lainnya terjadi pada 1971 dimana Nissin memperkenalkan mi gelas, produk mi instan dalam wadah styrofoam tahan air yang bisa digunakan untuk memasak mi
tersebut. Inovasi berikutnya termasuk menambahkan sayuran kering ke gelas,
melengkapi hidangan mi tersebut. 4.2. Gambaran Umum Industri Mi Instan
Mulanya industri mi instan di Indonesia diawali dari industri mi basah dan mi kering sekitar dekade 1950-an hingga 1960-an. Baru pada April 1968, dengan
berdirinya PT Lima Satu Sankyu yang menjadi cikal bakal industri mi instan di Indonesia. Perusahaan ini mulanya berstatus Penanaman Modal Asing PMA dan
merupakan gabungan antara pengusaha domestik yaitu antara Sjarif Adil Sagala, SH 65 persen, Eka Widjaja Moeis 25 persen dengan Sankyu Shakushin
Kabushiki Kaisha 15 persen dari Jepang, negara dimana asal mulanya mi instan berasal. Pada 1997, perusahaan ini berganti nama menjadi PT Lima Satu Sankyu
Indonesia dan kemudian berubah lagi menjadi PT Supermi Indonesia, sesuai dengan merek mi instan andalannya, yaitu Supermi. Bahkan Supermi sempat
menjadi brand generik untuk mi instan instan noodle sampai akhir dekade 1980- an.
Kemudian pada 1970, pasar mi instan diramaikan lagi dengan berdirinya PT Sanmaru Food Manufacturing sebagai salah satu anak perusahaan baru dari
Jangkar Jati Group yang memproduksi mi instan dengan merek Indomie. Disusul kemudian dengan berdirinya PT Sarimi Asli Jaya Salim Group pada 1982
dengan lokasi pabrik di Tangerang, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi mi instan dengan merek Sarimi.
Selanjutnya industri ini semakin ramai dengan mulai beroperasinya PT Sampurna Pangan Indonesia Sidoarjo pada 1972 yang kini menjadi PT Heinz
Suprama, PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia Ltd Jakarta pada 1976, PT Radiance Food
Indonesia Corp. Jakarta dan Pandu Sari I Purbalingga pada 1977, PT Siantar Top Tbk Sidoarjo pada 1978, PT Asia Megah Food
Manufacturing Padang pada 1980, PT Supmi Sakti Tangerang, PT
Jakaranatama Food Industri Bogor, PT ABC President Enterprises Indonesia dan produsen-produsen lain.
Sejak saat itu, pasar mi instan mulai ditandai dengan persaingan yang sangat ketat. Terutama setelah Indofood Salim Group bergabung dengan Jangkar
Jati Group pada 1984, dengan membentuk PT Indofood Interna Corporation. Perusahaan inilah yang merupakan cikal bakal Indofood Group yang bernaung di
bawah bendera PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Langkah selanjutnya terjadi pengkristalan lagi dalam industri mi instan ketika pada 1986 PT Indofood Interna
Corporation melalui anak perusahaannya PT Lambang Insan Makmur mengambil
alih PT Supermi Indonesia. Usaha penguasaan pasar mi instan oleh Indofood atau Salim Group tidak
berhenti sampai disini saja. Pada 1992, Salim Group telah mengambil alih seluruh saham Jangkar Jati Group di PT Indofood Interna Corporation. Dan puncaknya
adalah ketika Indofood mencabut produknya di jaringan distributor PT Wicaksana Overseas dan dialihkan ke PT Indomarco Adiprima. Sejak saat itu dominasi
Indofood dengan mi instan merek Indomi, Supermi dan Sarimi semakin menguasai pasar mi instan di pasar domestik. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
menjadi produsen dengan kapasitas produksi terbesar yang mencapai 15 milyar bungkus per tahun atau sekitar 1,1 juta ton atau sekitar 64,5 persen dari total
kapasitas produksi nasional. Produsen dengan kapasitas terbesar selanjutnya adalah PT Jakaranatama
Food Industry dengan kapasitas produksi sebesar 91,9 ribu ton per tahun atau
