mampu  dalam  melaksanakan  tugas,  makin  lama  masa  kerja  seseorang  maka kecakapan  mereka  akan  lebih  baik,  karena  sudah  menyesuaikan  diri  dengan
pekerjaannya.  menurut  Gibson  1996  bahwa  masa  kerja  sebagai  variabel individu  mempunyai  efek  secara  tidak  langsung  dengan  perilaku  dan kinerja
individu.  Penelitian  Ivantika  2001  menyatakan  ada  hubungan  yang  bermakna antara  lama  kerja  pengelola  P2  ISPA  dengan  cakupan  penemuan  penderita
pneumonia. Masa  kerja  dapat  diartikan  sebagai  lamanya  seseorang  bekerja  dalam
melakukan tugas tertentu secara terus menerus dalam suatu jangka waktu tertentu. Seorang bidan dikatakan terampil jika mempunyai pegaalaman klinik lebih dari 3
tahun dan mempunyai kesempatan atau sedang mengikuti pendidikan. Pengalamn praktik bidan lebih dari 3,5 bahkan 10 tahun dapat dikatakan bidan tersebut mahir
Sofyan M, et all, 2003. Dalam Penelitian ini, yang dimaksud dengan masa kerja adalah  berapa  lama  petugas  puskesmas  bidan  yang  ditunjuk  untuk  melakukan
tatalaksana  pneumonia  balita  di  ruang  KIA  Puskesmas  memegang  program Pneumonia sampai dengan waktu penelitian.
2.5.6 Ketersediaan F asilitas
Ketersediaan  adalah  kesiapan  suatu  sarana  tenaga,  barang,  modal, anggaran  untuk  dapat  digunakan  atau  dioperasikan  dalam  waktu  yang  telah
ditentukan  Depdiknas,  2013.  Ketersediaan  fasilitas  terkait  penanganan  praktik pneumonia  balita  meiputi  kelengkapan,  kesiapan  untuk  digunakan  dan  jumlah
yang  mencukupi  Kemenkes  RI,  2014,  Modul  7.  Fasilitas  adalah  seperangkat mesin dan peralatan kerja dalam unsur manajemen. Dengan adanya mesin,  maka
maka  waktu  yang  dibutuhkan  dalam  pelaksanaan  pekerjaan  akan  semakin  cepat dan efisien, Disamping efisien, tingkat kesalahan manusia atau human
error
dapat diminimalisir, namun dibutuhkan sumber daya yang handal dan berkualitas untuk
memperoleh  hasil  yang  maksimal.  Dukungan  logistik  sangat  diperlukan  dalam menunjang pelaksanaan pengendalian pneumonia.
Pemantauan  logistik  dilaksanakan  menggunakan  formulir  supervisi  yang dilakukan  sesuai  dengan  ketentuan  pengelolaan  barang  milik  pemerintah  UU
No.19  tahun  2003  tentang  badan  usaha  milik  negara.  Penilaian  kecukupan logistik  dapat  dilihat  dari  indikator  logistik  pengendalian  ISPA  yang  meliputi
tersedianya  alat
sound  timer
dan  oksigen  konsentrator,  ketersediaan  antibiotik, ketersediaan antiviral
oseltamivir
, ketersediaan obat-obat  penunjang,  pedoman, media  KIE  dan  media  audio  visual.  Penilaian  terhadap  ketersediaan  logistik
tersebut  dilakukan  dengan  pengamatan  langsung.  Tingkat  kelengkapan  dihitung dengan menggunakan rumus jumlah ya dibagi jumlah ya dan tidak. Ketersediaan
dianggap baik bila telah mencapai 80 atau lebih Dinkesprop Jateng, 2004:22. Hasil  penelitian  tentang  hubungan  pelayanan  puskesmas  berbasis
manajemen  terpadu  balita  sakit  MTBS  dengan  kejadian  pneumonia  balita  di Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa sarana pendukung MTBS berhubungan
dengan penemuan kejadian pneumonia balita hasil uji
chi square
diperoleh nilai
p
0,018  dengan
Coefisien  Contingensi
sebesar  0,252.  Sarana  yang  dimaksudkan adalah
semua sarana
prasarana yang
digunakan untuk
menunjang keberlangsungan kegiatan manajemen terpadu balita sakit, yang terdiri atas ruang
MTBS, formulir MTBS dan Kartu Nasihat ibu, serta logistik peralatan dan obat-