Hubungan antara Pengetahuan tentang Pneumonia Balita dengan
                                                                                merupakan  salah  satu  variabel  yeng  memiliki  kontribusi  kuat  terhadap  praktik penemuan  pneumonia  balita.  Hal  ini  berarati  responden  yang  memiliki
pengetahuan  baik,  akan  melaksanakan  praktik  sesuai  standar  dan  responden dengan pengetahuan kurang baik berpengaruh terhadap pelaksanaan praktik tidak
sesuai  standar.  Hasil  penelitian  ini  mendukung  penelitian  Duhri  2013  yang menyebutkan bahwa pengetahuan memiliki kontribusi dalam peningkatan kinerja
petugas P2TB. Pengetahuan  tentang  pneumonia  balita  yang  perlu  diketahui  bidan  adalah
tentang  penilaian  batuk  dan  sukar  bernafas,  klasifikasi,  menentukan  pengobatan, konseling  dan  pelayanan  tindak  lanjut.  Pengetahuan  bidan  yang  baik  tentang
pneumonia  balita  akan  membentuk  sikap  bidan  terhadap  penemuan  pneumonia pada  balita  dan  selanjutnya  bidan  akan  memutuskan  apakah  akan  melakukan
tindakan    atau  tidak  untuk  menentukan  klasifikasi  pneumonia  pada  tata  laksana kasus balita dengan keluhan batuk atau kesulitan bernafas.
Pengetahuan  responden  yang  kurang  akan  berkontribusi  42  kali  terhadap praktik  penemuan  pneumonia  balita  yang  tidak  sesuai  standar.  Hal  ini  dapat
terlihat  pada  hasil  penelitian,  bahwa  responden  dengan  pengetahuan  kurang khususnya  dalam  hal  cara  yang  benar  dalam  menghitung  nafas,  tanda
wheezing
, tanda bahaya umum dan menentukan jenis klasifikasi pada anak batuk yang lebih
dari  3  minggu  berdampak  pada  perilaku  praktik  responden  dalam  melakukan penilaian  klinik,  menentukan  klasifikasi  serta  pemberian  konseling.  Hasil
penelitian  menunjukkan  bahwa  hanya  sebagian  responden  yang  melakukan
penilaian  neonatus  dengan  tanda  bahaya  umum  56,5,  memeriksa  tarikan dinding dada ke dalam 25 serta memeriksa wheezing dan stridor 45,5.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian RYE Awusi  2009  yang menyatakan  tidak  ada  hubungan  antara  pengetahuan  dengan  praktik  penemuan
penderita TB Paru. Hal ini karena banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku petugas  seperti  pelatihan,  sarana  informasi,  ketersediaan  fasilitas  atau  faktor
pendukung lainnya.
                