sekitar 5,4 persen, kemudian PT Siantar Top Tbk dengan kapasitas sebesar 82,9 ribu ton per tahun atau sekitar 4,8 persen, PT Sentrafood Indonusa Corporation
dengan kapasitas sebesar 56 ribu ton atau sekitar 3,3 persen, PT ABC President Enterprises
Indonesia dengan kapasitas sebesar 54,6 ribu ton atau sekitar 3,2 persen, PT Arta Milenia Pangan Makmur dengan kapasitas sebesar 47,5 ribu ton
atau sekitar 2,8 persen dan perusahaan-perusahaan lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kapasitas Produksi Produsen Mi Instan Aktif, 2004
Sumber: Corinthian Infopharma Corpora, 2004
PERUSAHAAN Kapasitas
Produksi Ton
Ekivalen Juta Bungkus
Share Persen
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 1106072
15000 64.5
PT Jakaranatama Food Industry, Tbk 91880
1108 5.4
PT Siantar Top, Tbk 82900
1266 4.8
PT Sentrafood Indonusa Corporation 56000 766 3.3
PT ABC President Enterprises Indonesia 54583
832 3.2
PT Arta Milenia Pangan Makmur 47500
809 2.8
PT Nissin Mas 31000
471 1.8
PT Olagafood Sukses Mandiri 30456
360 1.8
PT Sentraboga Inti Selera 30000
410 1.8
PT Suryapangan Indonusa 23000
288 1.3
PT I Tsun Food Indonesia 14400
230 0.8
PT Barokah Inkopontreu 14400
219 0.8
PT Serena Indopangan Industri 6000
96 0.4
Estimasi Perusahaan Lainnya 125566
1881 7.3
Total 1713757
23736 100
4.2.1. Modal Asing Dalam Industri Mi Instan Adanya orientasi ekspor ke pasar luar negeri telah mampu menciptakan
lahan investasi yang lebih terbuka lebar untuk industri pengolahan mie, termasuk perluasan dan moderenisasi industri-industri yang sudah ada. Yang dimaksud
dengan perluasan usaha adalah perusahaan yang telah terjun di industri mi insatn dan akan menambah kapasitas produksinya atau perusahaan yang merencanakan
akan mempromosikan merek dan atau variasi rasa baru untuk produk minya. Sedangkan pengertian investasi baru adalah perusahaan yang akan masuk ke
bisnis mi. Bisnis mi instan nampaknya menarik investor asing untuk berinvestasi.
Dari 31 perusahaan yang aktif dalam industri mi instan, 5 perusahaan diantaranya adalah dalam rangka Penanaman Modal Asing PMA lima perusahaan dengan
modal asing tersebut merupakan produsen besar dalam industri mi instan dan juga produk makanan dan minuman di Indonesia. Investor yang masuk berasal dari
Jepang, Taiwan, Hongkong, Australia dan Virgin Islands. Sebelumnya ada investor dari Swiss yaitu Nestle S.A dan Soprapha S.A
melalui PT Supmi Sakti yang kemudian diambil alih oleh PT Nestle Indonesia dengan merek Maggi Mi. Kemudian dari Jepang ada Myojo Foods Co. Ltd. dan
Mitsui Co. Ltd. dengan mitra lokal PT Prima Intipangan Sejati dan PT Mitsui Expor Indonesia melalui PT Myojo Prima Lestari dengan merek UMMAH dan
dari Belanda ada Maatschappij Voor International Beleggingen Mavibel melalui PT Unilever Indonesia, Tbk dengan merek MiMi, namun ketiga merek ini kini
tidak diproduksi lagi. Modal asing dalam bisnis mi instan di Indonesia dapat ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Modal Asing dalam Bisnis Mi Instan di Indonesia, 2004
Sumber: Corinthian Infopharma Corpora, 2004
Banyaknya perusahaan dan industri yang tidak dapat bertahan dari bisnis mi instan secara tidak langsung merupakan seleksi bagi perusahaan-perusahaan itu
sendiri. Industri yang mampu bersaing akan terus berkembang, sedangkan industri yang tidak mampu bersaing akan gulung tikar atau akan mengurangi produksi
untuk sementara waktu. Selain itu produsen yang kurang mampu menekan biaya
Produsen Lokasi
Pabrik Modal
Asing Negara
Mitra Lokal
Merek
PT ABC President
Enterprises Karawang
Cayman President
Holding Kingstar
Australia Pty. Ltd.
