1 Membangun  komitmen  dengan  pengambil  kebijakan  di  semua  tingkat
dengan  melaksanakan  advokasi  dan  sosialisasi  pengendalian  ISPA dalam  rangka  pencapaian tujuan nasional dan  global.
2 Penguatan  jejaring  internal  dan  eksternal  Lintas  Program  Lintas
Sektoral, profesi, perguruan  tinggi, ormas, swasta, lembaga internasional. 3
Penemuan kasus  pneumonia dilakukan  secara  aktif  dan  pasif. 4
Peningkatan  mutu  pelayanan  melalui  ketersediaan  tenaga  terlatih  dan logistik.
5 Peningkatan  peran    serta    masyarakat  dalam    rangka  deteksi    dini
pneumonia Balita    dan  pencarian  pengobatan  ke  fasilitas  pelayanan kesehatan.
6 Pelaksanaan Autopsi  Verbal Balita  di  masyarakat.
7 Penguatan  kesiapsiagaan  dan  respon    pandemi  influenza    melalui
penyusunan  rencana  kontinjensi  di  semua    jenjang,    latihan    exercise, penguatan surveilans  dan  penyiapan sarana  prasana.
8 Pencatatan dan  pelaporan dikembangkan secara  bertahap dengan  sistem
komputerisasi berbasis  web. 9
Monitoring  dan  pembinaan  teknis  dilakukan  secara  berjenjang, terstandar dan berkala.
10 Evaluasi  program  dilaksanakan secara  berkala.
2.1.12 Kemitraan
Kemitraan  merupakan  faktor  penting  untuk  menunjang  keberhasilan program  pembangunan.  Kemitraan  dalam  program  Pengendalian  ISPA
diarahkan untuk  meningkatkan   peran    serta    masyarakat,   lintas    program, lintas  sektor  terkait  dan  pengambil  keputusan  termasuk  penyandang  dana.
Dengan  demikian  pembangunan  kemitraan  diharapkan dapat  lebih
ditingkatkan,  sehingga  pendekatan  pelaksanaan  pengendalian  ISPA khususnya  pneumonia  dapat    terlaksana  secara  terpadu  dan  komprehensif.
Intervensi  pengendalian  ISPA  tidak  hanya  tertuju   pada  penderita  saja  tetapi terhadap  faktor    risiko    lingkungan    dan    kependudukan  dan    faktor    lain
yang  berpengaruh  melalui  dukungan  peran  aktif  sektor lain
yang berkompeten.  Kegiatan    kemitraan  meliputi    pertemuan  berkala    dengan
Kemenkes RI, 2012 : 1
Lintas  program  dan  sektor  terkait, 2
Organisasi kemasyarakatan, 3
Lembaga swadaya masyarakat, 4
Tokoh masyarakat, 5
Tokoh agama, 6
Perguruan tinggi, 7
Organisasi profesi kesehatan, 8
Sektor  swasta
2.1.13 Jejaring
Untuk keberhasilan
program Pengendalian
ISPA diperlukan
peningkatan  jejaring  kerja
networking
dengan  pemangku  kepentingan. Berbagai manfaat  yang  dapat  diperoleh  dari  jejaring  antara  lain  pengetahuan,
keterampilan, informasi,  keterbukaan, dukungan, membangun hubungan,  dll dalam upaya  pengendalian  pneumonia di  semua  tingkat.
Jejaring dapat dibangun dengan berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wilayah  spesifik  wilayah baik  sektor  pemerintah, swasta,
perguruan  tinggi,  lembaga  organisasi  non  pemerintah.  Jejaring  dapat dibangun  melalui pertemuan atau nota  kesepahaman MOU. Untuk menjaga
kesinambungan  jejaring,  maka  komunikasi  perlu  secara  intensif  melalui pertemuan-pertemuan berkala dengan  mitra  terkait Kemenkes RI, 2012 : 20.
2.1.14 Petugas Pemberantasan Penyakit P2 ISPA Puskesmas
2.1.14.1 Kriteria
Petugas  Pemberantasan  Penyakit  P2  ISPA  Puskesmas  adalah  petugas
kesehatan yang :
1 Dipilih oleh Kepala Puskesmas  yang disetujui dan dibina oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten. 2
Dalam  melaksanakan  kegiatan  bertanggung  jawab  pada  Kepala  Dinas Kesehatan melalui Kepala Puskesmas.
3 Mau dan mampu bekerja.