Kemasan. Kemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau Label. Suatu label juga harus mempunyai berbagai fungsi antara lain label

kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan dapat dicerminkan melalui Price- Cost-Margin PCM dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X. Data mengenai nilai besarnya PCM dan efisiensi-X tahun 1986 sampai 2003 dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Pada Lampiran 3 selama kurun waktu 18 tahun mulai tahun 1986 sampai tahun 2003 didapat nilai rata-rata PCM industri mi instan sebesar 26,67 persen. Nilai PCM yang didapat sangat berfluktuasi yaitu pada tahun 2000 besarnya PCM bernilai negatif yaitu sebesar 7,06 persen hal ini dikarenakan pengeluaran untuk tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan kapasitas barang yang dihasilkan. Pada tahun 1998 PCM mencapai 44.98 persen angka ini merupakan nilai PCM tertinggi dari tahun 1986 sampai tahun 2003 dalam industri mi instan. Kemudian nilai PCM tertinggi kedua didapat di tahun 2001 yaitu sebesar 39,90 persen dan nilai PCM tertinggi ketiga didapat di tahun 1992 yaitu sebesar 38,25 persen. Nilai rata-rata efisiensi-X industri mi instan di Indonesia selama tahun 1986 sampai tahun 2003 dapat ditunjukkan pada Lampiran 4. Diperoleh nilai rata- rata efisiensi-X dari tahun 1986 sampai tahun 2003 adalah sebesar 52,19 persen. Nilai efisiensi tertinggi berada di tahun 1992 sebesar 80,06 persen. Berdasarkan hasil yang didapat ditunjukkan bahwa industri mi instan di Indonesia mempunyai nilai efisiensi-X efisiensi internal yang cukup tinggi. Berdasarkan teori yang ada efisiensi internal yang tinggi menggambarkan perusahaan mempunyai kinerja yang baik, baik dari sisi tenaga kerjanya maupun dari sisi perusahaan itu sendiri.

5.4. Hubungan Struktur dan Kinerja

Untuk melihat hubungan antara struktur dengan kinerja maka digunakan analisis Struktur-Perilaku-Kinerja. Analisis SCP melihat bagaimana struktur dan kinerja pasar, dimana struktur pasar adalah karakteristik dan komposisi pasar dan industri dalam suatu perekonomian sedangkan kinerja pasar mengacu pada tingkat keberhasilan pasar dalam memberikan manfaat kepada konsumen, misalnya dengan memberikan harga yang rendah. Paradigma SCP berpendapat bahwa penguasaan pasar yang tinggi cenderung menghasilkan kinerja pasar yang buruk , yaitu konsumen harus membayar harga yang sangat tinggi. Pendekatan SCP mengatakan bahwa struktur akan mempengaruhi profitabilitas secara positif. Struktur pasar dianalisis dengan mengunakan CR 4 yang menunjukkan bahwa industri mi instan termasuk ke dalam tipe oligopoli ketat. Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Di negara-negara yang sedang berkembang kinerja laba sulit untuk diukur sehingga untuk memudahkan bagaimana melihat kinerja industri itu digunakanlah variabel proksi keuntungan PCM untuk mengukurnya. Hubungan struktur dan kinerja dapat dilihat dengan suatu model ekonometrika yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, misalnya tidak adanya autokolerasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas sehingga model ekonometrika tersebut memang layak untuk digunakan. Hasil estimasi model dan uji ekonometrika dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Hasil Dugaan Persamaan PCM pada Industri Mi Instan di Indonesia Keterangan : Menggunakan taraf nyata 10 Dari hasil regresi Tabel 5.1. diperoleh persamaan sebagai berikut : PCM = 4.808103 - 0.150710 CR4 t + 0.416685 XEFF t + 0.093031 PROD t + 0.228412 PROD t-1 - 0.004662 log EKSPOR t - 3.549973 log IMPOR t + 0.924177 GRS t Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch- Godfrey Correlation LM . Apabila nilai probability obsR-squared lebih besar dari taraf nyata α yang digunakan maka hasil regresi ini tidak mengandung autokorelasi. Berdasarkan hasil pengolahan yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 5.1. bahwa nilai probability obsR-squared sebesar 0,694413 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi pada penelitian ini tidak mengandung autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity. Apabila nilai probability obsR-squared lebih besar dari taraf nyata α yang digunakan maka hasil regresi tidak mengandung Variabel Koefisien Prob T-statistic DCR4 -0.150710 0.2130 XEFF 0.416685 0.0088 DPROD,2 0.093031 0.0810 DPROD-1,2 0.228412 0.0018 LEKSPOR -0.004662 0.9328 DLIMPOR -3.549973 0.4656 GRS 0.924177 0.0503 C 4.808103 0.5366 Adjusted R-squared 0.794310 Prob F-Statistic 0.005279 Uji Breusch-Godfrey Correlation LM Prob ObsR-Squared 0.694413 Uji White Heteroskedasticity Prob ObsR-Squared 0.378155