Hongkong Australia
PT ABC Central Food
Industry PT Anugerah
Tama Binacitra
PT Soemadev Corporation
ABC, GURIMI, PRESIDENT
PT Indofood Sukses
Makmur, Tbk Jakarta Nissin
Food Product
Co.Ltd. First
Pasific Co.Ltd.
Jepang Hongkong
Salim Group Pemerintah RI
Publik Indomi,
Supermi, Sarimi, Sakura
PT I Tsun Food
Indonesia Sidoarjo Mr.
Yang Chung
Ching Mr. Lee
Cheng Hsung
Taiwan -
I TSUN, KA HONG
PT Jakaranatama
Food Industry
Ciawi Batavia Investment
British Virgin
Islands Ltd
Virgin Islands
PT Pilarinti Pentamegah
PT Eka Damudatama
Gaga, Gaga Star Mi, Gaga Mi
Soun, Gaga 100
PT Nissin Mas
Cikarang Bekasi
Nissin Food Product
Nisshoiwo Corp.
Jepang Jepang
PT Indofood Sukses
Makmur, Tbk Nissin, Top
Ramen, Cup Noodles, TR
Mi, Newdles, Jumbo-Jumbo
produksi, biasanya akan tersingkir kecuali produk yang dihasilkan telah memiliki brand loyalti
yang cukup tinggi. Seperti yang dialami PT Unilever Indonesia dengan merek Mi Mi yang sebelumnya sempat mengancam posisi PT Indofood
Sukses Mandiri Tbk, akhirnya tidak dapat bertahan. Meskipun demikian munculnya Mi Mi sempat mengkhawatirkan PT Indofood Sukses Mandiri Tbk
yang tidak mau kalah bersaing dengan mengeluarkan Chatz Mi yang sekarang juga ikut kandas. Apalagi perusahaan lainnya PT Heinz Suprama dengan
mengeluarkan Kadabra yang tidak bisa bertahan juga. Pada tahun 2004 banyak perusahaan yang ingin meramaikan industri mi instan diantaranya dapat dilihat
pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Perusahaan Yang Sudah Mendapat Ijin Produksi Mi Instan 2004
Sumber: Corinthian Infopharma Corpora, 2004
No Perusahaan Status Tahun
Ijin Kapasitas
Ton
1 PT Darmex
Oil Fats PMDN
2003 2 PT
Fulso Food Industries
PMDN 1995
7200 3 PT Gema Guntur Perkasa
PNC 2003
20220 4 PT Goro Batara Sakti
PMDN 1996
30000 5 PT
Hexapratama Food Industry
PMDN 1995
3750 6 PT
Multirasa Prima
PMDN 1997
3000 7 PT
Native Prima Canned Food Industry PMDN
1997 5940 8 PT Nong Shim Sekar
PMA 1995
7000 9 PT Profita Aneka Sariboga
PMA 2003
1014 10 CV Ronald Agung
PMA 1995
13120 11 PT Sinar Terang Inti Tunggal
PMDN 1997
20000 12 PT
Swada Andhika
PMDN 1996
20000 13 PT Swandayani Raya
PMDN 1996
20000
4.2.2. Profil Beberapa Perusahaan Mi Instan
Di Indonesia tercatat 31 perusahaan yang aktif bersaing dalam industri mi instan. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pangsa pasar perusahaan dalam
pasar maka profil perusahaan sangat dibutuhkan. Profil perusahaan dapat diindikasikan untuk mengetahui keberadaan persaingan antar produsen mi instan.
Banyaknya perusahaan mi instan dan adanya keterbatasan data yang diperoleh dalam penelitian ini mengenai profil perusahaan sehingga hanya dituliskan
beberapa profil perusahaan mi instan yang ada di Indonesia.
