji tornique positif. Penyakit DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa. Sedangkan masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari. Prognosis DBD sulit diramalkan dan pengobatan yang spsifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus Dengue belum ada. Prinsip dasarpengobatan penderita DBD adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma. Pencegahan dan penanggulangan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam- kolam. Adapun gejala klinik DBD antara lain Soegijanto, 2003: 1. Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah lesu suhu badan antara 38°C - 40°C atau lebih. 2. Tampak binti-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang. Universitas Sumatera Utara 3. Kadang-kadang perdarahan di hidung mimisan. 4. Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah. 5. Tes Torniquet positif. 6. Adanya perdarahan, akimosis atau purpura. 7. Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lumbung bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat perdarahan selaput lendir mukosa, alat pencernaan gastrointestinal, tempat suntikan atau ditempat lainnya. 8. Hematemesis atau melena. 9. Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah, yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih dari: a. Kenaikan nilai 20 hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin. b. Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 atau lebih sesudah pengobatan. c. Tanda-tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo-proteinaemia. d. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak diselokangot atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah. e. Biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore hari. f. Mampu terbang sampai 100 meter. Diagnosa penyakit DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosa WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis, ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosa yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD over diagnosa. Kriteria klinis Universitas Sumatera Utara tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang berlangsung 2-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji tornique positif, petekia, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematimesis dan melena perbesaran hati. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan penderita tampak gelisah. Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 ul atau kurang dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat peningkatan hemotokrit 20 atau lebih. Dua Kriteria klinis ditambah hematokrit cukup untuk menegakkaan diagnosis klinis DBD Depkes RI, 2005. WHO 2002 membagi derajat DBD dalam 4 empat derajat, yaitu sebagai berikut: Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdahan ialah uji tourniquet positif. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan jadi menurun 20 mmHg atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Manifestasi Penularan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Juru Pemantau Jentik Dan Kesehatan Lingkungan Terhadap Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Langsa

3 42 166

Hubungan Kinerja dan Motivasi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) terhadap Kasus DBD di Wilayah Kelurahan Kauman Kota Blitar

1 10 20

PENGARUH KEBERADAAN SISWA PEMANTAU JENTIK AKTIF DENGAN KEBERADAAN JENTIK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG TAHUN 2013

0 21 179

Penggunaan Lahan Perkotaan, Keteraturan Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap Keberadaan Pekarangan (Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Dan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau)

0 12 69

PERILAKU PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA DI KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU

0 3 5

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU

0 2 10

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PERILAKU DAN MOTIVASI JURU PEMANTAU JENTIK TERHADAP KEBERADAAN JENTIK DI KECAMATAN TAMPAN DAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU

0 1 54

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Pengaruh Perilaku dan Motivasi Juru Pemantau Jentik Terhadap Keberadaan Jentik di Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru

0 0 41

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Perilaku dan Motivasi Juru Pemantau Jentik Terhadap Keberadaan Jentik di Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru

0 0 7

PENGARUH PERILAKU DAN MOTIVASI JURU PEMANTAU JENTIK TERHADAP KEBERADAAN JENTIK DI KECAMATAN TAMPAN DAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kes

0 5 18