Prosedur untuk menentukan kalor hidrasi 1

113 dari 128 Hitung berat contoh dasar pijar yang dimasukkan dalam kalorimeter sebagai berikut: A x W B dengan: Wi adalah berat contoh dihitung atas dasar pijar yang dimasukkan dalam kalorimeter, gram; A adalah berat contoh sebelum dipijarkan, gram; B adalah berat contoh sebelum dipijarkan, gram; W adalah berat contoh yang dimasukkan dalam kalorimeter, gram. Sebagai tambahan terhadap prosedur hilang pijar untuk semen portland, penentuan hilang pijar dapat ditentukan menggunakan metoda referee seperti yang diberikan pada metoda uji standar ini butir 7.1.3.12 untuk semen portland slag dan slag semen 1 Tentukan kandungan SO 3 dengan menggunakan metode referee yang sesuai metoda uji butir 7.1.3.11.1. Juga tentukan kandungan SO 3 dari semen yang belum dipijarkan dengan menggunakan metode yang sama. 2 Hitung persentase berat yang diperoleh dari sulfida sulfur sebagai berikut: G = 0,8 S 1 – S 2 dengan: G adalah persen berat yang diperoleh dalam contoh yang dipijarkan; S 1 adalah SO 3 pada contoh yang dipijarkan; S 2 adalah SO 3 pada contoh yang tidak dipijarkan; 0,8 adalah rasio berat molekul 4 O SO 3 . 3 Hitung berat dari contoh kalorimetri kering dengan dasar pemijaran sebagai berikut: A-BG100 W B dengan: Wi adalah berat dari contoh kering, atas dasar pijar, gram; A adalah berat dari contoh kering yang dipijarkan, gram; B adalah berat dari contoh kering sebelum pemijaran, gram; G adalah persentase berat yang diperoleh dari sulfida sulfur, dan; W adalah berat dari contoh kalorimetrik kering, gram. 4 Hitung berat dari contoh kalorimetri yang terhidrat sebagian atas dasar pijar seperti dibawah ini: A.W 1-G100 B dengan: Wi adalah berat dari contoh kalorimetrik kering, atas dasar pijar, gram; A adalah berat dari contoh yang terhidrasi sebagian setelah pemijaran ,gram; B adalah berat dari contoh yang terhidrasi sebagian sebelum pemijaran, gram; G adalah persentase berat yang diperoleh dari sulfida sulfur; W adalah berat dari contoh kalorimetrik kering, gram. Wi = Wi = Wi = 114 dari 128 CATATAN 110 Asumsi dibuat dalam perhitungan bahwa persen sulfida sama dengan sebelum pemijaran untuk contoh yang terhidrasi sebagian seperti yang ditentukan di dalam semen.