4.2.2.1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur secara resmi berdiri pada 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dengan modal awal Rp.150 milyar
setelah mengambil alih saham PT Sarimi Asli Jaya Sarimi dan PT Supermi Indonesia Supermi. Pada Juni 1992, sebesar 51 persen saham diambil alih oleh
PT Indocement Tunggal Prakasa dan pada 5 Februari 1994 perusahaan berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Pada pertengahan Februari 1994,
sebanyak 18 perusahaan dalam Indofood Group bergabung merger ke PT Indofood Sukses Makmur. Adapun ke 18 perusahaan yang bergabung tersebut
terdiri dari 10 anak perusahaan milik Indofood Group, enam perusahaan yang berdiri sendiri dan dua perusahaan lainnya yang merupakan anak perusahaan
milik PT Indofood Interna Corporation. Selanjutnya setelah bergabung pada Maret 1994, Indofood memperoleh
statusnya sebagai perusahaan PMA sebagai hasil dari restrukturisasi permodalannya. Pada 24 Juni 1994, Indofood menawarkan sahamnya kepada
masyarakat go public sehingga namanya berubah menjadi PT ISM Tbk. Juli 1995, PT ISM Tbk mengambil alih seluruh aset PT Bogasari Flour Mills dari
induk perusahaannya, PT Indocement Tunggal Prakasa. Saat ini PT ISM Tbk adalah produsen mi instan yang meliputi pembuatan mi dan pembuatan bumbu mi
instan serta pengolahan gandum menjadi tepung terigu. Adapun produk mi instan yang dikeluarkan oleh PT Indofood Sukses Makmur antara lain, yaitu MIQU,
Sarimi, Supermi, Supercup, Indomi, Sakura, Chatzmi, Jumbo, Supermi Premium, Indomi Premium, Sarimi Besar, Ummah dan My Noodles Kids.
4.2.2.2. PT Jakaranatama Food Industry
PT Jakaranatama
Food Industry didirikan pada tanggal 20 Juni 1980
dengan modal dasar Rp.150 juta dan mulai beroperasi pertama kali pada tahun 1993 dengan memproduksi mi instan. Pada tahun 1993 PT Jakaranatama Food
Industry berkecimpung dalam industri pengolahan dengan memproduksi mi
instan, mi telur dan snack. Produknya seperti Gaga Mi, Gaga Star Mi, Gaga Soun, Michiyo, Arjuna dan Ini Mi tidak diproduksi lagi. Pada tahun 1995 PT
Jakaranatama Food Industry masuk dalam bisnis bumbu instan nasi goreng dengan merek Gaga yang dipasarkan tahun 1997. Saat ini perusahaan telah
memperkerjakan sekitar 664 orang tenaga kerja aktif.
4.2.2.3. PT ABC President Enterprises Indonesia
PT ABC
President Enterprises Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal
20 Oktober 1992 dengan modal awal US 6 juta. Perusahaan ini mulai beroperasi pertama kali dengan memproduksi mi instan pada tahun 1993 dan berstatus
perusahaan PMA. Perusahaan ini memperkerjakan sekitar 807 orang tenaga kerja aktif dengan produknya antara lain, yaitu Guri Mi, ABC, dan Mi President.
4.2.2.4. PT Siantar Top Tbk.
PT Siantar Top pada awalnya bernama perusahaan makanan Siantar Top didirikan di Surabaya Jawa Timur pada tahun 1972 dengan status sebagai Sole
Proprietory Company pada saat itu perusahaan hanya mengelola satu home
industry dan tradisional dengan memproduksi kerupuk tradisional dan kacang
olahan. Perusahaan ini mulai beroperasi pada tahun 1978 dan pada tahun 1979 PT Siantar Top membangun pabrik di daerah Rungkut Surabaya. Pada 12 Mei 1987
nama dan status perusahaan dirubah menjadi PT Siantar Top Industri dengan modal awal sebesar Rp.500 juta. Pada bulan Maret 1988 nama perusahaan ini
dirubah lagi menjadi PT Siantar Top dan pada tahun 1989 perusahaan membangun pabrik di daerah Waru Sidoarjo. Selanjutnya pada Desember 1994,
modal awal perusahaan ini ditingkatkan lagi menjadi Rp.100 milyar kemudian pada 16 Agustus 1996, perusahaan melakukan Stuck Split dan Company Tbk.
