Alur diibaratkan suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya Suharianto 2005 : 18.
Menurut Zulfahnur 1997 : 27 alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun secara logis dan kausalitas. Dilihat dari aspek tokohnya alur dibagi
atas dua bagian 1 alur erat, dijumpai pada cerita yang memiliki pelaku yang lebih sedikit sehingga hubungan antarpelaku erat; 2 alur longgar, hubungan
antartokoh longgar karena banyak pelaku. Selain itu, hubungan peristwa longgar seolah-olah itu berdiri sendiri.
Sementara Nurgiyantoro 1998 : 153-163 membedakan alur berdasarkan urutan waktu, jumlah, kepadatan, dan kriteria isi sebagai berikut.
a. Alur Berdasarkan Urutan Waktu
Urutan waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya perstiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan
pencitraan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan. Berdasarkan urutan waktu alur dibedakan menjadi 1 alur lurus maju progresif; 2 alur sorot balik mundur
flash-back regresif; 3 alur campuran. Alur lurus maju progresif pada sebuah karya fiksi jika peristiwa yang
dikisahkan bersifat kronologis atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah konflik meningkat,
klimaks, dan akhir penyelesaian. Alur sorot balik mundur flash-back regresif pada sebuah karya fiksi jika
urutan kejadian yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, melainkan mulai dari tahap tengah atau bahkan tahap akhir, baru
kemudian tahap awal cerita dikisahkan. Kerya dengan alur demikian langsung menyuguhkan adegan konflik yang telah meruncing.
Alur campuran pada sebuah karya fiksi jika urutan kejadian yang dikisahkan mungkin progresif tetapi di dalamnya sering terdapat adegan sorot
balik, demikian pula sebaliknya. Bahkan boleh dikatakan tak mungkin ada sebuah cerita pun yang mutlak flash-back. Untuk mengetahui secara pasti kelompok
peristiwa yang tergolong progresif-kronologis atau sorot balik, kita dapat meneliti secara sintagmatik dan paradigmatik semua peristiwa yang ada.
b. Alur Berdasarkan Jumlah
Alur tunggal dalam karya fiksi biasanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan seorang tokoh utama protagonis sebagai hero. Cerita pada
umumnya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang dialaminya. Alur tunggal sering digunakan jika
pengarang ingin memfokuskan seorang tokoh tertentu sebagai hero atau pahlawan.
Alur sub-subalur dalam karya fiksi biasanya memiliki lebih dari satu alur cerita yang dikisahkan atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan
perjalanan hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Struktur alur yang demikian dalam sebuah karya berupa alur utama dan alur tambahan.
c. Alur Berdasarkan Kepadatan