perusahaan yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya.
Jaya 2001 menyatakan bahwa integrasi vertikal diluar dugaan sulit diukur, salah satu metodenya adalah menghitung tahap-tahap produksi semakin
banyak tahapan yang dicakup, semakin besar integrasinya.
2. Merger
Secara umum kegiatan integrasi dapat temasuk dalam merger, tetapi dengan syarat ada keterkaitan dalam kelanjutan proses produksi. Pengertian
merger lebih luas yaitu satu atau lebih perusahaan yang tidak sejenis dan juga tidak ada kaitan kelanjutan proses produksi dapat melakukan penggabungan
Hasibuan, 1994. Efek-efek dari merger-merger vertikal adalah keseimbangan antara dua
hal: 2. Penghematan bersih yang diperoleh dengan merger yang tidak dapat diperoleh
dengan pertumbuhan langsung atau kontrak jangka panjang,
3. Efek-efek antikompetitif yang dapat terjadi seperti meningkatkan halangan
memasuki pasar.
Pada kenyataannya pangsa pasar yang tinggi menimbulkan anggapan bahwa biaya-biaya sosial dari merger vertikal melebihi keuntungan.
Ketidakseimbangan biasanya tidak begitu besar dan beberapa kasus tertentu akan condong ke arah lain, belum ada cara pengukuran keseimbangan tersebut dan
karenanya tingkat-tingkat permulaan pada pangsa pasar hanya dapat diperkirakan. Konsensus diantara para ahli mungkin berada dalam batas 15 persen sampai 30
persen pangsa pasar untuk kedua perusahaan. Batasan-batasan antitrust yang terjadi saat ini berkisar antara 10 persen sampai 20 persen, merger vertikal antara
dua perusahaan dengan pangsa pasar 20 persen akan ditentang dan pada akhirnya tidak diperbolehkan Jaya, 2001.
2.2.3. Kinerja Pasar
Setiap perusahaan pasti akan mempunyai tujuan untuk menguasai pasar, tujuan itu yang disebut dengan kinerja. Kinerja secara lebih rinci dapat dilihat
dari laba, efisiensi, pertumbuhan termasuk perluasan pasar, kesempatan kerja, prestise profesional, kesejahteraan personalia, dan juga kebanggaan kelompok.
Kinerja tergabung antara kinerja ekonomi dan non ekonomi Hasibuan, 1994. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun
biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu, efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi Jaya, 2001.
Daryanto 2004 mengungkapkan yang dimaksud dengan kinerja adalah: 1. Apakah perusahaan-perusahaan meningkatkan kesejahteraan ekonomi?
2. Apakah mereka bekerja secara efisien, menghindari pemborosan faktor-faktor produksi yang langka sifatnya?
3. Apakah alokasi faktor-faktor produksi telah efisien secara ekonomis? 4. Apakah perusahaan-perusahaan secara efektif meningkatkan kesempatan kerja
dan pertumbuhan ekonomi? Ada beberapa pertimbangan yang digunakan untuk menjadikan perusahaan
tertentu mempunyai kinerja yang baik sebagai barometer harga. Pertama, jika terjadi persaingan yang kurang sehat dalam suatu industri oligopoli. Kedua, dapat