Baru kemudian pada November 1996, PT Siantar Top go public dengan menjual 28,42 persen sahamnya kepada masyarakat melalui BEJ dan BES. Sejak saat itu
modalnya meningkat menjadi Rp.47,5 milyar. Perusahaan ini berstatus PMDN dan memperkerjakan 4500 orang tenaga kerja. Pada tahun 1997 PT Siantar Top
membangun pabrik di daerah Lubuk Pakam, Deli Serdang Sumatera Utara. Produknya antara lain, yaitu Fajar Mi, Puji Mi, Jaya Mi, Sui Mi, Mister
Mi, Wilco Mi, Yoki Mi, GoGo, Saleh Mi, Saleh Mi 105, Idola 105, Besto, Besto 105, N-Gy, Tasto Mi dan Sinchan Mi. PT Siantar Top merupakan anggota dari
Siantar Top Group, sebuah kelompok perusahaan yang berkembang pesat dipimpin oleh bapak Shindo Sudimono. Aktivitas utama dari group ini adalah di
bidang industri dan pemasaran makanan dan plastik.
4.2.2.5. PT Olagafood Industry Makanan dan Minuman
PT Olagafood
Industry Makanan dan Minuman didirikan pada 5 Mei 1997
di Medan Sumatera Utara dengan modal awal Rp.210 milyar. Pertengahan tahun 1999 perusahaan memproduksi mi instan dengan kapasitas produksi 360 juta pak
per tahun atau sekitar 30,5 ribu ton mi instan perusahaan ini rata-rata berukuran 85 gram. Perusahaan ini berstatus National Private Company NPC, perusahaan
ini mengeluarkan produk mi instan antara lain Alhami, Santre Mi dan Maitri.
4.2.2.6. PT Nissin Mas
PT Nissin Mas didirikan pada 28 Februari 1992 di Jakarta dengan modal awal US 6 juta. Perusahaan ini berstatus PMA dan perusahaan ini
memperkerjakan 200 orang tenaga kerja. Produk mi instannya antara lain Nissin Mi, Nissin Pedas Pedazz, Nissin Top Ramen dan Nissin Jumbo.
4.2.2.7. PT Karunia Alam Segar
PT Karunia Alam Segar didirikan di Surabaya, Jawa Timur pada 11 Desember 1996 dengan modal awal Rp. 3 milyar dan mulai beroperasi pada tahun
1999. Pada bulan April 2003 group Wings dan group Djarum bergabung dalam PT Karunia Alam Segar. Pendiri perusahaan ini adalah PT Mitrajaya Ekaprana
perusahaan swasta nasional. Perusahaan ini berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dan mempunyai 109 orang tenaga kerja dengan produknya
adalah mi instan Sedaap.
4.2.2.8. PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia
PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia didirikan pada 6 September 1956 bernama Giok San Kangsie dengan berstatus Naamlodze Vennootschap
N.V dengan modal awal Rp.1,6 juta. Pada tahun 1969 perusahaan ini mengalami perubahan menjadi PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia setelah mengalami
beberapa perubahan. Pada 2 Maret 1976 perusahaan ini berubah namanya menjadi PT Khong Guan Biscuit Indonesia dan berstatus PMDN. Perusahaan ini
mempunyai 10.009 orang tenaga kerja dan mempunyai produk mi instan Khong Guan.
4.2.2.9. PT Heinz Suprama PT Sampurna Pangan Indonesia
PT Heinz Suprama yang dulunya bernama PT Sampurna Pangan Indonesia didirikan pada 4 Maret 1971 dengan modal awal Rp.100 juta.
Perusahaan ini mulai beroperasi sejak tahun 1972 dan setelah tahun 1995 perusahaan melakukan ekspansi dengan menambah kapasitas produksi mi kering
sebesar 200 ton. Pada tahun 2000 PT Sampurna Pangan Indonesia berubah namanya menjadi PT Heinz Suprama yang berstatus National Private Company
NPC. Perusahaan ini mempunyai 1100 orang tenaga kerja dan produknya antara lain, yaitu Kadabra, Duta Mi dan Surya Mi.