7.2.8.8 Perhitungan 1

Kalor pelarutan semen kering Hitung kenaikan suhu yang telah dikoreksi seperti pada butir 7.2.8.3.3.1 dan 7.2.8.3.3.2. Koreksi pula nilai kalor pelarutan jika suhu berbeda dari suhu kalorimeter ketika contoh dimasukkan. Jadi, untuk semen kering yang mempunyai kalor spesifik sekitar 0,8 kjkg.K, jika suhu akhir kalorimeter melebihi suhu contoh semen setelah dimasukkan, tambahkan koreksi sebesar 0,8 kjkg.K, terhadap kalor suhu tersebut jika menghitung kalor pelarutan. Hitung kalor pelarutan semen kering sebagai berikut: H1 = RCWi – 0,8 T – t d dengan: H1 adalah kalor pelarutan semen kering, kalh; R adalah kenaikan suhu yang telah dikoreksi, o C; C adalah kapasitas kalor; Wi adalah berat contoh yang dihitung atas dasar pijar, gram; T adalah suhu ruang pada waktu contoh dimasukkan, o C; t d adalah suhu akhir kalorimeter pada akhir pengukuran semen kering, o C. 2 Kalor pelarutan bahan terhidrasi sebagian. Hitung kalor pelarutan contoh terhidrasi sebagian sama seperti untuk semen kering, kecuali dilakukan koreksi sebagai berikut: Karena setiap kenaikan suhu 1 o C pada saat pengujian kalor pelarutan menyebabkan penurunan kalor larutan kurang lebih 1,3 kJkg. Jadi jika suhu pengujian kalor pelarutan terhidrasi sebagian melebihi suhu penentuan semen kering, tambahkan koreksi 1,3 kJkg terhadap nilai kalor pelarutan yang diperoleh untuk contoh hidrasi sebagian. Juga, koreksi nilai kalor larutan jika pada pengujian suhu kalorimeter akhir berbeda dari suhu kalorimeter pada saat pengujian. Untuk contoh semen terhidrasi sebagian dari semen pijar mempunyai kalor spesifik sekitar 1,7 kJkg. Jika suhu kalorimeter akhir melebihi suhu contoh pada saat dimasukkan, tambahkan koreksi 1,7 kJkg o C ketika menghitung kalor pelarutan. H2 = RCW i – 1,7 T- t h – 1,3 t d – t h dengan: H2 adalah kalor pelarutan contoh terhidrasi sebagian, kalgram; R,C,W i ,T dan td adalah seperti pada butir 7.2.8.3.1; t h adalah suhu kalorimeter pada akhir pengukuran contoh terhidrasi sebagian, o C. 3 Kalor hidrasi Suhu kalorimeter akhir 25 o C harus dianggap sebagai dasar kalor hidrasi acuan, dan yang penting diingat adalah pengaruh variasi pada suhu tersebut dalam pertimbangan hasil uji. Kenaikan suhu akhir menaikkan kalor hidrasi kira-kira 0,4 kJkg.K, dari semen pijar. Sebagai contoh, jika suhu akhir 27 o C, 0,8 kJkg harus dikurangkan dari kalor hidrasinya dalam rangka mengacu pada hasil 25 o C. 115 dari 128 Pengamatan untuk suhu kalorimeter akhir sekitar 25 o C, hati-hati dalam pengamatan suhu akhir tersebut. Hitung kalor hidrasi semen dengan teliti sebagai berikut: H = H 1 – H 2 – 0,4 t h – 25,0 dengan: H adalah kalor hidrasi semen pijar, kalgram; H 1 adalah kalor larutan semen kering, 7.2.8.3.1; H 2 adalah kalor larutan semen yang terhidrasi sebagian 7.2.8.8.1; th adalah nilai yang sama seperti pada butir 7.2.8.6.2. 7.2.8.9 Uji ulang Dalam hal gagal memenuhi persyaratan kalor hidrasi 28 hari, contoh pasta cadangan dapat diuji pada umur berikutnya dan dikoreksi dengan 2,1 kJkg per hari untuk setiap pertambahan umur. Untuk membawa hasil perhitungan kalor larutan pada 28 hari. Kelebihan periode dimana koreksi ini dibuat harus dibatasi sampai 4 hari. Dalam hal gagal memenuhi persyaratan 7 hari, uji ulang seluruhnya termasuk pembuatan pengadukan pasta. 7.2.8.10 Ketelitian dan bias 7.2.8.10.1 Ketelitian 1 Ketelitian operator tunggal Standar deviasi dari operator tunggal adalah 12,2 kJkg 1detik dan 14,8 kJkg 1 detik untuk kalor pelarutan dan kalor hidrasi masing-masing. Karena itu, hasil dari dua pengujian yang dilakukan oleh operator yang sama untuk contoh dari semen yang sama tidak boleh berbeda lebih dari 34 kJkg dalam penentuan kalor pelarutan atau 42 kJkg dalam penentuan kalor hidrasi. 2 Ketelitian dari multi laboratorium Standar deviasi dari multi laboratorium adalah 18,5 kJkg untuk kalor pelarutan dan 16,9 kJkg untuk kalor hidrasi. Karena itu, untuk dua pengujian yang dilakukan untuk dua laboratorium yang berbeda untuk contoh dari semen yang sama tidak boleh berbeda lebih dari 52 kJkg untuk penentuan kalor pelarutan atau 48 kJkg untuk penentuan kalor hidrasi. 7.2.8.10.2 Bias Tidak ada pernyataan mengenai bias karena tidak ada bahan referensi yang dapat diterima. 7.2.9 Pengujian pemuaian akibat sulfat Pengujian pemuaian akibat sulfat mengacu kepada ASTM C 452-02, Standard test method for potential expansion of portland cement mortars exposed to sulphate . Metoda uji ini hanya digunakan untuk semen portland, meliputi penentuan pemuaian batang mortar yang dibuat dari campuran semen portland dan gipsum dalam perbanding tertentu sehingga kadar sulfur trioksida SO 3 dalam campuran tersebut sebesar 7,0 berat. Nilai ditetapkan dalam satuan mm per gram dan dinyatakan sebagai standar. 7.2.9.1 Tujuan dan penggunaan Metoda uji ini dimaksudkan terutama untuk digunakan oleh mereka yang berminat dalam penelitian pada metoda penentuan potensial ketahanan sulfat semen portland.