Perilaku Model Lawrence W.Green 1980

Ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut : Gambar 2.2 Tiga kategori faktor yang memberi kontribusi atas perilaku kesehatan Sumber : L. Green 1980 dalam Notoatmojo 2012 Menurut Green 1980, faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan individu atau kelompok masyarakat adalah : 1 Faktor-faktor Predisposisi predisposing faktors , merupakan faktor yang mendahului sebelum terjadinya suatu perilaku, yang menjelaskan alasan dan motivasi untuk berperilaku tertentu. Yang termasuk dalam faktor predisposisi dalam penemuan Pneumonia balita adalah Umur, Beban kerja, pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap. Faktor Pemungkin Enabling Factor 1 Ketersediaan sumber daya, sarana dan prasarana 2 Kemudahan akses 3 Pedoman, aturan perundang-undangan Faktor Penguat Reinforcement F actor 1 Sikap dan perilaku keluarga, kelompok, guru, petugas kesehatan 2 Sikap dan perilaku tokoh masyarakat, pengambil keputusan atasan, stakeholder Perilaku Spesifik Behavior Faktor yg mempermudah Predisposing Factor 1 Pengetahuan, Sikap 2 Tradisi dan kepercayaan 3 Sistem nilai yang dianut 4 Persepsi 2 Faktor-faktor Pemungkin enabling faktors , agar terjadi suatu perilaku tertentu diperlukan perilaku pemungkin suatu motivasi. Ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Jika dikaitkan dengan penemuan penderita Pneumonia, maka yang menjadi faktor pemungkin adalah ketersediaan dana, masa kerja, ketersediaan sarana-prasaran atau fasilitas. Oleh karena itu, faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. 3 Faktor penguat renforcing factors adalah faktor yang mendukung terwujud sikap dan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam melakukan suatu tindakan. Dalam penemuan penderita Pneumonia yang menjadi faktor pendukung adalah, dukungan atasan atau pimpinan, dukungan dari mitra kerja, tokoh masyarakat, pemuka agama, dukungan keluaraga, dan lain-lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat Notoatmojo, 2012:18.

2.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Penemuan

Pneumonia Balita Oleh Bidan Di Puskesmas Wilayah Kabupaten Pemalang

2.5.1 Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan Depdiknas, Pusat Bahasa, 2013. Semakin tua umur seseorang, maka pengalaman akan bertambah sehingga akan meningkatkan pengetahuannya akan suatu objek Priyoto, 2014:81. Pegawai yang berusia lebih tua cenderung lebih mempunyai rasa keterikatan atau komitmen pada organisasi dibandingkan dengan yang berusia muda sehingga meningkatkan loyalitas mereka pada organisasi. Semakin tua umur seseorang akan semakin trampil dalam melaksanakan tugas, semakin kecil tingkat kesalahannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal itu terjadi karena salah satu faktor kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan belajar dari pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaaanya. Hal ini sebagai bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa Wawan dan Dewi, 2011;17. Vaughan dalam Widayatun 1999:152 tahap perkembangan umur masa dewasa adalah masa dewasa awal 19-30 tahun, masa dewasa tengah 31-39 tahun dan masa dewasa akhirlanjut 40-59 Tahun. Masa dewasa muda merupakan masa ketegangan emosional dan ketergantungan, penyesuaian diri dan kreatif. Masa dewasa pertengahan adalah masa transisi, masa pencapaian sukses, masa berprestasi. Masa dewasa akhir adalah menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luwes, menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, dan pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan Widayatun, 2009:173. Hasil penelitian Indrawati 2009 :122-123 menunjukkan ada hubungan antara umur bidan dengan penggunaan partograf. Bidan yang menggunakan partograf mempunyai hasil yang baik lebih baik pada bidan dengan usia tua. Keadaan ini menunjukkan bahwa usia responden yang makin dewasa akan mudah beradaptasi dalam praktik pertolongan persalinan dengan menggunakan partograf.

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

4 32 273

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2013.

0 6 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO TAHUN 2013.

0 5 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

1 3 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS MOJOGEDANG II Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

1 3 19

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 1 7

DAFTAR PUSTAKA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 6 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 6 15