4.2.2.10. PT Megah Putra Sejahtera
Didirikan pada tahun 1969 dengan nama Toko Liem yang memproduksi kopi, dimana ini merupakan cikal bakal perusahaan yang mendapat fasilitas
PMDN. Pada 4 Oktober 1972 Toko Liem ini berubah menjadi CV Usaha Dagang dan Industri Megah, selanjutnya pada 1 November 1990 status perusahaan
berubah dari CV menjadi PT yang sekaligus berubah namanya menjadi PT Megah Brothers
dan sebulan kemudian pada 3 Desember 1990, nama perusahaan berubah lagi menjadi PT Megah Putra Sejahtera yang berstatus PMDN dan mulai tahun
1991 PT Megah Putra Sejahtera mulai memproduksi mi instan. Perusahaan ini mempunyai 390 orang tenaga kerja.
4.2.2.11. PT Asia Inti Selera Tbk.
PT Asia Inti Selera Tbk. Didirikan pada tahun 1953 dengan nama PT Mi Asia. Modal awal perusahaan sebesar Rp. 360 milyar, perusahaan ini mulai
beroperasi sejak tahun 1953 di bidang mi kering. Pada tahun 1974 pabrik yang lama dipindahkan ke Cimanggis, Bogor. Kemudian pada tahun 1990 PT Mi Asia
mulai memproduksi mi instan dan sejak tanggal 26 Januari 1990 namanya berubah menjadi PT Asia Inti Selera. Tahun 1995 perusahaan melakukan
diversifikasi usaha lagi untuk memproduksi snack. Saat ini kapasitas produksi pabrik tersebut adalah mi kering sebesar 37.500 ton, mi instan 10.500 ton dan
snack 1.500 ton per tahun. Hasil produksi untuk mi kering dipasarkan dengan merek Ayam Dua Telor, sedangkan mi instan dipasarkan dengan merek Haha Mi,
Mikita dan Bossmi. PT Asia Inti Selera berstatus Perusahaan Swasta Nasional BRO dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 300 orang. Kemudian pada bulan Mei 1997 PT Asia Inti Selera menjadi perusahaan yang go public dengan menjual 33,33 persen
sahamnya ke masyarakat.
4.2.2.12. PT Sentrafood Indonusa
PT Sentrafood Indonusa merupakan anak perusahaan Medco Grup dengan merek Salam Mi. Kapasitas produksi Salam Mi sejak diluncurkan tahun 1996 baru
mencapai 5 persen dari kapasitas nasional. Produk Salam Mi sebelumnya masih dibuat di pabrik lain melalui kontrak produksi di Karawang dan Surabaya, namun
mulai tahun 1997 Salam Mi diproduksi di pabriknya sendiri, karena memang pabrik baru milik PT Sentrafood baru selesai dibangun awal tahun 1997 di
Karawang.
4.2.2.13. PT Supmi Sakti
PT Supmi Sakti didirikan sejak 20 April 1981 dengan merek dagang Doremi dan Sup Mi Ayam. PT Supmi Sakti juga bekerja sama dengan Nestle
untuk memproduksi mi instan merek Maggi, namun produksinya masih kecil. Sejak 12 Januari 1995, 80 persen saham PT Supmi Sakti telah diakuisisi oleh
Nestle NA.
4.3. Saluran Distribusi Industri Mi Instan
Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu
sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi penggunaan atau
konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. Saluran distribusi mempunyai beberapa fungsi penting. Pertama, sebagai
katalisator penjualan bagi perusahaan. Kedua, ketersediaan produk dan layanan yang memuaskan dari peritel produsen akan meningkatkan tingkat layanan
pelanggan. Ketiga, penggunaan saluran distribusi dengan reputasi dan layanan yang baik akan ikut meningkatkan reputasi dan citra produk.
Saluran distribusi sangat bervariasi tergantung besar kecilnya skala industri. Produsen mi instan yang berskala kecil atau rumah tangga biasanya
mempunyai skope pasar yang relatif terbatas, sehingga pemasaran dan distribusinya langsung ditangani oleh perusahaan yang bersangkutan.
