persen. Sebelum adanya kebijakan impor tepung terigu tingkat konsentrasi rasio empat perusahaan mi instan sangat berfluktuasi yaitu berkisar antara 41 persen
hingga mencapai 96 persen. Sesuai data yang didapat dari BPS nilai rata-rata tingkat konsentrasi satu perusahaan terbesar adalah sebesar 25,65 persen dimana
tingkat konsentrasi rasio satu perusahaan tertinggi juga didapat di tahun 1993 sebesar 92,91 persen kemudian di tahun 1989 sebesar 40,39 persen.
5.1.2. Hambatan Masuk Pasar
Masuknya perusahaan pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas yang menjadi
bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar market share serta perebutan sumberdaya produksi yang terbatas. Kondisi ini menimbulkan ancaman bagi
perusahaan yang telah ada. Menurut Umar 2000 ada beberapa faktor yang bisa menghambat masuknya pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala
ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen dan peraturan pemerintah.
Jika ada hambatan masuk pasar pesaing potensial tidak dapat masuk ke pasar yang bersangkutan. Ada dua jenis hambatan masuk pasar bagi pesaing
potensial, yaitu hambatan masuk pasar privat akibat dominasi pelaku usaha yang bergerak pada pasar yang bersangkutan dan hambatan masuk pasar karena
kebijakan-kebijakan negara pemerintah. Hambatan masuk pasar privat antara lain adalah hambatan akibat dikuasainya produk suatu barang, baik dalam proses
produksi dari hulu ke hilir maupun pendistribusiannya. Sehingga karena begitu kokohnya pelaku usaha tertentu dalam sektor tertentu mengakibatkan pelaku
usaha potensial tidak mampu menembus ke pasar yang bersangkutan. Bahkan pesaing potensial sulit masuk, walaupun pasarnya secara teoritis sudah terbuka,
karena secara faktual pasar bersangkutan sudah dikuasai, baik pasar hulunya dan hilirnya maupun pendistribusiannya. Dan jika pesaing potensial tersebut mencoba
masuk ke pasar yang bersangkutan, biasanya berdasarkan perhitungan laba rugi dalam jangka waktu tertentu tidak akan menguntungkan, oleh karena itu pesaing
potensial enggan masuk, karena perkiraan margin labanya baru dapat diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
Misalnya di sektor mi instan yang didominasi oleh PT Indofood Sukses Makmur. Karena begitu kuatnya PT Indofood menguasai sektor mi instan dan
mempunyai kemampuan keuangan yang kuat serta mempunyai integrasi vertikal yang kuat akan mempersulit masuknya pesaing potensial, walaupun secara teoritis
pasar mi instan sudah terbuka bagi setiap pelaku usaha. Jadi, pada kondisi tertentu walaupun pasar yang bersangkutan sudah
terbuka, tetapi pesaing potensial enggan masuk, karena pesaing faktual sudah menekan pada pasar yang bersangkutan. Sedangkan mi instan impor juga akan
sulit menyamai kedudukan mi instan produk PT Indofood, karena rasa mi instan impor berbeda dengan mi instan PT Indofood. Produk mi instan PT Indofood
rasanya sudah disesuaikan dengan selera Indonesia. Sedangkan rasa mi instan impor perlu disesuaikan dengan selera Indonesia, seperti mi instan Thailand,
Korea, Jepang, dan yang lain. Mi instan impor bisa perlahan-lahan mengambil alih pasar mi instan Indofood, jika harganya lebih murah dan rasanya sesuai
dengan selera Indonesia serta melakukan iklan besar-besaran untuk menarik
perhatian konsumen, sehingga konsumen mau beralih ke produk mi instan impor tersebut.
Berdasarkan teori diketahui bahwa untuk dapat mempertahankan eksistensi dalam industri mi instan di Indonesia maka para pesaing potensial harus
memiliki ukuran efisiensi minimum MES yang setara dengan yang dimiliki oleh perusahaan terbesar. Ukuran efisiensi minimum MES adalah ukuran paling kecil
dimana biaya diminimumkan dan MES sering berfungsi untuk mendefinisikan ukuran dari perusahaan paling kecil dalam pasar. Sebuah pasar dikatakan efisien
menurut alokasi jika harga yang bersedia dibayar pelanggan untuk unit terakhir yang dijual menyamai hanya untuk ekstra bagi masyarakat untuk memproduksi
unit terakhir itu. Sedangkan pasar dikatakan efisien menurut produktivitas jika biaya total diminimumkan untuk setiap tingkat output.
Nilai MES didapatkan dari perbandingan antara nilai output perusahaan terbesar dengan nilai output total. Besarnya MES tahun 1986 sampai tahun 2003
dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Lampiran 2 dan teori yang ada maka dapat diketahui bahwa jika produsen baru yang ingin bersaing dalam industri mi
instan maka minimal output yang harus dihasilkan adalah rata-rata sebesar 25,58 persen dari total output mi instan di Indonesia. Menurut Comanor dan Wilson
1967 dalam Alistair 2004, MES yang lebih besar dari 10 persen menggambarkan hambatan masuk pasar yang tinggi pada suatu industri.
