Hubungan Struktur dan Kinerja
menggunakan software E-Views 4 telah didapatkan nilai koefisien determinasi Adjusted R-Square sebesar 0,794310. Ini menunjukkan bahwa variasi endogen
yaitu PCM industri mi instan sebagai variabel terikat mampu dijelaskan sebesar 79.43 persen oleh variabel-variabel bebasnya CR4, Xeff, Prod, Tx, Tm dan GRS
secara bersamaan. Sisanya sebesar 20,57 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Nilai probability F-statistic
adalah sebesar 0,005279. nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan 10 persen menunjukkan bahwa minimal
ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada
dalam fungsi. Berdasarkan hasil estimasi, CR
4
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PCM. Dapat disimpulkan bahwa strategi menjual produk dengan harga
yang murah demi menjaga ketersediaan produk pada segmen pasar tertentu akan berdampak pada volume penjualan yaitu walaupun tingkat penjualannya
meningkat tetapi membuat margin keuntungan menurun. Efisiensi-X Xeff signifikan pada taraf 10 persen dan nilai koefisiennya
sebesar 0,416685 menunjukkan bahwa diduga setiap peningkatan efisiensi-X sebesar satu persen, maka PCM sebagai indikator kinerja akan meningkat sebesar
0,416685 persen. Hal ini karenakan semakin efisien suatu perusahaan maka memungkinkan untuk suatu perusahaan untuk memproduksi sebuah produk
dengan sumber daya yang lebih sedikit atau sama karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
jangka panjang akan lebih murah. Dengan adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat.
Nilai produktivitas signifikan pada taraf 10 persen dengan nilai koefisien sebesar 0,093031 menunjukkan setiap kenaikan produktivitas sebesar satu persen
maka akan meningkatkan PCM sebesar 0,093031 persen. Nilai produktivitas pada periode sebelumnya signifikan pada taraf 10 persen dengan nilai koefisien sebesar
0,228412 yang artinya setiap kenaikan produktivitas pada periode sebelumnya sebesar satu persen maka akan meningkatkan PCM sebesar 0,228412 persen. Hal
ini sesuai dengan hipotesis dimana semakin tinggi nilai output akan meningkatkan nilai produktivitas suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukkan
adanya efisiensi dan kinerja yang meningkat pula. Kinerja yang meningkat akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.
Variabel ekspor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PCM. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang digunakan masih tergantung oleh impor
dimana impor dinilai dengan dolar. Sedangkan ekspor juga dinilai dengan dolar dan adanya biaya-biaya seperti pajak ekspor yang tinggi serta regulasi dalam
negeri yang sulit menyebabkan biaya produksi mi instan dengan harga jual mi instan yang diekspor sama sehingga tidak berpengaruh terhadap keuntungan.
Variabel impor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PCM. Sebab adanya politik dumping dengan menetapkan tarif masuk barang yang tinggi. Hal
ini didukung oleh kemampuan konsumen dalam negeri yang tinggi. Artinya daya beli konsumen dalam negeri tinggi, sehingga volume penjualan barang-barang di
dalam negeri juga dapat mengimbangi kerugian ke pasar luar negeri.
Variabel GRS berpengaruh signifikan pada taraf 10 persen dengan nilai koefisien ynag cukup besar yaitu sebesar 0,924177. Artinya setiap kenaikan
pertumbuhan sebesar satu persen akan meningkatkan PCM sebesar 0,924177 persen. Karena jumlah penduduk setiap tahunnya akan semakin bertambah
sehingga tingkat konsumsinya akan semakin meningkat dan produsen mi instan berusaha untuk memenuhi permintaan pasar dengan meningkatkan kapasitas
produksi. Meningkatnya penjualan akan berpengaruh juga pada peningkatan laba perusahaan.
Walaupun dilanda krisis moneter hal ini tidak terlalu berpengaruh bagi keberadaan industri mi instan di Indonesia. Karena semakin maju perkembangan
zaman masyarakat lebih suka dengan yang serba cepat dalam mengolah makanan salah satunya contohnya didapat dari mi instan sebagai makanan pokok pengganti
yang praktis, murah harganya dan mudah didapat di warung-warung. Penjualan mi instan terus meningkat dan semakin banyak bermunculan produsen mi instan
baru yang akan bersaing memasuki pasar. Hal ini menunjukkan bahwa industri mi instan merupakan salah satu industri yang tahan terhadap kondisi krisis.