Sedangkan produsen mi instan yang berskala menengah dan besar umumnya mempunyai wilayah pemasaran yang lebih luas, sehingga untuk
memperlancar penyaluran produknya ke konsumen cenderung menunjuk distributor tertentu. Untuk memasarkan produknya ke pasar ekspor dengan
menunjuk eksportir umum, maupun dilakukan sendiri eksportir produsen. Bahkan terkadang eksportir dan distributor masih dalam satu kelompok usaha.
Distributor sendiri selanjutnya membentuk cabang-cabang atau sub-sub distributor untuk memasarkan produk ke tingkat retail yang lebih rendah.
Distributor menyalurkan produk ke supermarket, minimarket, hipermarket, wholesaler, grosir, hotel, restaurant dan sebagainya. Selanjutnya wholesaler
meneruskannya ke retailer seperti toko dan warung-warung yang pada akhirnya akan bermuara ke konsumen. Sedangkan supermarket langsung meneruskan
kepada konsumen. Selain dengan saluran distribusi yang sudah ada ada alternatif lain yang dapat digunakan yaitu perusahaan mambuka badan usaha baru yang
merupakan anak perusahaan dan berfungsi sebagai penyalur untuk memasarkan produknya. Dengan cara ini pemasaran produk dapat dipantau dengan cermat oleh
induk perusahaan, namun perusahaan harus menyediakan modal dan segala
keperluan untuk pendirian perusahaan baru.Saluran distribusi dalam industri mi instan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Saluran Distribusi Industri Mi Instan
Sumber: Corinthian Infopharma Corpora, 2004
Keunggulan sistem dengan menggunakan distributor ini, produsen hanya menentukan segmen pasar yang dituju dan target pencapaian penjualan dalam satu
periode tertentu, sedangkan strategi dan pemasaran produk, sepenuhnya merupakan tanggung jawab distributor yang ditunjuk. Sedangkan kelemahannya
yaitu harga jual produk menjadi lebih mahal, karena perusahaan harus membayar semua biaya saluran distribusi yang dilewati oleh produk tersebut.
Konsumen Supermarket
atau minimarket
Retailer atau pengecer toko, warung dsb.
Hipermarket
Wholesaler atau grosir
atau pasar swalayan atau operasi kanvas
Star outlet Sub distributor
Grosir inti Distributor
Eksportir Produsen atau pabrik
merangkap distributor atau eksportir
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Struktur Pasar
Industri mi instan di Indonesia berawal mulai dekade 1950-an sampai dekade 1960-an yang diawali dengan industri mi basah dan mi kering. Baru
setelah dekade 1960-an banyak bermunculan industri mi instan yang diawali dengan berdirinya PT Lima Satu Sankyu pada tahun 1968 yang menjadi cikal
bakal industri mi instan di Indonesia. Melihat struktur industri mi instan di Indonesia tentunya masyarakat telah
banyak mengenal Indofood Group sebagai rajanya industri mi instan. Banyak jenis mi instan yang telah dikeluarkan oleh Indofood, Indofood Group sendiri
merupakan sub Group dari Salim Group yang memerger 18 perusahaan makanan olahan sebagai divisi dari Salim Group. Perusahaan tersebut memerger 6 produsen
mi instan di antaranya PT Sanmaru, PT Pangan Jaya Abadi, PT Lambang Insan Makmur, dan PT Sarimi Asli Jaya. PT Indofood Sukses Makmur dan PT Myojo
Prima Lestari adalah dua perusahaan milik Indofood Group dengan jumlah kapasitas 782.000 ton. Tak dielakkan lagi bahwa pangsa pasar PT Indofood
Sukses Makmur terhadap pasar mi instan di dalam negeri mencapai lebih dari 80 persen. Kondisi ini mencerminkan bahwa dominasi Indofood Group terhadap
produsen mi instan yang lain diduga telah menciptakan suatu tindakan monopoli yang masih diperdebatkan oleh pakar hukum dan pejabat pemerintah.
Struktur pasar mi instan dapat dilihat dari berbagai hal antara lain perkembangan penjualan mi instan di Indonesia, namun karena adanya