Hasil Wawancara Hasil Jurnal

105 Data pada tabel 25 menunjukkan hasil observasi siklus II yang mencapai nilai rata-rata 90. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati pada saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada aspek 1 Semangat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat mencapai skor 5 atau 100. 2 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru mencapai skor 4 atau 80. 3 Keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab, dan berkomentar mengenai materi yang dijelaskan oleh guru mencapai skor 5 atau 100. 4 Keterlibatan siswa dalam menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat mencapai skor 4 atau 80. 5 Kemampuan siswa dalam membuat catatan penting mengenai materi pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat mencapai skor 4 atau 80. 6 Keseriusan dan ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat mencapai skor 5 atau 100. 7 Ketertiban dan ketepatan siswa dalam mengumpulkan hasil menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat mencapai skor 4 atau 100. 8 Kemampuan siswa dalam merefleksi proses dan hasil pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat mencapai skor 5 atau 100. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap yang baik dalam proses pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat.

4.1.3.2.2 Hasil Wawancara

Kegiatan wawancara pada siklus II ini dilaksanakan setelah selesai pembelajaran. Sama halnya dengan siklus I sasaran wawancara difokuskan pada tiga siswa, yaitu 1 siswa yang mendapat nilai tertinggi, 1 siswa yang mendapat 106 nilai cukup, dan 1 siswa yang mendapat nilai terendah pada hasil tes menulis cerita pendek siklus II. Hal-hal yang diungkap pada wawancara siklus II ini sama seperti wawancara pada siklus I. Respon baik dilontarkan oleh ketiga siswa yang mendapat kategori tertinggi, cukup, dan terendah. Siswa umumnya berminat mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat dan mereka sangat senang dengan media yang digunakan oleh guru. Mereka terlihat semangat ketika mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat. Ketika menjawab pertanyaan mengenai kesulitan yang dihadapai, ketiga siswa tersebut memberikan jawaban yang sama. Kesulitan yang mereka hadapi yaitu saat mencari pilihan kata. Mereka kurang bisa konsentrasi dan kurang yakin dengan ide yang ditulis. Pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat ternyata memberikan manfaat bagi siswa. Ketiga siswa tersebut menyatakan bahwa dengan media cerita rakyat dapat membantu dan mempermudah siswa dalam menulis cerita pendek. Kesan yang diberikan siswa terhadap guru yaitu pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat cukup bagus. Hal ini memberikan pengalaman baru bagi siswa akan pentingnya pembelajaran menulis cerita pendek dan dapat menerapkan dalam kehidupan seharai-hari.

4.1.3.2.3 Hasil Jurnal

Dari 35 siswa, yang merasa tertarik dengan pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat ada 33 siswa atau 94. Mereka menjadi tertarik 107 dalam menulis cerita pendek karena dengan media cerita rakyat mempermudah mencari ide sebuah cerita. Siswa yamg berjumlah 2 orang atau 6 tidak suka pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat karena mereka tidak suka menulis cerita pendek. Siswa menyatakan dengan media cerita rakyat, kegiatan menulis cerita pendek lebih mudah dan menyenangkan. Siswa merasa senang karena media cerita rakyat membantu mereka mencari ide sebuah cerita, sedangkan kesulitan yang dialami adalah pada saat mencari pilihan kata yang tepat untuk ditulis menjadi cerita. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan cerita rakyat bermanfaat untuk menambah pengalaman belajar terutama dalam menulis cerita pendek dan dapat membuat cerita pendek dengan media cerita rakyat. Seluruh siswa senang mengenai cara guru dalam mengajarkan menulis cerita pendek. Siswa merasa senang karena di dalam pembelajaran guru sangat perhatian. Siswa memberikan saran supaya guru memakai cara lain yang lebih menarik dan menyenangkan seperti menggunakan cerita rakyat sebagai media selain metode ceramah yang biasa digunakan, sehingga siswa akan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran menulis cerita pendek.

4.1.3.2.4 Hasil Dokumensi Foto

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MENGGUNAKAN MEDIA FEATURE PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 1 KARANGKOBAR BANJARNEGARA

0 3 194

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI TEKNIK MELANJUTKAN CERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN KEHIDUPAN SOSIAL ORANG ORANG PINGGIRAN SISWA KELAS X 6 SMA N 1 JAKENAN

1 22 341

PENERAPAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH SALATIGA

1 20 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE EDUTAINMENT DENGAN MEDIA KARTU Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment Dengan Media Kartu Pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta Tahun A

0 2 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE EDUTAINMENT DENGAN MEDIA KARTU Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment Dengan Media Kartu Pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta T

1 3 16

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS X-8 SMA ISLAM SULTAN AGUNG I SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN PADA SISWA KELAS X SMA.

0 2 155

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA.

3 20 198

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

1 1 14

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN BERMAIN IMAJINASI DAN MIND MAP PADA SISWA KELAS X SMA SMART EKSELENSIA INDONESIA

0 0 11