Penemuan penderita secara pasif dan aktif Menilai Anak Batuk dan atau Kesukaran Bernafas

dengan cara melihat dan mendengarkan pernafasan. Cara pemeriksaan fisik yang digunakan adalah dengan mencari beberapa tanda klinik tertentu yang mudah dimengerti dan diajarkan tanpa penggunaan alat-alat kedokteran seperti stetoskop, pemeriksaan penunjang baik laboratorium, radiologi ataupun pemeriksaan lainnya. Tanda klinik tersebut adalah : nafas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam TDDK dan suara nafas tambahan wheezing dan stridor Ditjen P2PL, 2012:5. Petugas kesehatan perlu mengenal anak-anak yang sakit serius dengan gejala batuk atau sukar bernafas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik ditandai dengan nafas cepat dan mungkin juga tarikan dinding dada bagian, yaitu pneumonia yang bawah ke dalam Ditjen P2PL, 2012:4. Berikut adalah batasan frekuensi hitung nafas sesuai golongan umur Ditjen P2PL, 2012:13 : Tabel 2.1. Batasan frekuensi nafas balita Berikut adalah klasifikasi balita batuk dan atau kesukaran bernafas berdasarkan jenis dan kelompok umur Kemenkes RI, 2011 : 15: Tabel 2.2 Klasifikasi batuk pada balita KELOMPOK UMUR KLASIFIKASI TANDA PENYERTA SELAIN BATUK DAN ATAU SUKAR BERNAFAS 2 Bulan sd 5 tahun Pneumonia Berat Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam TDDK Chest indrawing Pneumonia Nafas cepat sesuai golongan umur Bukan Pneumonia Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada ke dalam UMUR ANAK Anak Dikatakan Bernafas Cepat Jika 2 bulan Frekuensi nafas : 60 kali per menit atau lebih 2 sampai 12 bulan Frekuensi nafas : 50 kali per menit atau lebih 12 bulan sampai 5 tahun Frekuensi nafas : 40 kali per menit atau lebih 2 Bulan Pneumonia Berat Nafas cepat 60 kali atau lebihmenit atau Tarikan kuat dinding dada bagian bawah ke dalam TDDK Bukan Pneumonia Tidak ada nafas cepat da tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

2.1.15.5 Perkiraan Jumlah Penderita Pneumonia Balita

Perkiraan jumlah penderita pneumonia balita suatu puskesmas didasarkan pada angka insidens p neumonia balita dari jumlah di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan. Jika angka insidens pneumonia balita untuk suatu daerah belum diketahui maka dapat digunakan angka perkiraan nasional insidens pneumonia di Indonesia yang dihitung 10 dari total populasi balita. Jika jumlah balita belum diketahui, maka jumlah balita dihitung dengan perkiraan 10 x Jumah total penduduk. Jika provinsi, kabupaten kota memiliki data jumlah Balita yang resmi riil dari pencatatan petugas di wilayahnya, maka dapat menggunakan data tersebut sebagai dasar untuk menghitung jumlah penderita pneumonia balita. Perhitungan perbulan bermanfaat untuk pemantauan dalam p encapaian target penderita pneumonia Balita.

2.1.15.6 Target Penemuan

Dalam rangka pengendalian pneumonia balita pemerintah menentukan target cakupan penemuan penderita dan menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia yaitu Kemenkes RI, 2012 1 Tercapainya cakupan penemuan pneumonia balita dari tahun ke tahun. Tahun 2010: 60, tahun 2011: 70, tahun 2012: 80, tahun 2013: 90 dan tahun 2014: 100 2 Menurunkan angka kematian pneumonia balita sebagai kontribusi penurunan angka kematian Bayi dan Balita, sesuai dengan tujuan MDGs 44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup dan Indikator Nasional Angka Kematian Bayi 34 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Target penemuan penderita pneumonia b alita adalah jumlah penderita pneumonia balita yang harus ditemukan dicapai di suatu wilayah dalam 1 tahun sesuai dengan kebijakan yang berlaku setiap tahun secara nasional. Sebagai contoh, Diketahui jumlah perkiraan Pneumonia Balita tahun 2012 = 300 Penderita, Kebijakan tahun 2012 target penemuan penderita pneumonia Balita adalah 70. Maka jumlah minimal penderita pneumonia Balita yang harus dicapai di Puskesmas Melati adalah : Target Tahun = 70 x Perkiraan Pneumonia Balita = 70 x 300 penderita pneumonia Balita = 210 Balita tahun Target Bulan = 70 x Perkiraan Pneumonia Balita 12 = 70 x 210 penderita pneumonia Balita 12 = 17-18 Balitabulan

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

4 32 273

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2013.

0 6 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO TAHUN 2013.

0 5 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

1 3 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS MOJOGEDANG II Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

1 3 19

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 1 7

DAFTAR PUSTAKA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 6 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Mojogedang II Kabupaten Karanganyar.

0 6 15