5.2. Perilaku Pasar 5.2.1. Strategi Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat yang didapat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya
ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Harga yang
ditetapkan perusahaan akan berada pada suatu titik antara harga yang terlalu rendah dan yang terlalu tinggi. Biaya produk menentukan harga terendah, persepsi
konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi dan perusahaan harus dapat menentukan harga diantara kedua titik tersebut untuk menentukan harga
yang paling baik dan penentuan harga bisa berdasarkan persaingan Umar, 2000. Penentuan harga jual suatu produk tidak terlepas dari biaya produksi yang
merupakan faktor utama, disamping faktor lainnya seperti saluran distribusi, strategi pemasaran, resiko dan promosi produk. Saluran distribusi yang rumit juga
akan menjadikan harga menjadi lebih mahal. Adanya strategi pemasaran juga akan membutuhkan banyak biaya-biaya untuk mempertahankan pasar.
Berdasarkan harga jual, produk mi instan dibagi menjadi tiga segmen pasar mi instan yaitu dengan harga eceran terendah di bawah Rp 500 per bungkus, mi
instan dengan harga eceran antara Rp 500 sampai Rp 750 per bungkus dan mi instan dengan harga eceran di atas Rp 750 per bungkus.
Sejak terjadinya krisis yang diawali pertengahan tahun 1997 biaya kemasan meningkat karena terdepresiasinya nilai mata uang rupiah terhadap
dollar karena sebagian besar bahan baku kemasan yang digunakan masih diimpor
sehingga mau tidak mau akan mendorong kenaikan harga mi instan. Selain itu kenaikan tarif dasar listrik TDL, air, telepon dan bahan bakar minyak BBM
ikut memicu kenaikan harga-harga barang secara umum. Pada industri mi instan biaya kemasan dihitung berdasarkan nilai produk mi instan tersebut. Jika nilai
produk mi instannya murah maka biaya kemasannya otomatis menjadi tinggi dan sebaliknya.
Faktor lain yang mempengaruhi harga jual seperti adanya produk impor dan distributor. Agar distributor tidak mengambil keuntungan sendiri maka
produsen memberikan penghargaan atas sejumlah penjualan yang dilakukan dengan cara ini diharapkan harga tidak mudah meningkat dari setiap jalur
distribusi yang dilewati. Dengan harga yang meningkat maka segmentasi pasar akan menjadi semakin sempit artinya produk tersebut hanya bisa dinikmati oleh
golongan tertentu seperti golongan menegah ke atas.
5.2.2. Strategi Produk
Produk adalah suatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuh keinginan
atau kebutuhan. Strategi produk bisa dilihat dari dua sisi yaitu: 1. Atribut Produk
Pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan produk itu. Manfaat-manfaat ini bisa
dipenuhi oleh atribut produk misalnya mutu, desain, merek, label dan kemasan Umar, 2000.
a. Mutu produk menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan
fungsinya, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan pesaing, sedangkan desain dapat memberikan
kegunaan atau manfaat produk serta coraknya. Jadi tidak hanya penampilan yang diperhatikan tetapi juga dibutuhkan produk yang mudah, aman, tidak
mahal untuk digunakan, sederhana dan ekonomis dalam produksi dan distribusi,
b. Merek. Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk
karena dengan merek dapat menambah nilai produk,
c. Kemasan. Kemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau
pembungkus untuk suatu produk. Hal terpenting dalam membuat atau mengembangkan kemasan adalah bahwa kemasan tersebut harus mempunyai
fungsi sebagai pelindung produk, menyatakan mutu tertentu dari produk atau perusahaan dan menjaga agar kemasan tetap selalu up to date,
d. Label. Suatu label juga harus mempunyai berbagai fungsi antara lain label
harus dapat mengidentifikasi produk atau merek, label juga harus menjelaskan tingkat mutu produk dan label harus dapat mendeskripsikan beberapa hal
tentang produk seperti siapa, dimana, kapan, komposisinya dan bagaimana cara memakainya.
2. Daur Hidup Produk Setelah produk baru dikeluarkan perusahaan ingin agar produknya tetap
berada di pasar dalam waktu lama dan menghasilkan penjualan yang baik karena setiap produk pasti memiliki daur hidup yang berbeda. Pola penjualan dalam suatu
daur hidup produk ditandai oleh empat tahap, dimulai dari tahap pengenalan produk di pasar, tahap pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya laba dan
penjualan, dan tahap penurunan yang ditandai dengan menurunnya penjualan dengan cepat.
Strategi produk diperlukan untuk meningkatkan volume penjualan dan menarik minat para konsumen, strategi produk dapat dilakukan dengan cara
menciptakan cita rasa baru misalnya cita rasa daerah, membuat kemasan dan ukuran produk mi instan yang menarik sesuai dengan momentum penting tertentu
misalnya pada saat Idul Fitri, Natal, Imlek, acara ulang tahun dan hari kasih sayang.
Membuat produk-produk yang lebih bervariasi dan berkualitas yaitu dengan menjaga mutu produk agar tetap menjadi yang terbaik sehingga konsumen
akan loyal terhadap produknya. PT Jakaranatama untuk pertama kalinya berani
mengeluarkan produk dengan kemasan yang lebih besar tetapi harga jualnya tidak berbeda jauh dengan mi-mi instan lain. Tidak hanya rasa tapi ukuran dan
kemasan juga mampu menarik perhatian konsumen. Dengan tampil beda PT Jakarana Tama sampai saat ini masih bisa bertahan.
5.2.3. Strategi Promosi
Promosi produk dilakukan produsen untuk menginformasikan kepada konsumen tentang adanya suatu produk di pasar dan meyakinkan mereka untuk
membeli dan mengingatkan selalu produk tersebut. Tujuan utama promosi ini adalah untuk menarik perhatian agar produknya tetap disukai konsumen bahkan
kalau bisa merebut pangsa pasar dari produsen lainnya.